Debu itu selalu saja hinggap ke cermin. Seraya ku ingin menanggalkan waktu tuk mengusap dan menyeka nya seperti baru.
Debu itu terkadang menimpali kedua bola mata ini, sehingga pedih dan pandangan kabur mulai menerjang tiada ampun, terlebih jika mentari terik seperti berada 1 jengkal dengan tangan ini.
Debu itu senantiasa tersirat dan menyingkap kebaikan darinya. Manakala air di cakrawala ini habis entah kemana. Bawah bumi maupun hujan yang tiada turun. Debulah bisa menjadi pengganti abadi nya. Bila bersih dan suci.
Debu itu bisa disalah gunakan,tuk menaburkan benih-benih kebencian dari hasrat seseorang, agar tergerak dan terpuaskan hatinya, menyayat dan melukai seseorang
Debu itu, bagai mata uang...
Setiap sisi bagai sawang sinawang...
Aura kebaikan terpancar disana...
Udang dibalik batu mengiringi dan terselip dalam murka...
Dan Peribahasa juga mengatakan,
" Kalah jadi Debu, Menang Jadi Arang"...
Intinya keduanya samalah merugi manakala keegoisan menggerogoti hati emasnya
Bersinar lah tanpa menjatuhkan, melenyapkan, melengserkan orang lain. Debu itu. Ya... Itulah penggambaran mu
# Debu itu ( Di hari hari minggu pagi dengan hawa dingin menusuk kalbu
# 13 Agustus 2022
Ilustrasi gambar by m. Liputan6. Com oleh Sulung Lahitani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!