Mohon tunggu...
E
E Mohon Tunggu... Editor - Aku Papua

I'm Papuan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

ULMWP, Jawaban Penderitaan dan Sejarah Perjuangan Bangsa Papua

22 Juni 2018   10:07 Diperbarui: 25 Juni 2018   17:50 3872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin West Papua sedang menadatangi Deklarasi Saralana.

Pada tahun 1950 gerakan di Muyu, gerakan Marindi di pulau Kolepom tahun 1959, perlawanan di Asmat serta perlawanan Pakage Wagee di Paniai yang dipimpin Zakeus Pakage pada tahun 1954 sampai 1956, dan gerakan nabelal-habelal di daerah Lani tahun 1960, dan masih banyak lagi.

Gerakan-rerakan ini adalah embrio yang melahirkan kesadaran nasionalisme untuk menentang kekuasaan asing dan mewujudkan kemerdekaan bangsa Papua. Hanya gerakan-gerakan nasionalisme itu belum diorganisir dalam suatu gerakan secara nasional. Oleh karena itu periode-periode ini disebut awal kebangkitan nasionalisme Papua.

Dilihat dari itu sejarah perjuangan ini lebih jauh dan mendasar tentang bertumbuhan nasionalisme kemerdekaan Papua. Tetapi, Dr. Bernarda Meteray (2012) dalam disertasinya mengatakan, Nasionalisme ganda orang Papua yang dikonstruksi pemerintah Belanda dan Indonesia di Papua di akhir tahun 1950-an dan awal 1960-an.

Menurut saya teori ini tidak mendasar dan tidak realistis. Nasionalisme Papua lahir dari kesadaran bangsa Papua untuk melawan pendudukan dan pengaruh asing melalui kehadiran agama kristen, islam, perbudakan, perdagangan, pengaruh orang Maluku dan Indonesia lain jauh sebelumnya.

(Baca ini: Orang-Orang Eropa Pada Masa Lampau di Papua (Abad 15-18)

Pemerintah Belanda hanya menanggapi keinginan orang Papua itu untuk diwujudkannya, selain dari tekanan psikologi mereka karena kekalahan mereka dari kemerdekaan Indonesia. Sedang nasionalisme Indonesia di Papua merupakan konstruksi dari orang asing yang dipaksakan, bukan nasionalisme yang tumbuh dari dasar kesadaran.

Bernarda Meteray juga tidak menunjukkan kepada kita struktur mentalitas dari nasionalisme ganda secara mendasar, karena suatu nasionalisme lahir dan berkembang dari mentalitas manusia, nilai-nilai dan pola-pola budaya sebagai basis utama atau struktur dasarnya. Suatu nasionalisme tidak dibangun dari luar, tidak dipaksakan, tidak berakar dari struktur dasar dan budayanya. Itu disebut nasionalisme palsu yang tidak berakar dan tumbuh di tanah yang gersang.

Oleh karena itu, teori Bernarda Meteray mengenai nasionalisme ganda orang Papua bisa dipertebatkan atau bisa dibantah. Dalam pandangan saya nasionalisme Indoensia akan gugur dengan sendirinya dan tidak akan bertahan lama, karena nasionalisme Indonesia adalah nasionalsime palsu yang dipaksakan kepada orang Papua.

Parlemen Papua dan Partai Politik

Pada 1944 Resident J.P. Van Eechoud mendirikan sebuah sekolah polisi dan pamong praja di Hollandia dan mendidik 400 elit politisi asli Papua, dan di sekolah-sekolah ini ditanamkan ideologi nasionalisme Papua. Mereka ini kemudian menentang penjajah Belanda dan Indonesia di Papua Barat. Oleh karena itu, Van Eechoud dijuluki Vader der Papoea’s, bapak orang Papua.

Selain pendidikan, dalam periode ini juga disiapkan rencana pembentukan negara Federasi Melanesia, di mana pulau New Guinea yang dikuasi Belanda (West Papua) maupun bagian timur yang dikuasai Australia (PNG) dengan daerah-daerah kepulauan lain di sekitar digabungkan menjadi satu dan dibentuk sebuah negara dengan nama negara Federasi Melanesia. Pihak Belanda dan Australia setuju dan mendukung gagasan itu.

Tiap tahun dibahas rencana itu dalam konferensi-konferensi South Pasific Council (SPC) yang kini berubah nama menjadi Pacific Islands Forum (PIF), di mana orang-orang Papua Barat sendiri juga dengan kuat berjuang ide pembentukan negara Federasi Melansesia di forum ini, baik pihak Markus Kasiepo maupun Nicolas Jouwe.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun