Pernikahan sering digambarkan sebagai perjalanan indah yang penuh cinta, perhatian, dan kebahagiaan. Tapi, kenyataan seringkali tidak seindah itu. Banyak pasangan yang setelah menikah, tanpa sadar mulai mengalami fase "lonely marriage," di mana mereka merasa sendiri meskipun hidup bersama orang yang mereka cintai. Komunikasi yang dulu hangat dan akrab, pelan-pelan mulai berkurang, hingga akhirnya terkesan basi. Jadi, bagaimana bisa sebuah pernikahan yang awalnya penuh cinta berubah menjadi terasa sunyi? Kuncinya adalah sebuah komunikasi.
Komunikasi adalah jantung dari setiap hubungan. Sebelum menikah, pasangan mungkin sering berbincang tentang berbagai hal, dari hal-hal kecil hingga mimpi besar mereka. Saling bertanya, "Apa kabar hari ini?" atau "Kamu ngapain aja tadi?" mungkin terdengar sepele, tapi hal-hal ini sebenarnya membangun kedekatan dan perasaan saling memiliki. Sayangnya, setelah menikah, kebiasaan ini perlahan hilang.
Kesibukan, stres kerja, atau bahkan kehadiran anak bisa membuat kita lupa untuk saling bertanya tentang hal-hal kecil. Mungkin ada momen di mana pasangan saling merasa sudah tahu satu sama lain dan berpikir tidak ada lagi hal yang perlu dibicarakan. Akhirnya, mereka jadi sibuk dengan diri masing-masing, tenggelam dalam rutinitas, dan lupa untuk menjaga komunikasi yang sebenarnya sangat penting dalam sebuah hubungan.
Sebenarnya apa saja yang menyebabkan komunikasi antar pasangan berkurang?
Banyak hal yang bisa menjadi alasan mengapa komunikasi dalam pernikahan mulai berkurang. Salah satu faktor utama adalah kesibukan. Seiring waktu, pekerjaan atau tanggung jawab dalam rumah tangga membuat kita sibuk dan kelelahan. Pulang kerja hanya ingin istirahat atau menikmati waktu sendiri, bukannya ngobrol panjang lebar dengan pasangan. Akibatnya, komunikasi yang dulu rutin terjadi, sekarang terasa seperti beban.
Selain itu, tekanan dari luar juga bisa mempengaruhi suasana hati kita dalam menjalin komunikasi. Ketika salah satu dari pasangan mengalami stres karena masalah pekerjaan, finansial, atau tekanan lainnya, biasanya mereka jadi enggan untuk berbagi cerita. Ini yang kadang menimbulkan sikap cuek dan tertutup. Lama-kelamaan, kebiasaan ini bisa berubah menjadi jurang pemisah yang tidak terlihat.
Dan yang tidak kalah penting, ada juga faktor yang ditimbulkan dari kebosanan. Setelah bertahun-tahun bersama, rutinitas sehari-hari bisa membuat perasaan menjadi monoton. Hal-hal kecil yang dulu terasa seru, sekarang terasa biasa saja. Bertanya soal "kamu ngapain hari ini?" pun tidak lagi terasa penting, padahal justru pertanyaan seperti ini yang membuat kita merasa dihargai dan diperhatikan. Sikap cuek dari masing-masing pasangan, jika dibiarkan, bisa membuat perasaan cinta yang dulu menggebu-gebu berubah menjadi hambar. Kita mulai merasa bahwa perhatian yang dulu ada kini perlahan menghilang. Ketika pasangan mulai tidak lagi peduli, sekecil apa pun itu, muncul rasa sakit dan kekecewaan. Ini yang kadang memicu perasaan lonely marriage. Kita merasa seperti hidup dengan orang yang kita cintai, tapi tidak benar-benar merasa dekat. Hubungan yang dulu dipenuhi percakapan hangat dan tawa kecil sekarang terasa kosong. Tidak ada lagi cerita random yang dulu sering dibagikan tanpa berpikir panjang.
Sebenarnya, dalam pernikahan, hal-hal sederhana seperti bertanya soal kegiatan sehari-hari, mendengarkan cerita yang mungkin tidak penting, atau hanya sekedar mengucapkan "good night" sangatlah berarti. Momen-momen kecil inilah yang memperkuat ikatan emosi antar pasangan, karena melalui komunikasi yang ringan, kita bisa merasa lebih dekat satu sama lain. Lonely marriage sebenarnya bisa dihindari, tapi dibutuhkan usaha dari kedua belah pihak untuk mau berkomunikasi lagi seperti dulu. Komunikasi yang kuat dan sehat dapat menciptakan rasa saling memiliki, yang akhirnya dapat menghindarkan kita dari rasa kesepian.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk menghidupkan kembali komunikasi yang sempat redup? Berikut beberapa tips yang mungkin bisa dicoba:
1. Mulai dari Hal-Hal Kecil Â
Mulailah dari pertanyaan-pertanyaan ringan, seperti "Hari ini gimana?" atau "Ada cerita seru gak?" Pertanyaan ini mungkin sederhana, tapi bisa membuka jalan untuk obrolan yang lebih dalam. Perlahan, kita bisa kembali terbiasa berbagi hal-hal kecil yang dulu sering kita lakukan.
2. Jadwalkan Waktu untuk Berdua Â
Luangkan waktu khusus untuk mengobrol tanpa gangguan. Bisa saat makan malam, atau mungkin berjalan-jalan sore bersama. Cobalah untuk benar-benar hadir pada momen itu, tanpa sibuk dengan ponsel atau pekerjaan. Saat-saat seperti ini bisa memberikan kesempatan bagi pasangan untuk berbicara dari hati ke hati.
3. Berikan Perhatian pada Detail Â
Perhatikan hal-hal kecil tentang pasangan yang mungkin sering diabaikan. Misalnya, jika pasangan terlihat kelelahan, tanyakan bagaimana harinya. Ini menunjukkan bahwa kita peduli, dan rasa kepedulian ini bisa membuat pasangan merasa dihargai.