Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berburu Takjil Sampai Al Jabbar

15 Maret 2024   23:04 Diperbarui: 18 Maret 2024   17:36 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Beberapa hari ini cuaca di Bandung yang mendung, bikin mager banget buat kemana-mana, tapi berhubung cuaca hari ini cukup cerah, saya mutusin buat ngabuburit sambil berburu Takjil ke sekitaran Masjid Raya Al Jabbar. Untuk menuju Area Gedebage yang terkenal dengan zona kemacetan yang parah, saya pun memutuskan untuk naik kereta api lokal yang berangkat dari stasiun kereta Api dan berhenti di Stasiun kereta Api Cimekar. Dengan durasi perjalanan yang tidak terlalu lama, kita akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang indah dari balik kaca jendela, Hijaunya pepohonan yang berbaris rapi diantara pegunungan dan hamparan sawah yang membentang luas. Membuat kita merasakan rileks sejenak dari hiruk pikuk kesibukan kota. 

Setibanya di area masjid Raya Al Jabbar, sekali lagi saya merasa dimanjakan kembali dengan kemegahan bangunan masjid yang sangat terkenal itu. Mata saya menyusuri sekitar pelataran yang nampak jauh lebih tertib dan rapi daripada sebelumnya. Tak nampak pedagang disekitaran Area Masjid, entah karena waktu Takjil yang masih lama, atau entah karena para pedagang yang biasanya berjualan di pelataran ditertibkan. 

Setelah puas menjelajahi sekitaran masjid dan mengabadikan beberapa foto, akhirnya saya pun memutuskan untuk mencari pasar takjil di Area Luar Al Jabbar, dan benar saja tak jauh dari Area, saya pun menemukan beberapa pedagang gerobak yang menjual berbagai jajanan favorit orang Sunda. Ada pedagang pempek, batagor, Sempol Ayam, Cilok, Tareng alias Tahu Goreng, Basreng, gorengan dan beberapa stand menu Takjil. Sebagai orang Sunda Asli, menu favorit saya tak jauh-jauh dari gorengan dan menu serba Aci, apalagi kalau bukan cilok, cimin, cilung, daan Ci Ci an lainnya. Betapa kreatifnya orang sunda karena bisa membuat satu bahan dasar pokok (Aci) menjadi berbagai hidangan dengan rasa yang berbeda-beda.    

Saking banyaknya jajanan yang memanjakan mata selama perjalanan, saya pun kalap dan memborong beberapa jenis jajanan untuk dibawa pulang dan dinikmati bersama keluarga dirumah, saya membeli batagor, gorengan, beberpa kue basah dan ada satu jajanan unik yang saya beli saat perjalanan pulang, namanya adalah Ciwil. Saya lupa lokasi tepatnya, saat saya membeli jajanan ini, hanya yang paling saya ingat adalah penjualnya adalah sepasang suami istri dan harganya kisaran 10 ribu per porsi. 

Entah Ciwil ini kepanjangan dari apa, tapi sepertinya ini berbahan dasar Aci juga, dan rasanya juga tidak jauh beda dengan cilok, hanya saja bentuknya cukup unik, berbentuk menyerupai potongan balok dan dihidangkan dengan kuah pedas seperti kuah bakso garut. Rasanya yang kenyal gurih sangat cocok, terutama bagi yang suka makanan pedas berkuah seperti saya. Ini adalah kali pertama saya mencoba Ciwil, dan menurut saya makanan ini cukup unik dan cocok dijadikan sebagai menu berbuka puasa, bagi Anda penyuka pedas. 

Setibanya di rumah, meja makan dipenuhi dengan berbagai menu takjil yang saya beli selama perjalanan, luar biasa semarak menu takjil hari ini sangat beragam dan tentunya menjadi lebih bermakna saat dinikmati bersama keluarga. 

-Selamat Berbuka Puasa- 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun