Mohon tunggu...
Erik_Ibra25
Erik_Ibra25 Mohon Tunggu... Mahasiswa - 🥳🥳😅Halo semuanya... Terimakasih sudah kasih saran , follow dan apresiasinya... 🥳🥳🌱

Meskipun pilihan tetapi tetap berusaha untuk Headline. Semangat 🥳🥳🌱🥳🥳

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gawat! Cuci Rapot Marak Di Penjuru Negeri, Anak Prestasi Bisa Hilang Kursi!

27 Mei 2023   18:34 Diperbarui: 28 Mei 2023   05:04 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar oleh siplahtelkom.com. Ilustrasi berbagai buku rapot sekolah

" Orang pintar kalah sama orang bejo, dan orang bejo kalah sama orang berduit" Iyakah? 

Fenomena yang tidak asing lagi yang biasanya terjadi di sekolah-sekolah atau di ruang lingkup pendidikan. 

Adapun hal ini berkaitan dengan sebuah fenomena cuci raport yang tampaknya kian hari kian laris di pasaran. 

Sekadar informasi bahwa cuci raport adalah sebuah pengubahan untuk nilai-nilai raport yang memiliki nilai rendah kemudian diubah menjadi nilai yang tinggi. 

****

Adapun dengan pengubahan nilai tersebut tentu dimaksudkan untuk bisa tembus pada sekolah-sekolah negeri maupun pada universitas-universitas negeri di Indonesia saat ini. 

Sebut saja yang sudah tidak asing lagi adalah Lampung yang dimana ramai diperbincangkan didunia maya mengenai cuci rapot adalah hal yang sudah biasa. 

****

Jikalau pada umumnya dikenal dengan istilah membayar kursi untuk bisa tembus Sekolah Negeri ataupun universitas negeri. 

Namun kali ini diubah menjadi versi yang berbeda yaitu cuci raport untuk bisa menaikkan atau meluluskan calon siswa maupun mahasiswa untuk bisa belajar di pendidikan di institusi negeri. 

***

Cuci Rapot, Bolehkah ? 

Berkaitan dengan hal ini tentu hal ini merupakan sebuah tindakan yang bisa merugikan pihak-pihak terutama siswa-siswa yang benar-benar pintar untuk bisa tembus PTN atau sekolah negeri. 

Akan tetapi dengan adanya peristiwa ini tentu saja kursi-kursi yang seharusnya mereka tempati menjadi tergeser dengan orang yang sudah berduit atau memiliki kekayaan leb.

Sehingga tidak kaget bahwa uang ratusan juta? Milyaran bisa diganti sebuah pengubahan nilai agar bagus. 

Di tempat kalian, adakah fenomena ini? 

****

Namun yang lebih miris lagi apabila terdapat calon mahasiswa yang ingin sekali bisa masuk ke Universitas Negeri dengan fakultas impian. 

Saja Misalnya ketika ingin masuk fakultas kedokteran atau FK melewati seleksi yang cukup tinggi, biaya yang tidak murah hingga kepintaran dan kecerdasan yang dibutuhkan. 

Apalagi cukup jika memiliki sertifikat penghargaan? Sertifikat prestasi tak memadai? Piagam yang belum memiliki bobot yang tinggi? 

Tentu saja memiliki kesulitan tersendiri untuk bisa lanjut untuk masuk ke luar negeri. 

Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa jalur langit memang tetap ada bagi siapa yang banyak-banyak berusaha maupun berdoa sungguh-sungguh. 

***

Siapa yang diuntungkan? Ya mestinya para oknum dari pihak sekolah yang membantu menaikkan nilai rapot itu dengan diganti bayaran yang mahal. 

Namun siapa yang kecewa setelah ini? 

Pasti banyak sekali yang dirugikan terutama anak-anak muda berprestasi yang hanya bermodalkan prestasi dengan ekonomi yang serba kekurangan. 

Namun apadaya, tergeser oleh kalangan yang ber keuangan. 

Apakah cuci rapot bisa diatasi? Bisa

Dimulai dari mana? Kesadaran dari semua pihak, baik yang ingin masuk ke sekolah atau institusi negeri ataupun oknum pendidikan yang menolak membantu menaikkan nilai. 

****

Namun ada juga yang membantu menaikkan nilai secara cuma-cuma? Agar mayoritas disekolahnya bisa masuk ke sekolah negeri. 

Tentu reputasi dan prestasi bisa menjadi meningkat dan lebih baik. 

Apakah fenomena ini akan tetap ada dan sampai kapan? 

Semangat pejuang Seleksi Mandiri

Dan berhubungan dengan sanksi, hingga kini masih bertanya tanya, apakah Indonesia kena sanksi atas insiden FIFA kemarin di SEA Games 2023 atau sebaliknya? 

----

Demikian dan Salam humaniora

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun