Saat tubuh ini meringkuk, mengendap endap
Bebatuan alam dan dan granit itu merekah kemilau menyisipkan sebuah rahasia
Bisik bisik alunan meriam bambu, menggelegar dan terpanjatnya dengan jantung. "Aduh,suara itu demikian".
Sekuntum bunga lili dan bunga sepatu merah merona.
Senada dan halus saja mengenai pori pori tangan ini
Sari sarinya, kelopak bunga nya, mahkota bunga, serbuk sari, menyeruak semerbak...
Hinggap menjadi obat...
Penawar penat di tengah bagai bergeliat...
Seketika sulur dari pohon yang rindang, menyibak hingga ke relung relung hati, penawar gerah, sesak dihati.
Melegakan...
Rongga rongga hidung termanjakan.
Ku hibahkan sejenak di labirin renungan, senantiasa, menggali, menelaah...
Tapi tidak sampai menerka-nerka...
Ingin tutup mata sejenak menyingkir dari suudzon yang mengelabuhi jiwa
Ketika gelisah ditengah badai, jadilah seperti daun ketapang " Jatuh terpuruk dalam kubangan air keruh, namun menjernihkan sekelilingnya".
Semarang, 16 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!