Kurikulum diartikan sebagai suatu jalur atau lintasan yang akan membawa peserta didik untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kurikulum yang digunakan di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2013 dan Capaian Pembelajaran pada Sekolah Penggerak dimana sebenarnya walaupun pemerintah menetapkan kompetensi/capaian pembelajaran dalam kurikulum tersebut dipakai sebagai jalur atau lintasan yang akan membawa anak Indonesia mencapai tujuan akhir pendidikan, namun sebenarnya setiap satuan pendidikan harus mengembangkan dan memodifikasi kembali kurikulum tersebut agar sesuai dengan keadaan di satuan pendidikannya masing-masing.
Kurikulum fleksibel jika diterapkan dalam proses pembelajaran di setiap kelas akan menghasilkan adanya proses pembelajaran yang juga bersifat lentur, luwes, dan mengikuti keadaan serta kebutuhan peserta didik. Lee dan McLoughlin (2010) mendefinisikan pembelajaran fleksibel sebagai "seperangkat pendekatan pendidikan dan sistem yang berkaitan dengan pemberian pilihan, kenyamanan, dan personalisasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Secara khusus, pembelajaran fleksibel memberikan pembelajar dengan pilihan tentang di mana, kapan, dan bagaimana pembelajaran terjadi, dengan menggunakan berbagai teknologi untuk mendukung proses belajar mengajar."
Merdeka Belajar merupakan visi yang dibangun berdasarkan pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah tujuan pendidikan sekaligus paradigma pendidikan yang perlu dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan. Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati. Hal ini dilakukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa. Menteri Dikbudristek, Menteri Pendidikan kita, Nadiem Makarim mengatakan bahwa Merdeka Belajar merupakan konsep pengembangan pendidikan di mana seluruh pemangku kepentingan diharapkan menjadi agen perubahan (agent of change). Para pemangku kepentingan tersebut meliputi keluarga, guru, institusi pendidikan, dunia industri, dan masyarakat. Salah satu wujud Merdeka Belajar adalah penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi.
Nah, apa itu Pembelajaran Berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi merupakan satu cara untuk guru memenuhi kebutuhan setiap peserta didik karena pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya (Breaux dan Magee, 2010; Fox & Hoffman, 2011; Tomlinson, 2017).
Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi Sumber: (ASCD, 2011)Â
Association for Supervision and Curriculum Development (2011) menuliskan bahwa ada beberapa karakteristik dasar yang menjadi ciri khas dari pembelajaran berdiferensiasi ini. Ciri-ciri tersebut adalah bersifat proaktif, menekankan kualitas daripada kuantitas, berakar pada
Asesmen, menyediakan berbagai pendekatan dalam konten, proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan juga lingkungan belajar, berorientasi pada peserta didik,Merupakan campuran dari pembelajaran individu dan klasikal, dan bersifat hidup.
Arti penting Pembelajaran Berdiferensiasi
Catlin Tucker (2011) menjelaskan pentingnya pembelajaran
diferensiasi ke dalam tiga poin, yaitu:
pembelajaran yang berdiferensiasi menantang peserta didik yang cerdas untuk menggali pembelajaran secara lebih dalam. Disisi lain pembelajaran berdiferensiasi juga menyediakan dukungan bagi peserta didik tingkat bawah atau peserta didik dengan ketidakmampuan belajarÂ
memberi kesempatan peserta didik untuk menjadi tutor sebaya. Hal ini memperkuat pemahaman peserta didik yang telah menguasai materi sambil memberikan dukungan bagi peserta didik yang masih kesulitan.Â
sama halnya dengan ukuran pakaian di toko yang tidak akan selalu pas dengan ukuran tubuh konsumen, guru juga perlu memahami bahwa satu pendekatan standar untuk mengajar tidak akan memenuhi kebutuhan semua atau bahkan sebagian besar peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi adalah kunci untuk menjangkau semua peserta didik.
Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada tiga strategi yang dapat Guru terapkan di kelas, yaitu:
1. Diferensiasi konten
Konten adalah apa yang Guru ajarkan pada siswa dengan memperhatikan kategori kebutuhan belajar siswa yang meliputi : kesiapan belajar (readiness) siswa, minat siswa, dan profil belajar siswa. Konten atau isi materi yang diajarkan harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Bagaimana cara membuatnya? Konten dapat berupa tantangan atau pertanyaan penelitian yang merangsang siswa untuk menggali lebih dalam tentang suatu konsep yang diajarkan.
2. Diferensiasi proses
Diferensiasi proses setidaknya harus memuat: apa yang akan siswa pahami, materi apa yang akan dipelajari siswa, bantuan seperti apa yang akan guru berikan, siapa yang membutuhkan bantuan, dan berapa banyak bantuan yang akan guru berikan. Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
a. Membuat kegiatan berjenjang
Guru harus memberikan pemahaman dan keterampilan yang sama kepada setiap siswa. Akan tetapi dengan dukungan, tantangan dan kompleksitas yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.
b. Merancang pertanyaan pemandu atau tantangan
Guru dapat membuat sudut-sudut minat tempat dimana siswa akan memahami suatu konsep dan mendapatkan keterampilan yang sama dengan siswa lainnya tetapi disesuaikan dengan minatnya masing-masing. Guru juga dapat menyesuaikan dengan level kemampuan siswa dan mengeksplorasi sub materi sesuai minat mereka walaupun materi yang diajarkan sama. Caranya adalah dengan memberikan pertanyaan pancingan atau pertanyaan pemandu atau tantangan yang berbeda.
c. Membuat agenda siswa secara individual
Guru dapat membuat daftar pekerjaan umum di kelas dan agenda siswa secara individu. Siswa diarahkan dalam menyelesaikan pekerjaan umum dulu baru tugas individual.
d. Memfasilitasi lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas
Hal ini berguna untuk memberikan dukungan terhadap siswa yang mengalami kesulitan atau sebaliknya mendorong siswa yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam.
e. Merencanakan kegiatan belajar yang bervariasi
Guru harus mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa. siswa auditori akan lebih cepat memahami dan mendapatkan keterampilannya jika pembelajaran yang dilakukan dengan suara yang lebih keras serta mendominasi. Siswa visual akan lebih cepat paham jika materi disajikan dalam bentuk tayangan yang lebih banyak dilihat. Dan siswa kinestetik akan mudah memahami jika mereka langsung dilibatkan dalam pembelajaran melalui praktik langsung.
3. Diferensiasi produk
Diferensiasi produk ini merupakan tagihan apa yang harus dikerjakan oleh siswa dan harus ditunjukkan atau dikumpulkan. Produk belajar dapat berwujud presentasi, rekaman, diagram, karangan, tulisan, dan hasil tes. Produk yang dihasilkan oleh siswa setidaknya harus mengandung pemahaman dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dan mempertimbangkan kebutuhan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKAÂ
Puskurbuk, 2021, Naskah Akademik Pengembangan Kurikulum Nasional
Tucker, Catlin. 2011. Differentiated Instruction: What Is It? Why Is It Important? How Can Technology help?Diakses dari https://catlintucker.com/2011/01/differentiated-instruction-whatis-it-why-is-it-important-how-can-technology-help/ pada 18 Oktober 2022.
Tomlinson, Carol A. (2017). How to differentiate instruction in academically diverse classrooms. VA: ASCD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H