Mohon tunggu...
Erik Kurniawan
Erik Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aktivis Pergerakan Pemuda

Sekretaris di Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor di Ponorogo. Hobi Menulis, Berfikir Besar, Kemudian Bertindak. Murid Ideologis Tan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rasionalitas Substantif Genduren Warga Nahdliyin

2 Maret 2023   23:33 Diperbarui: 2 Maret 2023   23:38 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan, pernah muncul gerakan atas nama pemurnian ajaran Islam (purifikasi). Dengan jumawa mereka mengkampanyekan ajakan untuk kembali ke Al Qur'an dan Sunnah, memurnikan ajaran Islam dari TBC (Tahayyul, Bid'ah dan Churafat), berislam secara kaffah (menyeluruh). Tahlilan atau budaya genduren yang mengakar di masyarakat, tak luput dicap sebagai bid'ah dan ajaran sesat sinkretisme agama. Beruntungnya hal ini tidak berlangsung lama, NU dengan segala sumber daya keilmuan mendalam dan hujjah kuatnya, melawan habis-habisan kampanye purifikasi Islam tersebut.

Hal ini dilakukan demi agar Indonesia tidak mengalami masa transisi yang merupakan efek kriminalisasi adat atas nama agama. Membela genduren bukan hanya berarti membela amaliyah tradisi yang telah tumbuh dan mengakar, membela genduren juga berarti membela nasib jutaan masyarakat kecil yang menggantungkan kebutuhan perutnya pada mata rantai perekonomian yang terkait dengan genduren. Membela genduren bukan tentang sereceh perdebatan khilafiyah keagamaan, namun juga terkait dengan budaya yang sudah menjelma menjadi jaring perlindungan sosial masyarakat kecil. 

Nahdlatul ulama dengan kearifan dan keluhurannya, terbukti mampu menjadi problem solver atas situasi dan kondisi masyarakat kecil, mampu menjaga nilai-nilai budaya adiluhung bangsa Indonesia, mampu merawat jagat dan membangun peradaban dunia.

Genduren adalah salah satu contoh dimana hal yang dianggap sepele bahkan mungkin tidak terfikirkan oleh generasi masa kini, punya rasionalitas substantif maha dahsyat bagi kaum yang mau berfikir. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun