Mohon tunggu...
eri fauzi rahman
eri fauzi rahman Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru di SMKN 1 Sukanagara Kabupaten Cianjur Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ngaji Online Tradisi Baru Pesantren

15 Juni 2020   22:58 Diperbarui: 15 Juni 2020   22:50 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengajian on line yang menghiasai media sosial saat bulan Ramadhan, ternyata hingga sekarang masih bisa kita nikmati. Meskipun tidak seramai bulan Ramadhan, tradisi ngaji on line yang seolah "dipaksa" oleh situasi pandemi COVID-19, satu sisi mendatangkan hikmah. Akun facebook Kang Deden Al Itishom, sejak Ramadhan hingga sekarang, pengajian bersama santrinya di Ponpes Al I'tishom Warungkondang Cianjur, bisa dinikmati secara on line.

Peminat atau "santri on line" pengajian live di akun face booknya itu, mencapai ribuan orang. Penayangan video yang diunggah live streaming, mencapai ribuan kali penayangan. Bahkan dalam hitungan hari saja, jumlah 16 ribu penayangan dari sebuah video, merupakan angka yang fantastik. Hitungan-hitungan ini pertanda tingginya antusiasme pengguna facebook terhadap pengajian on line yang diselenggarakan oleh Kang Deden Al Itishom.

Kajian khas fiqih kitab Fathul Mui'n oleh Kang Deden, membuat "santri on line" rela bertahan berjam-jam didepan Laptop/HP. Kajian materi yang mudah dimengerti, menohok, jelas, lugas dan tuntas dengan sajian yang renyah, dibalut "bodor" khas orang sunda, menjadi daya tarik tersendiri.

Selain itu, sesi diskusi atau tanya jawab dengan para santrinya merupakan sesi yang sangat seru. Gaya berdiskusi yang terbuka dan jujur menjadi ciri khas tersendiri. Santri seolah "bebas" menyampaikan pertannyaan dan pendapatnya, bahkan sering terjadi Mang Santri seolah "berdebat" dengan sang Kyai Muda ini.

Tradisi diskusi yang khas ini, seperti mendobrak tradisi kepesantrenan yang jika santri berani bertanya bahkan berpendapat kepada sang Kyai, mereka takut "kwalat". Tetapi apa yang terjadi pada pengajian kilat "pasaran" on line ini adalah perkembangan tradisi keilmuan pesantren yang sangat baik. Interaksi yang dialogis dengan tidak mengesampingkan adab harus menjadi tradisi.

Pesantren-pesantren yang menyelenggarakan pengajian on line, jangkauan dakwahnya menjadi lebih luas. Melalui teknologi, keterbatasan waktu dan tempat sudah tidak menjadi alasan seseorang untuk tidak menuntut ilmu.

Sudah hampir satu pekan saya pun ikut larut dalam pengajian Kang Deden ini. Bagi saya yang dulu pernah mesantren, kesempatan seperti ini tidak disia-siakan. Penyesalan diri karena dulu tidak serius ngaji, seolah sedikit terobati dengan adanya pengajian on line seperti ini. Pengetahuan baru dari permasalahan fiqih kontemporer bisa menjadi bekal dakwah di masyarakat.

Semoga meskipun menjadi santri on line, tidak mengurangi keberkahan. Walaupun tidak bertemu (liqo) dengan Sang Kyai, ilmu yang didapat melalui majlis ilmu on line ini bisa mendatangkan keberkahan dan manfaat. Aaaminn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun