Kepala ini begitu terheran heran bukan kepalang
Seakan mata tak ingin berkedip meskipun waktu berjalan
Dengan rahang menganga tak berkesudahan dengan samudera dan benua pertanyaan tiada habisnya
Apakah kepiluan pernah mendera kalbu mu?
Apakah jeritan tangisan pernah membuat kau menangis sendu
Dimana aku bisa menemukan tembok saksi bisu mu?
Agar ku tahu, isi curahan hatimu yang sebenarnya kau rasakan, namun kau pendam, bungkam dan bergeming , tanpa ada yang tahu
Rasanya sekuntum mawar merah dan putih ini patut ku sematkan di dalam benakmu, wahai Raden Ajeng Kartini,
Merah merona nya mawar ini menggambarkan sosok dirimu yang begitu tangguh, pemberani dan tak gencar pada siapapun yang mengancam dan mencoba mengusik mu
Meskipun ditengah tengah kegentingan, dan bisa saja malapetaka menimpamu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!