Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🦢 Terbentur----TeRBENTUR----TerbENTUR----TERBENTUK🐇🦢

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Muara Pinta

19 Juni 2022   19:44 Diperbarui: 19 Juni 2022   20:08 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Pixabay / saifulmulia

Seperti hari ini. Sinar mentari pagi menembus kedua kelopak mataku, sehingga terpaksa harus terbangun

Aku---seorang pemuda biasa, tapi selalu ingin punya tujuan dan harapan kecil yang ingin digenggam walau tak nampak dan membekas sekalipun didunia maya. 

Jam tangan di lengan ku juga berdetak kesekian kalinya, berdering berjuta kali untuk menyadarkan ku bahwa... Segeralah bangun. 

Ayo---bersihkan sekujur tubuh mu dari segala kemalasan, dan menjauh lah dari lamunan yang terus menghantui mu. 

Seperti pagi ini. Tenaga dan pikiran harus senantiasa terjalin silaturahmi agar tercipta suatu pekerjaan yang mumpuni dan membahagiakan. 

Secarik kertas demi secarik kertas ku robek dan diganti coretan tinta sebuah pena dengan gagasan yang indah. 

Namun... Lagi lagi, nasib tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sedari pagi asa yang ku tandaskan, satu persatu mulai tergeser, pudar dan luntur. 

Seperti hari ini. Sesekali ku menelusuri Lembah dan pedesaan senantiasa melepas penat dan merenung sedalam-dalamnya. 

Sepeda tua dengan dinamo senantiasa ku gunakan dan payung juga tak ayal ku bawa pergi menyusuri indahnya negeri. 

Ku teropong dengan mata elang ku sedetail mungkin satu persatu. Burung Camar, burung merpati berkicauan. Padi Padi nan hijau dan asri hingga bunga lavender yang semerbak dihati. 

Di muara pinta---acapkali lantunan doa kupanjatkan manakala mata terpejam sejenak dengan perlahan. 

Muara pinta...! Tempat ku curahkan semua pinta pinta yang ada di kalbu dengan segenap hati dan riap rindu. 

Sebelum langit mengguntur dan memotong pinta yang sedang ku tengadah kan, ku bergegas memanjatkan dan ku lantunkan dengan khusyuk. 

Seperti malam ini. Iya... Malam yang harus ku arungi yang senantiasa berpapasan dengan senyap dan sunyi. 

Jam dinding---sesekali jam dinding itu berdetak yang terpaku dibilik rumah singgah ini. 

Tak lupa--- senantiasa ku muara kan pinta ku ini untuk Tuhan

Muara pinta di atas Muara pinta hasil jerih payah merenung dimalam kelabu kesunyian. 

Seperti malam ini. Telinga lebar ini mendengar alunan suara merintih, menangis dan bermunajat seraya berdoa. 

Di Muara pinta...! Malam ini menjadi saksi bisu betapa kelamnya doa dan asa yang kupanjatkan, supaya kemudahan , kegembiraan, pertolongan senantiasa darat. 

Di Muara Pinta ini...! Mataku terpejam, merunduk dan berdoa dengan suasana sakral dan hening. 

"Cerpen ini terinspirasi dari salah satu karya pak Zaldy Chan dengan karya puisi nya berjudul Di Muara Pinta. Terimakasih pak Zaldy. Sungguh menginspirasi"

Minggu, 19 Juni 2022

M. Erik Ibrahim


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun