Mohon tunggu...
Erik Kurniawan
Erik Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aktivis Pergerakan Pemuda

Sekretaris di Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor di Ponorogo. Hobi Menulis, Berfikir Besar, Kemudian Bertindak. Murid Ideologis Tan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orkestrasi Internal NU untuk Peradaban

13 Mei 2022   18:11 Diperbarui: 7 Februari 2023   09:54 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nahdlatul Ulama( sumber: via kompas.com)

Berbicara Nahdlatul Ulama tentang tugas pokok dan fungsinya sebagai organisasi berbasis sosial kemasyarakatan dan keagamaan tentu tidak lepas dari tujuan mengapa NU didirikan. 

NU yang memang lahir pada masa pergolakan melawan penjajahan kolonial dan berlatar munculnya friksi antar golongan (sekte) keagamaan, tidak boleh dikerdilkan cakupannya hanya sebagai wujud antitesis dari kedua hal tersebut. 

Generasi NU masa kini harus menerjemahkan khittah perjuangan Nahdlatul Ulama seluas-luasnya hingga ke titik sigma sebagai konsekuensi logis dari sebuah perlambang bola dunia yang bertali melingkar itu.

Mari kita simak Kredo Pergerakan KH Wahab Chasbullah tahun 1950, di Jakarta (2 tahun sebelum NU keluar dari Masyumi) : "Banyak pemimpin NU di daerah-daerah dan juga pusat yang tidak yakin akan kekuatan NU, mereka lebih meyakini kekuatan golongan lain. 

Orang-orang ini terpengaruh oleh bisikan orang yang menghembuskan propaganda agar tidak yakin dengan kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan NU itu ibarat senjata adalah meriam, betul-betul meriam.

Tetapi digoncangkan hati mereka oleh propaganda luar biasa yang menghasut seolah-olah senjata itu bukan meriam, tetapi hanya gelugu alias batang kelapa." 

Nahdlatul Ulama yang diumpamakan sebuah meriam di kala itu, tentu sama sekali bukan organisasi sembarangan. Pengelolaan NU yang sembarangan oleh pengurusnyalah yang menyebabkan NU terkesan seperti sebuah organisasi sembarangan.

Nahdlatul Ulama dengan segala perangkat organisasinya adalah satu kesatuan keluarga besar yang dibentuk guna bekerja dan berkhidmah sesuai lini masing-masing. 

Namun jika kita melihat dari perspektif luas, tidak jarang kita temui antar lembaga bahkan badan otonom di NU yang saling sikut bahkan saling tidak peduli satu sama lain. 

Kesadaran semesta kader bahwa semua anak kandung NU adalah sebuah keluarga besar yang harus saling asah asih asuh, saling membantu, saling mendukung dan saling bergandengan tangan demi mencapai satu tujuan bersama belum begitu kentara.

Tengok saja, dalam contoh kasus misalnya dunia pendidikan formal, lembaga pengelola wakaf, hingga lembaga amil zakat , sang raksasa Nahdlatul Ulama ini masih kalah bersaing prestise dengan lembaga serupa. 

Belum lagi jika menyangkut mengenai NU sebagai "problem solver" dimana keluh kesah warganya bisa diadukan. NU belum sepenuhnya menjawab semua permasalahan umat  secara menyeluruh. 

NU hari ini bisa dibilang masih secara parsial tampil sebagai pemecah kebuntuan masyarakat. Jikapun dikatakan sudah menyeluruh melalui berbagai perangkat organisasinya, cakupan dan kerja organisasinya belum bisa dikatakan ideal dan maksimal.

Nahdlatul Ulama adalah warisan dari para muassis untuk dijaga dan dirawat. Kerja organisasi harus terus ditingkatkan hingga setidaknya mencapai satu titik yang ideal. 

Sedari pusat hingga tingkatan ranting maupun anak ranting. Jangan biarkan NU menjadi kerdil peran dan fungsinya hingga masyarakat beranggapan bahwa ada dan tidaknya NU tidak berarti apa-apa bagi mereka. Na'udzubillah tsumma na'udzubillah.

Ada satu bahasan menarik dari para senior penulis di pergerakan Pemuda Ansor Kabupaten Ponorogo yang mungkin menjadi salah satu gagasan besar pondasi kokoh NU masa depan sebagai upaya membangun sebuah peradaban. 

Apakah itu? Mewujudkan Ranting NU Ideal dengan sebuah Orkestrasi Gerakan. Ya, menampilkan wajah NU masa depan harus dimulai hari ini dengan sebuah superteam yang bekerja selaksa di sebuah organisasi berkelas dunia. 

Mengupas gagasan tentang orkestrasi diatas, penulis membayangkan sebuah tujuan tunggal guna mewujudkan sebuah ranting Nahdlatul Ulama yang ideal dengan berbagai parameter idealnya. 

Lantas, dikolaborasikan dengan sebuah hal yang dinamakan sistem co-office NU. Niscaya akan menjadi satu lompatan evolusi besar Nahdlatul Ulama sebagai mercusuar pengelolaan organisasi maha besar berkelas dunia. 

Arah perkembangan menuju masa depan ini sendiri, penulis benar-benar sangat optimis suatu hari nanti akan terwujud. Dengan atau tanpa anda sekalipun.

Lantas, seperti apa kondisi kemajuan masa depan NU? Penulis akan menyampaikan beberapa hal yang mungkin bisa menjadi gambaran implisit bagi anda semua. Pertama, penulis melihat bahwa kedepan Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah milik NU (LAZISNU) menjadi sebuah Baitul Maal seperti yang terdapat pada zaman Nabi. 

Berbagai kasus kelaparan, malnutrisi & stunting, putus sekolah, ketidakberdayaan ekonomi, masalah petani-nelayan, dan lain sebagainya mampu diselesaikan dengan berbagai program rilisan LAZISNU. 

Pondok Pesantren NU terus melahirkan generasi-generasi islami dan agamis dengan berbagai keunggulan tambahan dibanding pendidikan pada umumnya. 

Sekolah-sekolah formal NU menjadi rujukan karena didukung oleh fasilitas dan sarana-prasarana yang sangat memadai, bahkan mampu menggratiskan biaya pendidikan via subsidi silang dari pemerintah, LAZISNU, LKSA yang dikelola warga NU, Lembaga Wakaf NU, dan lainnya. 

Di lain sisi, jumlah sekolah baru yang dibangun NU telah merambah diberbagai pelosok negeri dan tentunya dengan berstatus unggulan. Sarjana-sarjana NU jebolan berbagai perguruan tinggi otomatis terserap di berbagai pos wilayah khidmah.

Selanjutnya Lembaga Wakaf NU menjadi solusi praktis masyarakat yang ingin mewakafkan hartanya untuk perjuangan agama. Disana ada berbagai program wakaf yang bisa dipilih karena mencakup berbagai bidang mulai bidang produktif, kesehatan, pendidikan, agama, sosial, dan lain sebagainya. 

Selain itu, perguruan tinggi NU, sekolah formal, pondok pesantren, bahkan pengurus ranting NU bisa mengakses database wakaf untuk keperluan sesuai bidang masing-masing. 

Misalnya, dalam rangka pembangunan fasilitas penunjang, kampus 2, peningkatan infrastruktur, dan sebagainya. Begitupun seterusnya dimana semua perangkat organisasi Nahdlatul Ulama tumbuh dan berkembang dalam nuansa dan iklim orkestrasi sebagai sebuah keluarga besar yang benar-benar ideal. 

Menjadi semacam perusahaan raksasa multinasional yang melayani apapun kebutuhan jamaah mulai sektor mikro hingga makro.

Alhasil, selanjutnya kita benar-benar akan melihat seperti apa wajah NU di masa depan. Kehadiran NU benar-benar menjadi sebuah "problem solver" atas berbagai persoalan masyarakat. 

Berbagai layanan sosial kemasyarakatan, keagamaan, termasuk terkait ekonomi, isu lingkungan, kepemudaan, kesehatan,  perempuan & anak, pendidikan, dan lain sebagainya. Dari tingkatan anak ranting, ranting, MWC, PC, PW hingga PB.

Hingga Nahdlatul Ulama benar-benar menjelma menjadi sebuah organisasi massa transnasional yang menjaga hubungan harmonis dengan negara-negara dimana ia berbasis. 

Menjadi mitra strategis negara dengan semboyan hubbul wathan minal iman, satu posisi dimana NU tidak akan pernah berbuat makar. 

Lantas pada titik itulah, saat dimana NU tidak hanya menjadi rujukan keislaman dunia, namun juga menjadi mercusuar untuk peradaban dunia. Tulisan ini akan penulis tutup dengan sebuah pertanyaan, "Lantas dimanakah bidang garap dan apakah peran anda hari ini untuk NU masa depan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun