Seperti hari ini. Sinar mentari pagi menembus kedua kelopak mataku, sehingga terpaksa harus terbangun
Aku---seorang pemuda biasa, tapi selalu ingin punya tujuan dan harapan kecil yang ingin digenggam walau tak nampak dan membekas sekalipun didunia maya.
Jam tangan di lengan ku juga berdetak kesekian kalinya, berdering berjuta kali untuk menyadarkan ku bahwa... Segeralah bangun.
Ayo---bersihkan sekujur tubuh mu dari segala kemalasan, dan menjauh lah dari lamunan yang terus menghantui mu.
Seperti pagi ini. Tenaga dan pikiran harus senantiasa terjalin silaturahmi agar tercipta suatu pekerjaan yang mumpuni dan membahagiakan.
Secarik kertas demi secarik kertas ku robek dan diganti coretan tinta sebuah pena dengan gagasan yang indah.
Namun... Lagi lagi, nasib tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sedari pagi asa yang ku tandaskan, satu persatu mulai tergeser, pudar dan luntur.
Seperti hari ini. Sesekali ku menelusuri Lembah dan pedesaan senantiasa melepas penat dan merenung sedalam-dalamnya.
Sepeda tua dengan dinamo senantiasa ku gunakan dan payung juga tak ayal ku bawa pergi menyusuri indahnya negeri.
Ku teropong dengan mata elang ku sedetail mungkin satu persatu. Burung Camar, burung merpati berkicauan. Padi Padi nan hijau dan asri hingga bunga lavender yang semerbak dihati.
Di muara pinta---acapkali lantunan doa kupanjatkan manakala mata terpejam sejenak dengan perlahan.
Muara pinta...! Tempat ku curahkan semua pinta pinta yang ada di kalbu dengan segenap hati dan riap rindu.
Sebelum langit mengguntur dan memotong pinta yang sedang ku tengadah kan, ku bergegas memanjatkan dan ku lantunkan dengan khusyuk.
Seperti malam ini. Iya... Malam yang harus ku arungi yang senantiasa berpapasan dengan senyap dan sunyi.
Jam dinding---sesekali jam dinding itu berdetak yang terpaku dibilik rumah singgah ini.
Tak lupa--- senantiasa ku muara kan pinta ku ini untuk Tuhan
Muara pinta di atas Muara pinta hasil jerih payah merenung dimalam kelabu kesunyian.
Seperti malam ini. Telinga lebar ini mendengar alunan suara merintih, menangis dan bermunajat seraya berdoa.
Di Muara pinta...! Malam ini menjadi saksi bisu betapa kelamnya doa dan asa yang kupanjatkan, supaya kemudahan , kegembiraan, pertolongan senantiasa darat.
Di Muara Pinta ini...! Mataku terpejam, merunduk dan berdoa dengan suasana sakral dan hening.
"Cerpen ini terinspirasi dari salah satu karya pak Zaldy Chan dengan karya puisi nya berjudul Di Muara Pinta. Terimakasih pak Zaldy. Sungguh menginspirasi"
Minggu, 19 Juni 2022
M. Erik Ibrahim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H