Pada setiap minggu sore mereka bermain musik, menyanyi dan dansa diiringi dengan pukulan tifa, ukulele dan quitar di depan Museum. Arnold C. Ap dan kelompoknya berinisiatif untuk disiarkan musik dan lagu-lagu itu melalui program Radio di Jayapura. Untuk tujuan itu, Arnold C. Ap bersama dengan ahli teknik Constans Ruhukail diprogramkan dan disiarkan dalam program khusus. Dalam program ini disiarkan musik, cerita lisan dan tarian khusus dari kebudayaan Papua, akhirnya menjadi terpopuler dan terinspirasi orang-orang di seluruh Papua.
Selain program radio, Arnold Ap dan kelompok Mambesak telah produksi lima volume kaset dan kaset-kaset itu dibeli oleh orang-orang Papua dari berbagai daerah dan disebarkan di seluruh Papua. Penulis sendiri mendengar musik dan lagu-lagu itu sejak masuk sekolah dasar pada tahun 1986 di kampung kecil saya. Di mana seorang guru setelah tamat sekolah guru (SPG) yang kini PGSD Uncen dan kembali bawa kaset-kaset itu.
Setiap sore kami berkumpul dan mendengar lagu-lagu ini. Pada hari kegiatan ekstra kurikuler di sekolah guru-guru bawa radio di sekolah dan putar musik-musik ini. Mereka juga menjelaskan kisah Arnold Ap dan Mambesak, perjuangan Papua merdeka, maka secara otomatis terseraf dalam spirit kami tentang nasionalisme Papua.
Gerakan kelompok Mambesak ini bagi Indonesia telah menjadi ancaman serius eksistensi kolonialisme mereka di Papua. Karena itu, pemerintah Indonesia merencanakan Arnold dan teman-temannya untuk melumpuhkan kebangkitan kebudayaan itu. Karena budaya adalah spirit untuk membangkitan identitas suatu bangsa dan membangun nasionalisme secara masif. Budaya adalah roh dari suatu bangsa dan melalui budaya manusia membagikan sejarah, menyampaikan pesan dan harapan-harapan masa depan.
Pada bulan Novenber 1983 Arnold C. Ap bersama dua puluh temannya ditangkap oleh militer Indonesia. Mereka tidak melakukan kesalahan apa pun tetapi secara paksa mereka ditangkap dan dipenjarakan oleh kolonial. Militer Indonesia kemudian melakukan rencana untuk membunuh Arnold C. Ap dengan cara melarikan diri ke Papua New Guinea. Rencana ini dilakukan oleh komandan militer bersama Kopassandha (kini kopasus). Mereka merencanakan Arnold C. Ap melarikan diri ke pantai Hamadi kemudian dengan perahu ke Papua New Guinea.
Tentu rencana kopasus ini dilakukan dengan menggunakan orang-orang Papua tertentu. Pada tanggal 22 April 1984, Arnold C. Ap dan Eduard Mofu dijebak keluar dari penjarah ke pantai Hamadi kemudian mereka di bunuh di sana. Pada tanggal 26 April jazad mereka ditemukan di pantai Holtekam dan dibawah ke rumah sakit militer Aryoko, di Jayapura.
Para informen mengatakan penangkapan Arnold C. Ap dan teman-temannya dilakukan atas laporang oknum orang asli Papua tertentu dalam kelompok Mabesak sendiri. Orang itu termasuk anggota museum dan Mambesak yang kemudian dipasang oleh militer sebagai agen untuk menjerat Arnold C. Ap dan teman-temannya. Demikian juga ketika Arnold C. Ap dan Edy Mofu dijebak melarikan diri dari penjara di Jayapura. Di mana Kopassandha berdayakan orang asli Papua tertentu untuk melakukan hal itu.
Arnold C. Ap masih di penjara, Corrie Ap-Bukorpioper dengan anak-anak mereka melintasi perbatasan dan ke camp pengungsi di Black Wara, Vanimo di Papua New Guinea. Anak-anak Arnold C. Ap dan Corrie Ap semua masih kecil, Oridek Ap anggota ULMWP saat ini adalah anak tertua, kemudian Mambri, Erisam and Mansorak yang paling kecil.
Pada tanggal 9 February 1984 Corrie Ap mengunjungi Arnold di penjara dan tanggal 10 February mereka tinggalkan Jayapura melintasi perbatasan. Dalam kunjungan itu Corrie penuh dengan emosi dan dalam filingnya Arnold tidak akan aman. Karena itu Corrie mengatakan dia harus selamatkan anak-anak sebagai generasi masa depan, di mana anak-anak itu akan besar suatu saat mereka akan mencari tahu dan menemukan jalan yang ditinggalkan oleh Arnold C. Ap.
Corrie mangatakan, waktu itu saya hamil tiga bulan dan tiga anak yang masih kecil. Saya janji kepada Arnold, kami bisa melarikan diri, seperti dia usulkan. Saya sedih mengambil keputusan ini, untuk tidak mengecewakannya. Setelah pertemuan singkat itu, saya mau ke rumah dan saya meninggalkan Arnold, suami saya sudah di belakang, di dalam sebuah ruang dengan terali besi.
Saya di rumah dengan hati yang berat, sebagai seorang istri, ibu dari tiga anak yang masih kecil dan sebagai seorang perempuan. Saya berhenti dan jauhkan dari perasaan dengan masalah emosional itu. Saya harap untuk bertemu lagi dengan Arnold. C. Ap, suami saya dan bapak dari tiga anak saya. Ekspresi-ekspresi tidak pernah dirasakan sebelumnya. Tidak pernah sama sekali.