Di titian jembatan dengan air sungai mengalir
Juni membuat gitar hati seolah hampir tersingkir
Dengan sejuta kisah yang tercantum di cangkir
Terbelenggu dan terpatri tak ingin minggir
Poros waktu ku abaikan saja
Bosan, rumput di jelaga ini juga tak ingin berbincang
Cakaran kisah seolah mencabik berdentum
Jangan tanya seberapa sakitnya---Tubuhku saja lebih memilih bungkam
Juni---Muara Pinta sementara ku bendung
Cerita---Curahan hati senantiasa meraung-raung
Balik---Tersingkap entah sampai kapan dan terpasung
Liuk liuk dari layangan sejenak ku pandang dengan tatapan kosong
Harapan ku seluas langit biru tak berujung
Kunang-kunang berkilau mengitari acapkali ku bergeming
Berteduh sejenak dipohon kehidupan, menikmati bintang sang cakrawala alam
Tunggu,...Jangan lupa persiapkan pinta mu selanjutnya
Juni, keadaan genting maupun hening kau juga tak peduli
Denting denting hawa nafsu ku sesekali terpercik tuk melukaimu
Tapi...Tak mampu sudah ku meronta tak terhingga kepadamu
Baiklah... Ku tuai semuanya ditembok tembok labirin kertas
Tinta sudah siap dan goresan pena juga tak terbatas
Suratan takdir menepi dengan ilalang ilalang nan membuat tergores dengan raut muka pucat, sayup sayup.
Juni... Mata elang ini akan senantiasa sinis
Jika kau berulah...! Iya.. Jika kau mencari cari perkara dan berulah lagi
Kamis, 16.06.2022
M. Erik Ibrahim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H