Besok hari Minggu, 5 Juli 2015, dini hari (waktu Indonesia), kita akan menyaksikan laga pertaruhan bagi Chile. Mengapa hanya Chile, bukankah ada dua tim yang bertanding? Memang ada dua tim yang akan bertanding di final Copa America 2015, Chile dan Argentina.
Tetapi Chile sebagai tuan rumah, mempunyai beban lebih berat dibanding tim lain, yaitu beban untuk menang. Hal ini umum terjadi, negara-negara lain juga merasakan beban lebih berat jika menjadi tuan rumah sebuah even besar. Seperti, Piala Dunia, Piala Eropa, dan lain-lain.
Selain status sebagai tuan rumah, disadari atau tidak, Chile memiliki beban yang lain. Kita tentu masih ingat pertandingan perempat final seminggu lalu. Kamis pagi, 25 Juni 2015, Chile bertemu Uruguay di perempat final.
Pertandingan berlangsung keras dari awal. Bahkan terjadi keributan yang membuat pertandingan terhenti beberapa saat.
Keributan pertama terjadi pada menit ke 21. Keributan ini melibatkan Maximiliano Pereira (defender Uruguay) dan Eduardo Vargas (striker Chile). Keduanya terlibat adu mulut, yang memancing pemain lain turut terlibat. Sehingga wasit harus bersusah payah melerai.
Sedangkan keributan kedua, terjadi di menit 62, antara Edinson Cavani (Uruguay) dan Gonzalo Jara (Chile). Kejadian terakhir ini yang paling fenomenal, sebab di dalamnya ada tindakan tidak terpuji.
Keributan di menit ke 62, diawali dengan sebuah tendangan bebas. Setelah tendangan bebas dilaksanakan, tiba-tiba Gonzalo Jara mendekati Cavani lalu berbicara. Lalu secara mengejutkan, Cavani menggerakkan tangan dengan kesal ke arah Jara dan mengenai dagu. Wasit pun melihat gerakan tangan Cavani dan segera meniup peluit.
Beberapa detik setelah wasit meniup peluit, Jara segera menjatuhkan diri, selayaknya pemain melakukan diving. Cavani segera diberi kartu kuning kedua alias kartu merah. Secara teori, tindakan wasit sudah sesuai prosedur, ia melihat Cavani menggerakkan tangannya ke arah Jara dan terkesan memukul.
Cavani pun segera melakukan protes keras kepada wasit. Selain itu, Cavani juga berusaha mengejar Jara, tetapi dicegah oleh pemain lainnya. Tetapi protes Cavani tidak membuahkan hasil, ia tetap harus keluar lapangan.
Setelah peristiwa ini, para pemain Uruguay seperti kehilangan konsentrasi dan terpaksa bertanding dengan 10 pemain saja. Pada pertandingan yang berlangsung alot ini, berkurangnya tenaga Uruguay jelas menguntungkan Chile. Hasilnya pada menit ke 80, Mauricio Isla berhasil membobol gawang Uruguay dan 1 - 0 untuk Chile.
Provokasi colek pantat
Pada awalnya, saya menganggap kekalahan Uruguay karena Cavani yang sedang tidak beruntung. Ia terpovokasi oleh Jara, lalu mendapat kartu merah dan membuat timnya goyah. Beberapa hari kemudian, saya masih penasaran dengan peristiwa ini.
Setelah googling beberapa menit, akhirnya saya menemukan sebuah berita dari media online asing. Dalam berita itu dinyatakan bahwa, Gonzalo Jara memperoleh hukuman dilarang bermain pada pertandingan berikutnya. Penyebabnya, Jara sengaja memancing emosi Cavani, dengan mencolek pantat Cavani.
Artikel berita tersebut juga dilengkapi foto saat Jara mencolek Cavani. Ternyata selain mengajak bicara Cavani di menit ke 62, Jara juga mencolek pantat Cavani. Aksi inilah penyebab Cavani mengayunkan tangan ke arah Jara, karena tersinggung dicolek pantatnya.
Wasit tampaknya tidak mengetahui kejadian ini, sehingga mantap mengeluarkan kartu merah.
Masih ingat dengan film Three Musketeers? Jika masih ingat, maka akan ingat juga dengan semboyan para Musketeers yang selalu didengungkan. "All for one, one for all." Arti dari semboyan ini, "semua untuk satu, satu untuk semua."
Semboyan ini juga bisa ditafsirkan menjadi, "Jika satu memperoleh keuntungan, maka keuntungan harus dibagi untuk semua."
Dalam kasus colek pantat ini, semboyan tersebut saya tafsirkan, "Jika Gonzalo Jara melakukan aksi tidak fair, dan membuat Chile menang, maka seluruh tim Chile menanggung akibatnya."
Memprediksi pemenang Copa America 2015, memang sulit. Penyebabnya, hampir semua tim peserta memiliki performa fluktuatif. Kadang tampil bagus, kadang tampil buruk. Meskipun demikian, untuk pertandingan final Copa America 2015, hari minggu, 5 Juli besok, saya menjagokan Argentina menjadi juara.
Perjalanan Argentina, mulai dari fase grup hingga semifinal, tetap berada dalam jalur fair play.
Apakah final nanti menjadi berkah atau balasan untuk Chile? Kita saksikan saja besok minggu dini hari di KompasTV.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI