Seorang gadis belia, berparas cantik namun ia berbeda, bukan karena ia tak mau sama, tapi Takdir yang membuatnya terlihat berbeda. Ia tak bisa berlari lincah seperti gadis seusianya, bukan karena tak mau, tapi ia tak mampu. Sepasang kaki mungilnya tak memberinya kemampuan untuk berjalan. Tubuhnya yang semakin menyusut, membuatnya hanya bisa duduk bersahabat dengan kursi roda tua. Bertahun-tahun ia menjalani kehidupan sunyi sendirian, tanpa ada yang tahu ia kesepian. Â Ia butuh teman. Â Namun ia sadar, bahwa tak seorangpun mau menghampirinya. Mereka hanya bercakap sejenak, untuk memuaskan rasa ingin tahu, tentang Alasan ia duduk di kursi itu.
Ya, memang tak Apa sendirian, tapi terkadang memiliki teman yang bisa menerima apa adanya, itu adalah hadiah tuhan yang lebih dari cukup. Harapan kecil yang sederhana dari seorang gadis bernama Andini.Â
Entah sesulit apa harapan itu, sampai terkadang Dini diam-diam menangis sendiri, dibalik tirai kecil kamarnya. Ia hanya mampu menyaksikan betapa riang anak-anak sebayanya, bercengkrama diluar sana. Namun ternyata dunia luar yang ia bayangkan, tak seindah itu, Mereka menatap sinis dirinya yang berbeda. Beberapa manusia saling berbisik merendahkannya dibelakang, Tak jarang ujaran sinis itu terlontar, terdengar tajam, melukai, hingga terkadang membuatnya ingin mengakhiri derita, Mati. Â
"Nak, kenapa kamu menangis?" ibu membelai halus rambut panjang Andini.
Pertanyaan itu malah semakin menderaskan airmatanya."Bu.... Mengapa Aku berbeda?Â
Ibu menghela napas panjang, seraya duduk dekat Andini.
"Sayang... Kita tidak pernah Tau mengapa Tuhan Menciptakan kita berbeda... Tapi yang pasti... Kamu berbeda, karena Kamu lebih istimewa!"
Andini mengernyitkan dahi, ia belum terlalu paham maksud ibu.
"Tapi, karena Aku berbeda... Semua orang tidak mau berteman denganku Bu! Aku... Aku merasa sendirian..."Â
Ibu memeluk Andini berusaha menenangkannya.