Manakala, bola gagal melesat tepat ke gawang, disitulah percikan luapan hati mulai terselip
Apa dirimu sudah menyaksikan dengan mata kepalamu. sejenak tengok layar televisi, layar ponsel, koran, hingga jejaring sosial...
Jari jemari ini rasanya sudah rapuh...
Malam ini dengan problema pelik mengguncang.
Manakala hati sudah tidak lapang...
Penuh gumpalan emosi menyesakan dada...
Waspadalah...! Raut muka muram pun, tak jarang ditampakkan.
Begitu bengis, jikalau sudah tidak terbendung.
Guratan guratan dileher, menyeruak keluar
Apa yang membuat hatinya tergores dan terbacik cabik?...
Rupanya, terperangah kekalahan yang tak bisa ia tepis dan Terima begitu saja.
Saat kekalahan berujung kericuhan. Terenyuh, daku merengkuh dan merenung...
Maksud hati menghadirkan hiburan rakyat Pribumi, berujung isak tangis pilu menyesakkan denyut nadi.
Mari, tangan menengadah...
Bermunajat, penuh khidmat,...
Tertunduk penuh kekhusyukan, berdoa,
" Ya Tuhan,semoga keluarga yang ditinggalkan,diberikan ketabahan dan keikhlasan".semoga ini tiada terulang.
Menguntai kata memang mudah, tapi melakukan itu " Tidak semudah membalikkan telapak tangan".
Tragedi kanjuruhan. Sejenak membuat desir waktu berkabung dan lengang.
Satu lagi. Satu pena hari ini harus ditandaskan, sebagai koreksi lelayung atas kerisauan ini,
Apa yang harus dibenahi,..?
Memilah milah kembali...?
Agar relung relung suara hati Pribumi, bisa terobati....
**Minggu, 02 Oktober 2022**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!