" Menempuh pendidikan dengan status swasta membuat Aisyah merasa berkecil hati dan hanya dapat melihat layar HP akun temannya yang sudah di Terima di negeri "
Lamunan Aisyah rasanya juga bergetar dan memberi radar kepada penulis tentang apa yang ia rasakan...?
" Apakah pembaca juga demikian...? "
Aisyah yang sejak dulu dari SD hingga dibangku perkuliahan harus mengalami beberapa kegagalan yang membuat ia
Tidak lolos seleksi di SMP negeri dan Perguruan tinggi berstatus negeri.
Tidak mengapa Aisyah...! Setidaknya kamu berhasil dengan perjuangan mu menempuh pendidikan di jenjang SD dan SMA di jenjang negeri.
" Apakah ia masih belum cukup puas ?"ia tentu saja, karena ia masih bertanya tanya kepada dirinya, mengapa aku tidak bisa masuk ke SMP dan Perguruan tinggi berstatus negeri.
Apakah... ! Apakah nilai ku belum cukup baik, atau kuota nya yang hanya sedikit, atau pesertanya yang terlalu banyak hingga membludak.
Aisyah---seorang anak remaja yang memiliki harapan ingin bisa masuk ke pendidikan berstatus negeri dan rajin dalam belajar.
Tapi... Ya begitulah ia...
" Ia terlena dalam keberhasilan hingga ia lupa dan enggan untuk belajar menyikapi kegagalan jika terjadi padanya"
Kini ia hanya bisa meratap dan bersedih hati diselimuti rasa selalu ingin menghibur diri seolah olah mengatakan tidak mengapa pada dirinya.
Seperti ingin memutar waktu, ia ingin sekali belajar lagi dan berjuang untuk menempuh pendidikan kembali sembari belajar cara menyikapi kegagalan.
Namun...! Sudah terlanjur terjadi...
Nasi sudah menjadi bubur. Kini ia hanya bisa memperbaiki apa yang tersisa dan meningkatkan apa yang bisa di tingkatkan.
Mesin pasir waktu semakin berjatuhan perlahan menandakan ia sudah menapaki jenjang perguruan tinggi... Tapi...! Lagi lagi, kembali ke swasta.
Meskipun begitu... Perguruan Tinggi Swasta yang ia pilih ternyata telah tersemat " A ", artinya sangat baik.
Setidaknya... Setidaknya ia bisa mengela napas sejenak dan merasa bahagia, karena meskipun swasta tapi, kualitas nya sudah tidak diragukan lagi.
Hingga suatu hari....
Ia ingin gigih dan mengikuti tes masuk ke Perguruan Tinggi Negeri atau PTN.
" Wah... Ini kesempatan terakhir ku untuk bisa ikut tes lagi, sebelum umur menyudahi semua perjalanan ku "
Sebelum hari H itu tiba, Aisyah enggan lagi malas dalam belajar. Jari jemarinya ia gunakan untuk berhitung.
Otaknya digunakan untuk mengingat-ingat kembali ilmu ilmu yang telah ia serap dan pelajari.
Penuh konsentrasi...
Penuh keseriusan....
" Aku tidak boleh lengah lagi dalam belajar, kali ini, aku harus bisa "
Ia---ia mempertajam pena nya, meraut pensilnya, mempersiapkan segala macam, apa saja yang harus ia bawa.
Seperti hari ini. Sangat antusias ketika akan mengikuti tes disalah satu satuan Pendidikan yang ia minati.
Apalagi... Ya yang harus ku bawa...
Apakah ada yang tertinggal di rumah ya...?
Aisyah---maklumlah...! Ia memang anak yang sedikit pelupa dan selalu merasa cemas, terlebih lagi, ini adalah jarak waktu yang cukup lama setelah sekian lama tidak mengikuti tes lagi.
Degup kencang jantung Aisyah berdebar.
" ~Aku harus bisa tenang... Pasti aku bisa"
Menjelajahi waktu yang semakin sore, usai sudahlah ia mengikuti tes dan menunggu hasilnya dirumah.
Secangkir----secangkir teh, kopi maupun susu selalu menemani ia sembari menanti pengumuman hasil nya.
Sembari itu Aisyah sejenak termenung dalam hatinya...
" Hmmm....apapun hasilnya nanti, Tuhan, Berikanlah kali kelapangan hati untuk ku untuk menerima apapun hasilnya nanti "
Sembari melihat bintang di malam haru, bulan bersinar dan mengingat ingat masa lalu yang ia arungi begitu pahitnya
Sumber foto : Ilustrasi by Pixabay oleh distelAPPArath
# M. Erik Ibrahim
# Jum'at, 22.07.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H