Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Tangisan Misteri di Rumah Hijau

19 Mei 2024   19:54 Diperbarui: 23 Juli 2024   14:51 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

15 tahun yang lalu, saat aku memutuskan pindah ke tempat kost didekat Kampus, Aku pernah mengalami kejadian yang membuatku masih merinding sampai saat ini. Kejadian yang sulit dijelaskan secara logika, tapi nyata terjadi! 

Sebut saja namaku Anissa, temen-temen biasa manggil aku Icha. Aku tinggal di pusat kota Jakarta. Namun, karena Aku diterima di salah satu kampus Favorit yang berlokasi di Bandung, akhirnya Aku pun memutuskan untuk mencari Kostan yang berlokasi lebih dekat  ke kampus. Karena selain demi menghemat anggaran, Aku juga bisa lebih fokus untuk belajar. Awalnya aku berniat tinggal di Asrama bersama salah satu teman dekatku, Mira. Tapi dikarenakan kamar di Asrama ternyata sudah full, Aku pun terpaksa mencari  di tempat lain.

Berbekal informasi dari Google serta ditemani Mira,  Aku mencari Kostan yang berlokasi tidak jauh dari kampus. Tapi seharian kami keliling, ternyata tidak semudah itu menemukan tempat kostan yang cocok! Ada tempat yang bagus, tapi harganya sangat mahal! Ada tempat yang murah, tapi sangat kotor dan kumuh! Sampai akhirnya ada seorang ibu menghampiri kami, dan ia memberi kami informasi tentang Rumah Hijau. Disebut Rumah Hijau karena cat rumahnya berwarna hijau dan sekitar rumahnya ditanami pepohonan rimbun. Rumah Hijau ini sebenarnya lebih mirip seperti sebuah paviliun dibanding kost-kostan. Dari info yang diberikan si ibu, rate harga paviliun disana sangat murah dan tempatnya pun nyaman. Karena penasaran, Aku dan Mira pun langsung menuju ke tempat itu.

Setibanya disana, kami langsung disambut ramah oleh bapak pemilik Rumah. Sebut saja namanya Pak Oboy, beliau langsung menunjukkan paviliun yang disewakannya. Ada 1 ruang tamu, 1 kamar tidur serta satu toilet yang berdekatan dengan dapur berukuran mini. Ruangannya sangat bersih dan nyaman seperti baru di cat. Sebenarnya paviliun ini terlalu besar untuk seorang mahasiswi yang tinggal sendirian sepertiku, tapi karena si bapa yang sangat ramah serta harga yang ditawarkanya pun sangat murah, Aku pun memutuskan untuk mengambil tempat itu. Tanpa pikir panjang, Aku segera membayar biaya sewa untuk satu bulan. 

"Neng nanti kalau butuh apa-apa bisa langsung ke bapa aja ya! Rumah bapak yang disebelah pojok kanan, nggak jauh dari sini!" ujar pa Oboy seraya menunjukkan lokasi rumahnya. 

"Siap pak, makasih banyak!" 

Pak Oboy pun langsung menyerahkan kunci Paviliun dan berjalan meninggalkanku dengan Mira. 

"Cha seriusan ini tempat murah banget ya! Gila udah murah komplit pula! Ada dapur, kompor, liat ada kulkasnya juga Cha!" celetuk Mira seraya berjalan melihat-lihat perabotan disekitar ruangan.

"Iya Mir, tapi sebenernya ini kegedean banget buat Gue! Apalagi Gue sendirian tau!"

"Alah, tenang aja nanti kan kalo anak-anak nugas bisa pada ngumpul disini! Lumayan kan,?! Bisa jadi basecamp kita nih!"

"Iya Sih, tapi loe juga kudu sering nginep disini ya nemenin Gue!"

"Siaplahh Pasti! Eh, btw udah malem nih, Gue balik asrama dulu ya!" Ujar Mira

"Loh, loe nggak nginep disini aja hari ini?"

"Tar aja deh kapan-kapan! Gue hari ini ada tugas soalnya! Besok-besok deh Gue kesini lagi! Ya?!"

Aku pun menggangguk "Oke deh, makasih yah seharian ini udah nemenin Gue!"

"Santai aja kali!"

Setelah berpamitan, Mira pun segera pergi dengan sepeda motornya dan Aku pun mulai kembali fokus merapikan barang-barangku. 

Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 22.00 wib. Aku mulai merasa mengantuk! 

Setelah mengganti pakaian, kuputuskan untuk segera membaringkan tubuh ditempat tidur dan beristirahat.

Ketika malam semakin larut, samar-samar aku mendengar suara tangisan seorang Anak laki-laki

"Ayah.... Ayah.... Ayah..."

Dengan mata masih terpejam, Aku dengarkan suara itu dengan seksama. 

"Ayah.... Ayah.... Ayah...." 

Suara itu terdengar semakin nyaring, terasa begitu dekat dari arahku!" 

'Tapi, Siapa Anak yang menangis di Tengah Malam?' Aku mencoba berpikir positif untuk meredam rasa takutku. 'Oh iya, Kalau tidak salah, tadi sore aku juga sempat melihat seorang anak laki-laki, ia tampak mengintipku saat sedang mengobrol dengan Pak Oboy! Ya itu pasti dia!  Anak yang menangis itu pasti anaknya pemilik rumah! Hmm... Mungkin saja dia sedang sakit jadi Rewel!'  pikirku, seraya kembali tidur.

 

Keesokkan harinya, Aku mulai beraktivitas seperti biasa, pergi kuliah dan malamnya kembali ke rumah. 

Namun kejadian seperti malam sebelumnya terulang kembali! Lagi dan lagi! Aku mendengar suara tangisan Anak laki-laki yang memanggil Ayah. Aku mulai merasa sangat terganggu dengan suara tangisan itu, Karena hampir setiap malam aku mendengarnya! Aku tidak bisa tidur dengan pulas! Hingga akhirnya kuputuskan untuk  mencari tau soal anak itu. 

Sumber : Dokpri
Sumber : Dokpri

Meski rasanya agak canggung, Aku memberanikan diri bertamu ke rumah Pa Oboy yang jaraknya tidak jauh dari Paviliunku. 

"Tok Tok Tok"

"Permisi pak...." aku mengetuk pintu rumahnya. Tak lama kemudian pa Oboy pun membukakan pintunya.

"Eh Neng Icha, Masuk Neng!" Pak Oboy langsung mempersilakan aku untuk masuk. 

"Nggak usah pak makasih, ini Icha cuma mau ngasih mainan buat anak bapak! Kebetulan tadi di kampus lagi ada bazar!"

Tiba-tiba pak Oboy mengernyitkan dahi "Aduh Neng, bapak mah tinggal sendiri disini! Nggak Ada anak kecil!"

DEG... DEG...

"Ehm, Bapak tinggal sendiri?"

"Iya, anak-anak Bapak udah pada gede semua! Nggak ada yang tinggal disini Neng! Semuanya merantau! Disini mah cuma ada Bapak!"

"Hmm, tapi ada anak kecil nggak pak disekitar sini?"

"Nggak ada Neng! Yang nyewa disini semuanya rata-rata belum berkeluarga!"

"Bapak yakin?"

"Iya!" tegas Pak Oboy, membuat jantungku semakin berdegup ketakutan "Hmm, memang ada apa ya Neng?"

"Nggak! Nggak ada apa-apa kok, Pak! oh iya maaf udah ganggu ya Pak!" 

"Nggak apa-apa kok, Neng!"

***

Aku pun segera kembali ke rumah. Pikiranku menerawang tak karuan. Berbagai pertanyaan berkecamuk dipikiranku. Antara gugup, takut dan penasaran. 

'Kalo suara tangisan itu bukan suara anaknya pak Oboy, lalu suara siapa itu? Apa selama ini Aku salah dengar?!'

Jam mulai menunjukkan pukul 23.30 wib dan hari itu Aku sama sekali tidak bisa tertidur, meski rasanya tubuh dan pikiranku sangat lelah, tapi sulit sekali untuk terlelap. 

Aku seakan menantang diriku untuk membuktikan bahwa suara itu benar-benar ada. Aku tidak salah dengar! 

Tapi sampai tengah malam aku tunggu, suara misteri itu tidak muncul kali ini!

'Hmm, Aku sedikit merasa lega, mungkin saja itu hanya imajinasiku!'

 Akhirnya kuputuskan untuk tidur. 

Namun...

baru saja aku terlelap beberapa saat

"BRAKKKKKKK, BRAKKKKK, BRAKKKKK!!!!" suara hantaman benda di dinding terdengar sangat keras. 

"Astaga, suara apa itu?!" Aku sangat terkejut. Aku langsung membuka mata dan mencoba bangkit dari tidurku untuk mencari asal suara itu. 

TAPI.....

Tiba-tiba tubuhku sulit sekali digerakkan, seperti ada yang menahan. Seluruh tubuhku rasanya seperti ketindihan benda yang sangat berat. Aku sulit sekali bergerak!

Lalu Aku pun mencoba berteriak, tapi lidahku juga terasa kelu, Aku tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya bisa diam terbaring tanpa daya, rasa takut mulai menyelimuti seluruh tubuhku. Rasanya ingin sekali berlari dan berteriak tapi semua tak bisa kulakukan. Aku hanya bisa terbaring kaku!

"Tuhan Ada Apa ini?"

'KREEEEEK'

Suara pintu kamarku dibuka.

Perlahan muncul sesosok anak kecil bermuka pucat dengan berlumuran darah menatapku tajam! 

'ASTAGA' Jantungku berdegup kencang, Aku sangat ketakutan.

Anak itu berjalan mendekat ke arahku, Aku ingin sekali berlari sekencang mungkin tapi tak bisa kulakukan. Aku masih tertahan membeku diatas tempat tidur.

Anak itu tampak menangis, darah menetes dari kepalanya, matanya tak berkedip menatapku. Ia berjalan semakin mendekat lalu mencengkram lenganku dengan sangat kuat.

AAAAAARRRGGGHHHHHHHHH

****


"Cha... Icha.... " Perlahan Aku membuka mata, tampak Mira sedang duduk disampingku,  tubuhku rasanya sangat lemas. Ruangan di sekelilingku tampak seperti Rumah Sakit, tirainya serba putih dan beraroma obat. 

"Kenapa gue disini Mir?"

"Loe pingsan Cha di kostan, untung aja gue ke kostan loe, kalo nggak loe udah kena dehidrasi Cha! "

"Gue? Pingsan? Kapan?"

"Loe nggak ke kampus udah 3 harian Cha! Gue telpon nggak diangkat! Chat nggak dibales! Eh pas Gue ke kostan, Loe udah terkapar aja dilantai! Gue Shock banget tuh Cha!"

Aku mulai mengingat-ngingat kembali runutan kejadian yang menimpaku. 'Apa  semua itu hanya mimpi?' Seketika Aku langsung memeriksa pergelangan tanganku, tampak ada lingkaran hitam seperti bekas cengkraman, dan aku pun masih bisa merasakan sakit dari bekas cengkraman itu.

'ASTAGA, SEMUA ITU NYATA! BUKAN MIMPI!' seketika rasa takut kembali membuat tubuhku gemetaran.

"Ada Apa Cha? Kok Loe kaya ketakutan gitu?"

Aku menggelengkan kepala ku. Aku terlalu takut membahas cerita itu pada Mira. Sehingga aku memutuskan untuk merahasiakannya.

"Nggak! Nggak kenapa-napa kok!" 

Setelah keluar dari rumah sakit, Aku langsung memutuskan untuk pindah ke tempat lain.  Aku tidak pernah menceritakan alasan kepindahanku yang sebenarnya kepada siapapun, termasuk Mira. Hal itu aku lakukan untuk tetap menjaga nama baik Pak Oboy selaku pemilik rumah yang sudah memperlakukanku dengan sangat baik. Aku menyimpan semua cerita dan pengalaman mistis ini sendiri. Aku menganggapnya sebagai mimpi buruk yang pernah terjadi.  

Lama setelah kepindahanku dari rumah itu, Aku tak sengaja mendengar desas desus cerita dari orang-orang yang juga pernah tinggal dikawasan itu. Konon katanya di kawasan Rumah Hijau itu pernah ada seorang anak laki-laki yang meninggal karena disiksa oleh ayah tirinya. Kabarnya si ayah yang menjadi tersangka sampai saat ini masih menjadi buron. Tapi aku sendiri tidak tahu pasti desas desus itu benar atau hanya sekedar hoaks. Entahlah, terlalu menyeramkan untukku mengingatnya lagi! 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun