saat hendak pergi ke Negeri Kashmir, mengapa kau tak menahanku untuk tetap tinggal disini?Â
tak lupa, muara pinta dinegeri Sodong  sejenak menepi dihati. Sepintas ada yang kurang?Â
Saat pundi-pundi rupiah kau tarik membabi buta!Â
saat uluran kasih sayang kau gadai dengan setumpuk sertifikat berharga menjuntai.Â
Secuilpun, tidak mengindahkan ku dan acuh bagai tiada termenung apa-apa?Â
****
Sekarang apa pintamu, sudah cukup perlahan ku sudah memuai rasa iba kepadamu, setelah kau dapatkan semuanya!Â
Sampai kapan kau bisa berkata cukup?Â
Masih belum juga. Aku tak sangka, gelap mata telah menggerutu mu...Â
Segala cara kau ulurkan.... Tak peduli kiri dan kanan.Â
****
Kembalikan itu, sebongkah barang itu bukan punyamu?Â
Apakah kau sanggup menanggung  dosa yang akan dihibahkan setelah ini?Â
Aku harap, kau memikirkan kembali...Â
---
Demikian dan Salam Fiksi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H