Barangkali Pihak Kompasiana Ingin klarifikasi!!!Â
Kekecewaan Tak Berujung
Saya tidak peduli apakah kekecewaan ini sampai kepada telinga admin Kompasiana dan sistem di Kompasiana.Â
Kekecewaan sudah tiada terbendung saat mata terbelalak yang tadinya sumringah bahagia berujung uring-uringan kekecewaan.Â
Dan berhubung tema nya yaitu memaafkan orang lain, saya ingin sedikit sampaikan kepada pihak Kompasiana.Â
Kronologi kekecewaan terjadi
Saat itu, penulis tengah antusias ingin membuat dan mengemas rapi artikel dengan rapi dan ditambahkan pula aksen aksen dan gaya tulisan yang menarik hingga bisa dibaca oleh semua orang.Â
Perlahan namun pasti, artikel tersebut telah terketik sedemikian rupa dan begitu eloknya.Â
Waktu demi waktu bergulir dan artikel berhasil ditayangkan dengan baik dan mendapatkan label artikel pilihan.Â
Lagi-lagi Label pada artikel, apakah sepenting itu? Ya.. Bagi penulis, itu merupakan tanda penghargaan dan apresiasi sederhana namun begitu mewah dimata penulis.Â
Tidak jarang orang-orang sangat berhati-hati dalam menulis, menyusun kosakata sedemikian rupa dengan digubah satu persatu dengan rangkaian kata menjadi suatu kalimat yang indah.Â
***
Alhasil.... Unik... Menarik... Novelty dapat dimunculkan dan berpotensi tersemat label artikel pilihan.Â
Begitu juga dengan penulis dengan hati-hati dalam menulis meskipun sempat kesulitan dengan pencarian kata-kata yang sesuai dan sepadan.
Artikel demi artikel telah terbuat? Namun mengapa baru-baru ini ada artikel yang sudah tersemat artikel pilihan kemudian digubah secara tiba-tiba menjadi artikel biasa tanpa label.Â
***
Ini tentunya mengundang kekecewaan yang mendalam, dan bagi penulis awam yang belum centang biru adalah suatu peristiwa yang membuat letih dan lesuh tidak karuan.Â
Yang menjadi pertanyaan, mengapa ada artikel pilihan kemudian diubah menjadi artikel biasa atau tanpa pilihan? Mengapa harus diubah? Mengapa Admin Kompasiana? Bagaimanakah seharusnya?Â
Saya yakin, saya tidak sendirian bahwa ada juga penulis lain terutama yang belum bercentang akunnya, pasti mengalami nya.Â
****
Apa yang kalian rasakan? Kekecewaan? Pasrah dan menulis lagi? Berhenti menulis? Atau merehatkan badan sejenak, lalu menulis beberapa saat?Â
Pentingnya berdamai dengan diri sendiri
Namun, nasi sudah menjadi bubur dan itu sudah terjadi meskipun pihak Kompasiana tidak memberikan klarifikasi apa-apa ketika terjadi problem tersebut.Â
Ini tandanya mungkin disuruh untuk berdamai dengan diri sendiri dengan menerima kenyataan yang ada dan legowo atas kejadian yang terjadi.Â
" Seperti sedang naik diatas awan,lalu dijatuhkan tiba-tiba".seperti itulah ketika penulis menerima label artikel pilihan, lalu kemudian dihilangkan labelnya begitu saja.Â
Mungkin bagi sebagian kalangan, ini adalah berlebihan. Namun bagi penulis, Kompasiana ini bisa sebagai wadah tempat mencurahkan sesuatu.Â
Saatnya memaafkan orang lain
Sepintas susah dan sukar untuk dilupakan kejadian tersebut, namun ya sudahlah...!Â
Memaafkan layaknya bisa menjadi solusi meskipun hati merasa tertegun, jengkel, kecewa dan lain sebagainya.Â
Ketika kita sudah terlanjur meremukkan kertas putih halus yang rapi menjadi kucel dan mencoba membalikkan semula, pastinya tidak mungkin dan tidak mudah...Â
***
Namun setiap manusia pasti pernah berbuat salah dan setiap sistem pasti pernah berbuat kesalahan....Â
Hari ini.... Saat ini... Marilah Bermaaf-maafan saling dipanjatkan, meskipun tak bertatap muka secara luring.
****
namun lewat tangan tertengadah, kepala tertunduk tulus dan untaian kata-kata permohonan maaf lewat daring...., bisa menjadi solusi
Foto dokumentasi , barangkali admin atau sistem bisa meluangkan waktu untuk klarifikasi
---
Demikian dan Salam kompasianner
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H