Kedua bola mata kutengadahkan ke atas
Seraya menatap langit dengan begitu was was
Gumpalan kabut putih itu seolah murung
Isyarat tanda langit menjadi mendung
Setitik air satu persatu mulai turun
Seakan berbondong-bondong ingin terjun
Menyusul desiran angin yang begitu kuat
Seakan membuat hati panik terperanjat
Air , angin dan sejuk seraya bersatu padu
Menghadirkan suasana bergejolak di kalbu
Kedua lubang hidungku seolah menghayati
Begitu indah ciptaan Tuhan yang satu ini
Aura kedamaian begitu terpancar dalam kalbu
Seakan hati ini tenang dan tak menggebu-gebu
Lain lagi jika tanah tandus itu terbasaahi
Seakan bergeming hati nurani ini
Angin yang sejuk dan pohon yang rindang
Begitu menambah suasana betah memandang
Rasanya tak ingin pindah dari situ
Meskipun kedinginan menyelimuti tubuhku
Kusudahi saja puisi ini kerana hujan telah reda
Dengan detik detik waktu sebagai isyarat tanda
Sebentar lagi pelangi menawan akan datang
Sembari buat teh hangat dulu tuk memandang
*...Semarang, 25/03/2022...*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H