Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Menerapkan Komunikasi Dua Arah Orangtua dan Anak

22 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 22 Juli 2023   19:03 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa Anak yang sudah tumbuh dewasa, terkadang sulit sekali terbuka dengan orangtuanya dan bahkan cenderung bersikap introvert. Anak kerapkali merasa tidak nyaman untuk mencurahkan segala isi hatinya pada orangtua, padahal sejatinya orangtua seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk bercerita. Lalu mengapa bisa demikian? sebenarnya hal tersebut dipengaruhi oleh pola asuh yang mayoritas banyak diterapkan di negara kita sejak dulu. Pola asuh "Patriarki" pola asuh dimana orang tua berperan otoriter dan menempatkan diri sebagai orang yang mempunyai kendali penuh dalam kehidupan anak. Orang tua disini merasa tidak membutuhkan pendapat anak, dalam artian semua hal terkait kehidupan si anak dipilihkan orang tua sejak kecil hingga dewasa. Orangtua berpikir bahwa Anak tidak mempunyai hak berpendapat karena menilai Anak tidak tahu apa-apa atau Anak belum berpengalaman, sehingga orang tua memegang kendali penuh atas kehidupan si Anak. Segala keputusan yang dibuat berdasarkan pilihan Orang tua, dan Anak disini seolah berperan sebagai "bawahan pasif" yang harus selalu patuh.  Jika sedikit saja berontak, si Anak akan langsung dilabeli "Anak durhaka" maupun "Anak yang tidak tahu balas budi". Pola parenting seperti inilah yang membuat Anak tumbuh menjadi pribadi introvert dan sulit berkomunikasi dengan orangtuanya. 

Dilansir dari Parenting for Brain, melakukan komunikasi dua arah dengan anak  dapat memengaruhi psikologis anak. Dimana anak dapat merasa didengar, dihargai, dan lebih terlibat dalam pengambilan keputusan. Hal ini juga lah yang dapat membantu anak merasa nyaman untuk berbagi pengalaman, kekhawatiran, dan kegembiraan mereka dengan orangtua. Selain itu, komunikasi dua arah yang dilakukan oleh orangtua kepada anak juga dapat memberikan contoh yang baik dan membantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif dalam hubungan mereka dengan orang lain di masa depan. Lalu, bagaimana menerapkan komunikasi dua arah pada anak dengan baik? Berikut cara-cara yang bisa diterapkan!

1. Dengarkan pendapat Anak dengan baik

Dilansir dari Child Mind Institute, langkah awal untuk melakukan komunikasi dua arah pada anak dengan baik yaitu memberikan perhatian penuh saat anak berbicara dan tunjukkan minat pada apa yang mereka sampaikan. Selama mendengarkan anak berbicara, sebaiknya hindari gangguan seperti gadget atau pekerjaan yang dapat menjadi distraksi dalam melakukan komunikasi bersama anak. Sama halnya seperti orang dewasa, Anak juga butuh didengarkan dan dihargai! Meski hal-hal yang diceritakannya bukanlah hal yang penting menurut Anda, tapi bagi seorang Anak, moment sederhana ini akan melekat diingatannya, dan  Anak akan merasa orangtua menghargainya dengan sangat baik. Dengan memberi Anak contoh cara kita memperlakukannya, secara otomatis Anak pun akan belajar berkomunikasi yang baik dengan sekitarnya. Ingat, bahwa Anak adalah peniru yang unggul! Alih-alih kita memarahi dan memerintahnya ini itu, akan lebih baik jika kita memberinya contoh langsung. 

2. Memvalidasi perasaan Anak

Dalam melakukan komunikasi dua arah dengan Anak, tunjukkanlah sikap bahwa  sebagai orangtua, kita mampu memahami perasaan anak dan menghargainya. Jika mereka sedih, marah, atau bahagia, kita harus mengakui dan memvalidasi perasaan tersebut. Dulu kita sering dengar ungkapan "Adek nggak boleh nangis, Adek nggak boleh marah! Adek harus kuat!" semua ungkapan itu seolah menegaskan 'Manusia harus kuat dan tidak boleh ada perasaan lemah sedikitpun' padahal sebagai makhluk Tuhan, kita punya perasaan, kita boleh merasa lemah, bersedih, kecewa, marah dan menangis. Semua itu hal yang wajar! Semua emosi yang terjadi pada diri manusia itu adalah naluri alamiah! Anak boleh merasa marah tapi tetap marah dalam konteks emosi yang tidak berlebihan, boleh merasa sedih kecewa, tapi tidak boleh putus asa, boleh sesekali menangis tapi jangan pernah menyerah terhadap keadaan atau hal-hal yang buruk, berusaha untuk memperbaiki apa yang salah, lalu setelahnya bangkit dan berjuang kembali. Ajari anak kuat, bukan tidak boleh bersedih tapi untuk tetap bisa bangkit disaat tersulit.

3.  Dengarkan Pendapatnya

Dalam menerapkan komunikasi dua arah pada anak dengan baik, sebaiknya gunakan pertanyaan terbuka untuk merangsang anak berbicara lebih banyak. Hindari pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban "ya" atau "tidak" serta berikan mereka kesempatan untuk berbagi pandangan mereka secara lebih mendalam. Hal sederhana yang bisa orangtua lakukan misal saat membeli pakaian Anak, mintalah pendapatnya untuk memilih sendiri pakaian seperti apa yang dinginkannya. Luangkanlah waktu untuk sekedar bertanya tentang bagaimana teman-temannya, kesehariannya dan pendapatnya tentang berbagai hal, agar Anak aktif dalam berkomunikasi dan mengutarakan argumennya. Dengan menerapkan cara ini, orangtua memberikan kesempatan kepada Anak untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan pengalaman mereka dengan lebih detail. 

4. Praktek Empati

Paktek empati melibatkan usaha untuk melihat dunia dari perspektif Anak, mencoba memahami perasaan, pemikiran, dan pengalaman mereka sejauh mungkin. Dengan melakukan pratek empati, orangtua dapat mengenali dan menghargai pandangan Anak. Selain itu, anak juga dapat merasa lebih nyaman berbagi pikiran, perasaan, dan masalah mereka dengan orangtua. Praktek empati ini bisa dicontohkan dengan sikap responsif yang kita tunjukkan pada saat Anak menceritakan tentang masalahnya, meski masalah-masalahnya terlihat sederhana bagi Anda, namun tetaplah menunjukkan respon positif untuk membuat Anak merasa orangtuanya Ada dan peduli padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun