Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kereta Jingga Penjelajah Nusantara

19 Oktober 2024   09:21 Diperbarui: 19 Oktober 2024   09:23 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Galeri Pribadi

Sumber : Galeri Pribadi
Sumber : Galeri Pribadi

Perjalanan kereta api dari Bandung menuju Semarang ini adalah salah satu perjalanan yang paling kunanti. Aku selalu menyukai kereta, dengan ritme jalannya yang tenang, bunyi roda beradu dengan rel yang menciptakan irama tersendiri, dan tentu saja, pemandangan luar biasa yang hanya bisa dinikmati dari balik jendela. Namun, kali ini, rute yang kuambil sangatlah istimewa, karena aku sudah mendengar kabar bahwa sepanjang perjalanan, aku akan disuguhi pemandangan pantai dan laut yang menakjubkan.

Pagi itu, langit Bandung masih berselimut kabut tipis saat aku melangkah ke stasiun. Udara sejuk pegunungan menyapaku saat langkahku menyusuri peron. Begitu masuk ke dalam gerbong, aku langsung mencari tempat dudukku, yang berada di samping jendela besar, tempat sempurna untuk menikmati panorama sepanjang perjalanan. Tepat pukul 7 pagi, kereta mulai bergerak perlahan, meninggalkan hiruk-pikuk kota Bandung yang perlahan tenggelam dalam bayang-bayang perbukitan.

Laju kereta semakin stabil, menyelinap di antara bukit-bukit hijau yang masih diselimuti embun pagi. Dari jendela, aku bisa melihat sawah yang terbentang luas, berpadu dengan rumah-rumah kecil yang tampak damai di kejauhan. Petani-petani tampak sibuk di ladang, sementara anak-anak berlari-lari di pematang sawah, seolah menyapa kereta yang melintas. Hiruk-pikuk perkotaan terasa semakin jauh, dan keheningan desa yang alami mulai mendominasi suasana. Aku mulai larut dalam petualangan berkereta yang menakjubkan.

Beberapa jam berlalu, dan di suatu titik, pemandangan perlahan berubah. Dari hijaunya perbukitan dan sawah, kini matahari yang semakin tinggi mengungkapkan hamparan laut yang begitu memukau. Dari balik jendela, aku terkesima melihat pantai-pantai yang terbentang luas, dengan pasir putih yang halus dan ombak yang bergulung-gulung menuju bibir pantai. Langit biru cerah seolah menyatu dengan lautan, menciptakan gradasi warna yang sempurna, dari biru muda hingga biru tua yang pekat di cakrawala.

Aku terdiam, benar-benar terkesima dengan pemandangan ini. Ada momen di mana kereta melintasi jembatan panjang di atas laut, dan dari sudut jendelaku, aku bisa melihat hamparan air yang berkilauan di bawah sinar matahari. Cahaya yang memantul di permukaan laut menciptakan bayangan indah, seperti berlian kecil yang berkilauan di permukaan. Angin laut yang segar terasa menyelinap ke dalam gerbong, membawa aroma khas garam laut yang menenangkan.

Pramugari kereta dengan ramah datang menawarkan minuman hangat, dan aku memilih secangkir wedang jahe. Saat aku menyeruputnya perlahan, rasa hangat jahe menjalar di tenggorokanku, berpadu dengan segarnya udara pantai yang menyapa wajahku dari balik jendela. Aku benar-benar merasa tenang dan damai, seolah perjalanan ini adalah pelarian sempurna dari kesibukan sehari-hari yang membuatku lupa bahagia.
Sambil menikmati wedang jaheku, aku memesan kudapan khas yang ditawarkan di kereta, lumpia Semarang dan tahu petis. Aroma lumpia yang baru saja digoreng memenuhi gerbong, membuatku semakin lapar. Ketika gigitan pertama melintasi bibirku, rasa gurih dan renyah dari kulit lumpia berpadu sempurna dengan isian rebung yang segar. Udang kecil di dalamnya memberikan rasa manis gurih yang lezat, sangat khas Semarang. Tahu petis yang aku santap setelahnya juga tak kalah menggugah selera. Tahu goreng yang lembut di bagian dalam dan renyah di luar, dicelupkan ke dalam petis hitam yang kental, memberikan ledakan rasa yang tak terlupakan manis, asin, dan gurih sekaligus.

Sumber : galeri pribadi
Sumber : galeri pribadi

Saat aku menikmati kudapan tersebut, pikiranku sudah melayang ke Semarang, meskipun aku masih berada di tengah perjalanan. Rasanya, setiap gigitanku membawa kenangan tentang kota itu, meski tubuhku masih duduk nyaman di dalam kereta. Makanan ini seolah mempercepat waktu, membuatku merasa sudah berada di kota tujuan.

Laju kereta terus berlanjut, dan aku semakin tenggelam dalam pemandangan luar biasa yang terus berubah. Sesekali, aku melihat pantai yang lebih ramai, dengan perahu nelayan yang tertambat di pinggir, tampak kecil dari kejauhan. Ada juga saat di mana kereta melintasi daerah-daerah yang sepi, di mana hanya ada lautan luas yang membentang hingga ke cakrawala. Lautan ini tampak begitu luas dan tanpa batas, seolah mengajak setiap penumpang untuk merenung dan tenggelam dalam keindahannya.

Waktu berjalan cepat dalam keheningan yang damai. Sore hari mulai menyapa saat kereta mendekati Semarang. Matahari yang tadinya cerah kini mulai condong ke barat, menyiapkan diri untuk terbenam di balik cakrawala. Sinar jingga kemerahan menghiasi langit dan mewarnai permukaan laut, menciptakan suasana magis yang sukar dijelaskan dengan kata-kata. Aku tersenyum, menikmati setiap detik perjalanan ini, sambil memikirkan bagaimana indahnya perjalanan ini telah terlukis dalam ingatanku.

Saat kereta akhirnya mendekati stasiun Semarang Poncol, aku merasa enggan untuk meninggalkan gerbong yang telah menjadi bagian dari petualanganku hari ini. Perjalanan ini bukan hanya sekedar perjalanan dari satu kota ke kota lainnya. Ini adalah sebuah pengalaman penuh keindahan dan kedamaian yang berkesan mendalam bagiku.

Ketika aku turun dari kereta dan menginjakkan kaki di tanah Semarang, hatiku sudah penuh dengan kenangan yang indah. Perjalanan dengan kereta ini telah memberikan lebih dari sekadar jarak yang kutempuh, ia memberikanku momen-momen kecil yang begitu berkesan, yang akan selalu terpatri dalam ingatan. Perjalanan ini adalah perpaduan sempurna antara alam, rasa, dan ketenangan, dan aku tak sabar untuk mengulanginya di masa depan berkeliling nusantara, tentunya dengan transportasi yang sama, kereta berwarna jingga.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun