Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Lebaran Versus Timbangan

13 April 2024   12:40 Diperbarui: 13 April 2024   19:15 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menu kuliner lebaran seperti ketupat, rendang dan opor ayam memang selalu menjadi menu andalan di hari raya yang paling ditunggu. Hampir setiap keluarga yang saya kunjungi di hari raya juga menghidangkan menu yang sama. Sampai tak terhitung lagi berapa mangkok ketupat yang sudah saya lahap. Bahkan saking nikmatnya, saya sendiri kadang kesulitan mengontrol pola makan saat hari raya. Apalagi dimeja tamu tertata begitu banyak toples berisi aneka kue kering yang sayang sekali kalau tidak dicicipi. Berawal icip-icip berlanjut mengganyang habis satu toples. Alhasil dua hari lebaran membuat timbangan saya auto naik seberat 1.5 kg.

Bagaimana tidak naik timbangan? Sehari sebelum lebaran saja, saya sudah tidak menjaga asupan pola makan, bahkan sudah tidak menghitung lagi asupan kalori yang masuk. Padahal sebelumnya, saya termasuk orang yang detail dalam menjaga pola makan sehat. Semua itu karena saya pernah merasakan bagaimana tidak nyamannya tubuh saat kadar kolesterol sedang tinggi.

Saya sering merasa Pusing, kesemutan, bahkan pernah sampai mengalami sesak napas. Mengingat begitu banyaknya dampak buruk yang bisa ditimbulkan dari kadar kolesterol yang tinggi, membuat saya merefleksi diri untuk membatasi makanan dan menerapkan pola makan yang lebih sehat.  Selama kurang lebih 3 bulan saya berhasil mendisiplinkan diri untuk menerapkan pola makan sehat dan rutin berolahraga. Kadar kolesterol pun  mulai berangsur normal tanpa saya harus mengkonsumi obat-obatan kimia untuk menurunkannya. Bahkan bonus lainnya adalah timbangan saya pun turun sebanyak 12 kilogram. Dengan tubuh yang lebih sehat, saya merasa bisa bekerja lebih maksimal daripada sebelumnya. 

Tapi semuanya kembali ke titik awal ketika menjelang Lebaran. Di mana saya sudah tidak lagi membatasi pola makan, dan mulai makan seenaknya. Tadinya saya berpikir, "Ah Lebaran cuma 2 hari ini, nggak ada salahnya makan sepuasnya, toh nggak secepet itu ngefek ke Badan!" Tapi ternyata mindset saya salah! Dengan beberapa hari pola makan berantakan, timbangan saya pun langsung naik hampir 2 kilogram! Kok bisa ya secepat itu? Saya pun langsung mencari tahu penyebabnya, dan berikut beberapa informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber. 

Penyebab Timbangan Naik Setelah Lebaran : 

1. Kontrol diri yang Hilang

Ketika berpuasa selama 1 bulan, orang cenderung menahan diri atau mengendalikan hawa nafsu, terutama tidak gelap mata saat mengkonsumsi makanan. Sayangnya  begitu Ramadhan berlalu, rem atau kontrol diri tersebut terkadang ikut blong, sehingga banyak orang cenderung tidak lagi menahan diri saat mengkonsumsi makanan dan berpikir tidak perlu lagi menahan diri. 

2. Terlalu banyak Mengkonsumsi Makanan Manis

Banyaknya kue toples dengan bentuk beragam dan rasa yang menggugah selera, tentu membuat kita ingin mencicipinya. Tapi tahukah Anda berapa kalori 1 buah nastar? Menurut penelitian, 1 buah nastar mengandung sekitar 75 kalori, itupun untuk nastar tanpa tambahan keju atau wisman. Untuk nastar dengan taburan keju atau wisman mungkin kandungan kalorinya bisa lebih tinggi lagi. Anggaplah jika kita mengkonsumsi 3-5 buah nastar sehari,  berarti kita sudah mengonsumsi sekitar 500an kalori. Dan untuk membakar sekitar 500 kalori, minimal kita bisa jogging  selama 90 menit, hiking selama 1 jam atau skipping selama 50 menit. 

3. Tidak membatasi Asupan kalori

Namanya hari raya, tidak mungkin kita hanya mengonsumsi kue-kue kering saja, pastinya ada berbagai hidangan utama seperti ketupat, sirup, bakso, pempek dan berbagai cemilan lain yang biasanya kita ganyang habis di Hari Raya. Sebenernya tidak masalah jika yang kita konsumsi hanya satu mangkok ketupat berisi opor ayam, masalahnya adalah dalam satu mangkok hidangan ketupat, biasanya dilengkapi dengan berbagai lauk pelengkap seperti rendang, sambal goreng kentang ati, acar bawang, oseng cabe hijau dan tidak lupa juga dengan kerupuk udang. 

Jika kita bedah kalori setiap porsi  maka didapat data sebagai berikut :

  • 300 gram Rendang Daging sapi 579 kalori

  • 200 gram ketupat 238 kalori

  • 240 gram (1 porsi) Opor ayam 392 kalori

  • 200 gram (1 porsi) Sambal goreng kentang ati 254 kalori

  • 1-2 buah kerupuk udang 70 kalori

Kisaran jumlah kalori satu porsi ketupat 1553-2000 kalori per satu mangkok sekali makan, Bagaimana jika untuk 3 kali makan? Maka tentu jumlah tersebut sudah melebihi ambang batas kebutuhan normal kalori harian tubuh kita. Belum lagi dengan kandungan lemak dan kolestrol dalam santan dan rendang yang cukup tinggi. Maka tentu saja hal tersebut bisa memicu kenaikan berat badan pada tubuh. 

4. Mendadak Mager (Malas Bergerak dan Berolahraga)

Tidak dipungkiri setiap selesai lebaran, tubuh kita pasti merasa lelah karena sudah mengunjungi beberapa rumah kerabat yang jaraknya cukup jauh. Kelelahan pasca lebaran, terkadang membuat kita mulai Mager, inginnya rebahan selonjoran ditempat tidur sambil menikmati camilan ringan dengan kandungan gula dan msg yang tinggi. 

Alhasil tubuh kita tidak melakukan pembakaran kalori yang cukup, sehingga makanan yang kita konsumsi sejak di hari Raya, tidak diolah menjadi energi dan mulai menumpuk menjadi lemak. Maka bukanlah hal mustahil jika beberapa hari Lebaran membuat timbangan badan naik, karena saya juga mengalaminya.

But however, bukanlah hal yang salah jika kita ingin merayakan Idul Fitri dengan menikmati berbagai hidangan khas hari Raya, namun adakalanya kita juga perlu bertanggung jawab pada kesehatan tubuh, dengan berusaha mengendalikan diri agar tidak berlebihan. Karena sehat itu merupakan bentuk rezeki yang paling mahal dan berharga! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun