Siapa sangka?...
Kadung, kadang, dan kidung merenda dan membingkai jarum tali-temali jahitan ini
Aduh, sakit. Tertusuk jarum hingga berdarah.
Mentari siang ini bagai ngengat, menusuk dan berdendang dengan suara bising
Siang-siang terbayang sudah, ingatan masa lampau yang hampir pupus, pudar bakal ditelan zaman.
Benang merah pembatas antara terdakwa atau berjasa, menyeringai muram hari ini.
Nampak berbeda dengan azam yang berbeda.
Sejenak mengukir puing puing bangunan. Hampir hancur. Kamera memotret nya.
Siang siang terbayang. Aroma masakan ibu dengan harum merekah menyelami bilik bilik kamar, teras hingga dipan dipan singgasana.
Siang siang terbayang. Begitu meredam emosi sesaat yang sejenak harus ku basuh dengan air mengalir. Sejuk menenangkan.
Tidak jauh, di sungai itu saja.
Siang-siang terbayang...
harap harap cemas....
Terjadi atau hanyalah fiksi
Sembungharjo, M. Erik Ibrahim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Puisi: Tanya pada Parit yang Bening
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!