Lebih memprihatinkan lagi, literasi bukan aktivitas favorit bagi sebagian besar siswa sekolah. Seharusnya, membaca dan menulis menjadi kebiasaan bagi pelajar mulai dari tingkat sekolah dasar (SD). Sebab aktivitasnya tak bisa dilepaskan dari belajar dan belajar sendiri tidak bisa dilepaskan dari aktivitas membaca. Membaca menjadi tidak menyenangkan karena tidak ada aktivitas trial and error seperti bermain game.
Berkarya sejak dini supaya membaca
Dunia pendidikan sejak dulu telah mengenal istilah learning by doing. Belajar sambil mengerjakan sesuatu hal, sehingga tidak membosankan. Sebab saat membaca, organ tubuh yang lebih banyak beraktivitas adalah otak. Kerja otak lebih melelahkan daripada kerja otot, maka banyak orang kemudian menjadi mengantuk saat membaca.
Output dari budaya membaca adalah menghasilkan sumber daya manusia yang mampu berkarya dalam bidang apapun. Minat baca yang tinggi juga akan mempengaruhi tingkat pemahaman yang baik pada suatu bidang ilmu. Pemahaman yang baik ini tentu saja berimbas pada orisinalitas karya. Membaca sebenarnya bukan hanya dari buku, tapi bisa dari mana saja. Bisa dari website, media masa, cerita rakyat, tari-tarian tradisional, bahkan dari gejala alam di sekitar kita.
Dorongan untuk membaca bisa muncul dari kesenangan atau minat pada sesuatu hal. Kegiatan membaca ini harus diawali dengan niat dan minat. Mendorong para pelajar sejak tingkat SD untuk membaca bisa dimulai dari minat atau ketertarikannya. Anak-anak perlu didorong untuk menghasilkan karya dengan minat yang ada pada dirinya. Sebab setiap orang memiliki minat yang berbeda-beda.
Dalamnya pemahaman akan ilmu pengetahuan, mendorong kita untuk berkarya. Tetapi bagaimana bisa terus berkarya jika ada beberapa ilmu pengetahuan yang sulit diaplikasikan karena biayanya mahal. Salah satu cara untuk berkarya dengan sangat murah adalah membuat blog tentang bidang ilmu yang diminati. Misalnya, kita suka robotika, kita bisa menulis tentang robot di blog pribadi, tanpa harus mengeluarkan biaya mahal.
Jika kita menginginkan anak-anak SD suka membaca, maka kita ajarkan kepadanya untuk berkarya melalui blog. Anak-anak bisa menulis mengenai apa yang disukainya. Semakin rajin anak-anak menulis di blog, akan semakin rajin pula mereka membaca. Sebab tidak akan bisa menulis tanpa membaca.
Pembuatan blog atau blogging nampaknya perlu dijadikan ekstrakurikuler di sekolah dasar. Jika dipandang sangat diperlukan bisa juga dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran. Sekaligus mendidik etika menggunakan internet sejak dini. Pengetahuan dan kesadaran akan hak cipta juga bisa ditanamkan melalui blogging.
Siswa akan dibimbing membuat tulisan yang sesuai dengan minatnya. Siswa yang minat dalam olahrahaga, blognya akan berisi hal-hal seputar olahraga. Siswa dengan minat matematika akan membuat blog bertema matematika.
Dengan berkarya di blog, setiap siswa akan mengerti dan marasakan kebangaan saat karyanya dibaca dan bisa bermanfaat bagi banyak orang. Mereka juga akan merasakan kemarahan jika karyanya dijiplak oleh orang lain tanpa seizin pembuatnya. Blogging ini juga membuat para siswa SD menjadi haus dan terus berlatih berkarya sejak dini.
Pada suatu titik di tengah aktivitas blogging, para siswa akan merasakan kebutuhan untuk mencari pengetahuan baru. Di mana pengetahuan baru itu hanya bisa diperoleh dengan membaca. Dorongan alamiah semacam inilah yang membuat anak-anak menjadi betah membaca.