Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di satupena Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kita Manusia Perlu Sesekali Menangis

20 Oktober 2024   17:39 Diperbarui: 20 Oktober 2024   18:00 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis hadir sebagai sebuah refleksi kehidupan yang begitu dekat dengan realitas banyak orang, khususnya mereka yang tumbuh di dalam lingkaran keluarga yang toxic. Di balik kisah yang terlihat sederhana ini, tersimpan pesan mendalam tentang pentingnya menjaga kesehatan mental, terutama saat kita menghadapi tekanan dari orang-orang yang seharusnya menjadi tempat kita berlindung: keluarga.

Tokoh utama di film ini mengalami situasi yang sangat rumit, di mana harapan dan ekspektasi keluarganya membuatnya merasa terjebak. Tidak jarang, di dalam keluarga, kita dihadapkan pada tuntutan untuk selalu tampil sempurna, menjadi sosok yang diinginkan orang lain, atau mengikuti jalur hidup yang dipaksakan kepada kita. Ini yang terjadi pada karakter utama, yang dipaksa menjalani hidup sesuai dengan keinginan keluarganya, tanpa memikirkan apa yang benar-benar diinginkannya. Lambat laun, ini berdampak pada mentalnya, membuatnya merasa tidak punya ruang untuk menjadi dirinya sendiri.

Namun, yang membuat film ini berbeda adalah caranya menggambarkan proses si tokoh utama dalam menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental. Pada satu titik, dia merasa tidak tahan lagi, dan di momen itulah ia akhirnya membiarkan dirinya menangis. Adegan ini terasa sangat menggetarkan karena menunjukkan bahwa menangis bukanlah tanda kelemahan, melainkan sebuah pelepasan yang sangat manusiawi. Menangis bisa jadi cara kita untuk meredakan tekanan batin yang sudah terlalu lama dipendam.

Di dalam kehidupan nyata, kita sering terjebak dalam pikiran bahwa menangis atau menunjukkan emosi kita adalah tanda kekalahan. Banyak dari kita yang tumbuh dalam budaya di mana "tegar" berarti tidak boleh terlihat rapuh. Tapi film ini memberikan perspektif berbeda, bahwa menangis bisa menjadi bentuk self care. Ketika beban sudah terlalu berat, membiarkan diri kita menangis sebenarnya adalah salah satu cara untuk melepaskan emosi yang tertahan, sehingga kita bisa kembali berpikir jernih.

Tidak hanya berhenti pada menangis, film ini juga memberikan pesan penting tentang berbagi cerita dengan orang lain. Dalam cerita, tokoh utama menemukan kekuatan ketika ia mulai bercerita kepada seseorang yang bisa dipercaya. Di sini kita diingatkan bahwa memendam masalah sendirian hanya akan memperburuk keadaan. Terkadang, kita butuh seseorang yang bisa mendengar tanpa menghakimi, seseorang yang bisa memberikan dukungan tanpa perlu memberikan solusi. Ini menjadi pengingat penting bahwa kita tidak selalu harus menyelesaikan semuanya sendiri; berbicara dengan orang lain bisa menjadi cara untuk meringankan beban mental.

Selain menangis dan bercerita, film ini juga mengajarkan pentingnya beristirahat. Di tengah tekanan yang terus-menerus datang dari keluarganya, si tokoh utama akhirnya menyadari bahwa ia perlu mengambil jeda. Ada momen di mana dia memutuskan untuk pergi, beristirahat, dan mengambil waktu untuk dirinya sendiri. Adegan ini menjadi simbol betapa kita semua butuh waktu untuk berhenti sejenak dari segala kesibukan dan tuntutan. Entah itu liburan, pergi ke tempat yang tenang, atau bahkan sekadar menjauh dari lingkungan yang toxic, mengambil waktu untuk diri sendiri adalah langkah penting dalam menjaga keseimbangan mental.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kadang kita terlalu sibuk memenuhi harapan orang lain hingga lupa untuk menjaga diri sendiri. Kita terus berusaha keras, tanpa menyadari bahwa tubuh dan pikiran kita juga butuh istirahat. Film ini menyampaikan bahwa mengambil jeda bukanlah bentuk pelarian, melainkan bagian dari proses untuk kembali kuat. Kita tidak bisa terus-menerus menghadapi tekanan tanpa henti. Sesekali, kita perlu mundur sejenak untuk bisa kembali menghadapi hidup dengan lebih baik.

Di akhir film, tokoh utama tidak hanya menemukan ketenangan, tetapi juga kekuatan baru untuk menghadapi keluarganya. Ini adalah pesan optimis bahwa, meskipun kita berada di lingkungan yang toxic, kita tetap punya pilihan untuk menjaga kesehatan mental kita. Kita bisa memilih untuk merawat diri sendiri, meski di tengah tekanan yang berat.

Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis berhasil menyampaikan pesan yang relevan untuk banyak orang, terutama mereka yang merasa terjebak dalam situasi sulit di keluarga. Film ini mengajarkan bahwa menjaga kesehatan mental adalah hal yang penting dan harus diperjuangkan, bahkan jika lingkungan kita tidak mendukung. Dengan menangis, berbicara pada orang yang bisa dipercaya, dan mengambil waktu untuk istirahat, kita bisa merawat jiwa kita dan menemukan kembali semangat untuk menghadapi tantangan hidup.

Pada akhirnya, film ini tidak hanya menceritakan kisah individu yang berjuang melawan tekanan keluarga, tetapi juga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kesehatan mental adalah prioritas yang tidak boleh diabaikan. Terlepas dari situasi yang kita hadapi, selalu ada cara untuk menjaga diri sendiri, dan itu adalah hal yang sangat berharga dalam perjalanan hidup kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun