Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🦢 Terbentur----TeRBENTUR----TerbENTUR----TERBENTUK🐇🦢

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jika Aku Menjadi

15 Juni 2022   11:03 Diperbarui: 17 Juni 2022   05:52 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kring.. Kring... Kriiing..., lihatlah, ada sepeda dengan seorang anak kecil yang sedang mengais rezeki untuk kelangsungan hidupnya. Ia bernama Uci... 

Mata elang yang berkaca kaca sesekali tak ingin ia tampakkan ke ranah publik manakala harus menghadapi tumpang tindih ekonomi yang begitu pedih 

Bacaan lain : seperti laptop ku

Mentari dan panas yang menyengat hingga menusuk ubun ubun dan kulit, terpaksa ia bungkam dan tahan sekuat tenaga. 

Uci---seorang hamba sahaya, yang baru duduk di bangku Sekolah Dasar, berkulit sawo matang, bermata bulat dan memiliki pipi tembem. 

Ramping...! Jangan katakan itu pada ia, itu bisa menyakiti dan menyayat hati kecilnya, karena tubuh nya melebihi berat ideal. 

Rambut ikal yang dimilikinya senantiasa ia kuncir dan dikepang ketika sedang berjerih payah di sebuah usaha ikan asin milik pamannya. 

Seperti hari ini...! Yang biasanya uci riang gembira saat menyusuri dan jalan setapak menuju sekolah, ia ganti dengan datang pagi buta untuk membantu pamannya. 

Ia tak mampu membayar uang SPP nya yang sudah menggunung entah tahu berapa jumlahnya. Tapi jangan sedih...! Uci tidak pernah membuka mulut pada siapa siapa. 

Tak seorangpun ia lantunkan keluh kesahnya, dan ia acuh tak acuh begitu saja. Ia hanya bercerita kepada Tuhan yang membantu nya saja. 

Berpeluh keringat uci manakala mentari pagi hari sudah menyongsong pada siang hari dan terpaksa Poros waktu harus ia lalap diwaktu itu untuk membolak balik ikan agar kering merata. 

Mendapatkan upah seadanya tak membuat uci berputus-asa dan bersedih, justru ia langsung bermunajat kepada Tuhan dengan segudang bersyukur yang ia miliki. 

Jika aku menjadi...! Untaian kata ini pernah uci dentumkan berkali kali dalam benaknya manakala melihat teman sekolah nya begitu mudah nya membayar SPP dan untuk membeli sebongkah makanan. 

Tidak...! Tenang saja, uci tidak senang membagikan kepiluan nya. Ia hanya menangis dan sesekali menyeka air mata yang tumpah ketika dalam keramaian. 

Seperti hari ini. Usaha ikan asin milik pamannya uci berbuah manis dan ada sedikit sisa ikan asin yang masih untuk dan sangat untuk dikonsumsi, khusus dihadiahkan untuk Uci. 

Terperanjat...! Bagai gayung bersambut dan uci pada pagi buta yang senantiasa datang tepat waktu, belum makan apa apa. 

Uci, ini ada sedikit ikan yang berlebih, nanti kamu bawa saja ya..! 

Uci yang tadinya sayup-sayup kebingungan , sedih dan harus menahan rasa lapar, kini ka riang gembira mendapatkan ikan asing  yang dihibahkan untuk nya. 

Petang---detik detik waktu sudah menunjukkan waktu pukul 16.00, saatnya Ixi pulang ke rumah kecilnya. 

Begitu sederhana----rumah dengan dinding rotan dan atap kayu, dan lantai yang tidak memiliki ubin, tak membuat ia bergeming dan terbungkam, ia selalu membawanya ke dalam keceriaan. 

Sendiri...! Uci tinggal dirumah sederhana itu sendiri, tak memiliki keluarga, apalagi intan berlian seindah permata. 

Multitalenta...! Meskipun masih SD, Uci tak sungkan menunjukkan bakatnya untuk memasak. 

Ikan asin yang ia bawa, akan ia sulap menjadi ikan asin goreng dan nanti ada sambal dari bawang putih, garam dan cabai merah seadanya. 

Tak lupa, Uci akan menanak nasi yang sebelumnya ia beli di toko kelontong terdekatnya. 

Tak banyak... Ia hanya masak secukupnya untuk semalam saja, karena ia harus berhemat dan membagi rata untuk membayar uang SPP nya nanti. 

Di gubuk tua alias rumah sederhana itu, Uci selalu menghibur dirinya sendiri dengan berbagai cara agar rumah itu tidak sunyi senyap. 

Untuk menentramkan hatinya agar selalu terbuka mata hatinya, ia selalu melantunkan alquran peninggalan Ibunya yang ia baca hingga membuat semua sela sela rumah terdengar dan menggema. 

Sholawat kepada Nabi tak lupa ia dendangkan atas rasa rindu dan ingin bertemu sosok Nabi, karena baginya, ia adalah panutan seumur hidup nya. 

Jika aku menjadi...! Usai menghibur dirinya tadi, uci masih terbesit rasa takut, khawatir dan cemas atas kehidupan nya. 

Jika aku menjadi...! Sesekali ini yang ia angan angankan dikepalanya sembari menikmati bintang dan kemerlap malam dibalik bilik kamar yang ia punya. 

Jika aku menjadi...! Dikala hidup sendirian, Uci senantiasa tertengadah dan berdoa agar Tuhan selalu melapangkan rezekinya ketika ia berpijak dibumi mana pun. 

Jika aku menjadi...! Untaian kalimat itu berdesir halus memasuki sela sela rumah dan telinga ketika tangannya tertengadah dan memanjatkan do'a , sesekali ditemani kerlap kerlip kunang-kunang yang mengitarinya... 

~~~~~Kisah Nyata~~~~~

Tentu, Uci bukanlah sebuah nama sebenarnya, melainkan nama samaran berdasarkan siaran televisi yang pernah ku lihat 3 tahun silam. 

Uci---kamu tidak sendirian, ada banyak sekali teman mu yang kelangsungan hidup nya seperti kamu bahkan kurang beruntung seperti kamu... 

Hal yang bisa dipetik dari kisahmu adalah bagaimana kamu bersikap dan tidak menyalahkan keadaan meskipun kau senantiasa berhari-hari harus berhadapan dengan masalah yang serupa atau bahkan berbeda sekalipun. 

Terimakasih...! Uci, ku ucapkan terimakasih untuk mu sudah menginspirasi banyak orang termasuk aku dengan pengalaman dan kisah inspiratif yang kau ajarkan kepadaku. 

******15 Juni 2022******

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun