Rasa sayang kita terhadap sang buah hati terkadang membuat kita berusaha memenuhi segala keinginannya. Demi melihatnya tersenyum ceria, kita rela melalukan apa saja. Kita selalu berusaha memberikan apa yang dia inginkan, karena tak ingin melihatnya menangis.Â
Pemikiran untuk selalu membahagiakan sang buah hati, tentu tidaklah salah. Karena sebagai orang tua, rasa sayang kita yang begitu besarnya, membuat kita tak tega membiarkan air mata menetes di wajah mungilnya.Â
Tapi dibalik semua kemudahan yang kita berikan, ada satu pelajaran penting yang terkadang lupa kita ajarkan pada si kecil. "Belajar untuk kecewa". Â Mengapa anak harus kecewa? Sementara kita memiliki kemampuan untuk memberi apapun yang ia butuhkan.Â
Ya, pernyataan itu mungkin benar adanya, saat ini kita mampu, memberi apa saja yang diinginkannya. Tapi kita tak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan. Harus diingat bahwa masa depan itu adalah milik Tuhan.
Semua masa depan misteri. Kita tak pernah tau, apakah sebagai orang tua, kita akan selalu ada disamping anak-anak kita. Apakah kita akan selalu bisa, memenuhi semua keinginan mereka? Kita tak pernah punya jaminan untuk semua itu.Â
Lalu bagaimana jika si kecil terbiasa hidup di zona kenyamanan yang kita buat? Maka sudah pasti ia akan tumbuh dengan mental yang mudah hancur. Mental yang mudah putus asa dan lemah. Mengapa bisa demikian? Karena sejak kecil ia tidak terbiasa dengan rasa kecewa. Ia tak pernah tau bagaimana meng-handle perasaan kecewanya.Â
Ia tak pernah belajar mengendalikkan emosinya, ia juga tak pernah belajar mendapatkan sesuatu dengan kerja keras, karena keinginannya yang selalu dipermudah.Â
Padahal kendatinya, si kecil harus mulai belajar tentang cara kerja kehidupan. Dimana tidak semua hal berjalan sesuai keinginan kita.Â
Dimana kita harus bisa mengatasi rasa kecewa, saat apa yang kita inginkan tidak bisa kita dapatkan. Kita harus mengajarkan bahwa Hidup ini berjalan sesuai rencana Tuhan, kita manusia hanya harus berikhtiar dan berdoa.
Dengan mengajari si kecil rasa kecewa, perlahan ia akan terbiasa dan mulai belajar, bahwa banyak hal tak bisa dipaksakan. Ia akan mulai terbiasa mengerem keinginannya yang terlalu menggebu untuk sesuatu.
 Ia akan memiliki mental yang lebih siap. Dan tentunya, point terpenting adalah sikecil akan belajar suatu proses pendewasaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H