Kini ia hanya bisa meratap dan bersedih hati diselimuti rasa selalu ingin menghibur diri seolah olah mengatakan tidak mengapa pada dirinya.
Seperti ingin memutar waktu, ia ingin sekali belajar lagi dan berjuang untuk menempuh pendidikan kembali sembari belajar cara menyikapi kegagalan.
Namun...! Sudah terlanjur terjadi...
Nasi sudah menjadi bubur. Kini ia hanya bisa memperbaiki apa yang tersisa dan meningkatkan apa yang bisa di tingkatkan.
Mesin pasir waktu semakin berjatuhan perlahan menandakan ia sudah menapaki jenjang perguruan tinggi... Tapi...! Lagi lagi, kembali ke swasta.
Meskipun begitu... Perguruan Tinggi Swasta yang ia pilih ternyata telah tersemat " A ", artinya sangat baik.
Setidaknya... Setidaknya ia bisa mengela napas sejenak dan merasa bahagia, karena meskipun swasta tapi, kualitas nya sudah tidak diragukan lagi.
Hingga suatu hari....
Ia ingin gigih dan mengikuti tes masuk ke Perguruan Tinggi Negeri atau PTN.
" Wah... Ini kesempatan terakhir ku untuk bisa ikut tes lagi, sebelum umur menyudahi semua perjalanan ku "
Sebelum hari H itu tiba, Aisyah enggan lagi malas dalam belajar. Jari jemarinya ia gunakan untuk berhitung.