Menghela napas dalam dalam tak jarang ia lakukan demi membuat nya sedikit tenang dan lebih lega dengan keadaan nya yang seperti ini.
Menghibur diri dengan memercikkan air sungai di wajah nya agar senantiasa segar bugar dengan segala kejenuhan yang ada.
" Aduh... Mengapa aku tiba tiba menangis ketika melihat dan berkaca di air sungai ini? "
Waktu berlalu begitu cepat nya hingga ia tak sadar sedang menatap air sungai dan air mata pun terjatuh.
Keluh kesah nampaknya ingin ia bagikan bersama air air, bebatuan, ikan ikan kecil dan penduduk alam Buana disana.
Mungkin matahari terbit dan terbenam, inilah yang ia rasakan sebenarnya, rasa manis pahit dan getir ia curahkan dan hadapi sendiri..
"Matahari segera terbenam, aku harus segera pulang? "
Begitulah ketika ia harus bergegas dan terpaksa disadarkan alam bahwa ia harus segera pulang dan isak tangis tadi sudah ia keluar kan dan dicurahkan.
Menapaki jalan dengan selipa atau sendal jepit yang ia bawa berwarna biru sebagai alas kaki pelindung diri agar tidak terkena duri maupun bebatuan yang bisa saja menggetarkan hati.
Cepat... Cepat... Cepat...! Ia harus lari, lari dan lari sebelum langit cerah berubah menjadi gelap dan mendung.
" Setidaknya,dengan berkaca dan berkeluh kesah di air sungai dan membuat air mata terjatuh, bisa membuat nya sedikit lega dan pulih bagi Amanina "
Sumber foto : https://pixabay.com/id/photos/air-mengalir-anak-sungai-alam-226967/