Gemuruh air mulai terdengar dari atap rumah
Diikuti gemercik air yang jatuh diatas tanah
Setitik air yang berbondong-bondong itu
Seakan menghiasi suasana puisi menjadi syahdu
Seketika hati terketuk, bilamana hujan terhenti
Semangat berkobar telah terpancar di sanubari
Tuk membuat perahu kertas menyejukkan hati
Seakan tak perlu memakan waktu berhari-hari
Puisi waktu : Isyarat waktu yang terpaku
Sebuah perahu itu terbuat dari sehelai kertas
Yang membuatnya elok, indah dan pantas
Dengan jari jemari yang penuh hati hati
Hingga jangan sampai terkoyak sana sini
Sungai kecil jadi tempat favorit tuk berkelana
Menikmati rintik hujan yang tak kunjung reda
Menyusuri indahnya sungai dan jernihnya air
Seakan membuat terlena dan tak ingin mangkir
Disuatu pertengahan jalan, perahu itu rapuh
Hingga tak lagi membuatnya utuh
Bagian demi bagian seakan hanyut
Hingga membuat hati ini menjadi kalut
Selamat tinggal perahu kecil yang rapuh
Kenangan mu selalu membuat hati terenyuh
Dengan sebutir puisi ini dan segudang nostalgia
Yang membuat hati ini selalu bahagia
*... M. Erik Ibrahim... 20/03/2022...*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H