Mohon tunggu...
Eriel Dantes
Eriel Dantes Mohon Tunggu... Lainnya - Rebahan, melancholic | Matcha-enthusiast | Kopi susu, gorengan dan udud dua batang.

Gatau ah males mau beli truk

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Stoicicm: Ekspetasi dan Kebahagiaan

4 Oktober 2020   17:00 Diperbarui: 4 Oktober 2020   17:01 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zeno dari Citium | Patung dada Zeno dari Citium koleksi Farnese, Naples. Foto oleh Paolo Monti, 1969 via wikipedia.org

Berbicara mengenai filsafat, ialah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis yang dijabarkan secara mendasar. Secara harfiah, filsafat merupakan bahasa yunani yaitu philosophia yang artinya “pecinta kebijaksanaan” maksudnya adalah kajian masalah mendasar dan umum tentang persoalan eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa. 

Istilah ini kemungkinan pertama kali diungkapkan oleh Pythagoras. Pada dasarnya filsafat itu sendiri tidak didasari dengan melakukan eksperimen-eskperimen atau percobaan-percobaan, melainkan dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solus, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses itu dimasukkan kedalam sebuah dialektika.

Seperti contohnya, suatu hari anda ada agenda meeting yang diadakan oleh bos atau kolega anda, kemudian saat anda sedang diperjalanan untuk mendatangi meeting tersebut anda terjebak macet, lalu apa yang akan terjadi? Anda pasti akan menyalahkan keadaan yang pada akhirnya membuat anda mengeluarkan emosi negatif seperti marah, kesal, mood jadi tidak bagus, dsb. 

Sebenarnya hal ini bisa diatasi dengan sebelum berangkat anda sudah berekspetasi kalau dijalan akan macet, kalau hal itu terjadi yasudah dan benar saja terjadi, dari hal ini otomatis anda langsung berfikir “sudah ku duga” dan menghemat energi anda untuk mengeluarkan emosi negatif nantinya. 

Contoh lain, bayangkan anda adalah seorang lelaki yang ingin menyatakan rasa cinta ke calon pasangan anda, akan tetapi anda tidak berani menyatakannya karena anda sudah takut duluan jika tidak di terima olehnya, maka hal ini akan sangat membuang energi anda. Tapi apa yang akan terjadi jika anda tidak berekspetasi apa-apa? Anda tidak takut lagi untuk mengatakannya, bahkan bisa aja calon pasangan anda menerima pernyataan cinta dari anda.

Nah dari contoh tersebut dapat ditarik benang merah dasar dari sebuah ilmu filsafat yaitu Stoicism atau Stoikisme. Stoikisme adalah sebuah pandangan hidup yang menekankan tentang bagaimana kita menemukan kebahagiaan dalam diri kita sendiri untuk bisa menjalani hidup dengan bahagia dengan menerima apapun yang terjadi sebagai kehendak alam, kalau bahasa gaulnya adalah “bodoamat sama semua hal”. 

Secara terminologi, stoikisme disebut juga Stoa yang artinya adalah nama sebuah aliran atau mazhab filsafat yunani kuno yang didirikan di kota Athena, Yunani, oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM.  

Pada dasarnya, konsep dari stoicism ialah untuk tidak bereskpetasi pada segala hal yang akan terjadi pada kita. Tidak berekspetasi dipercaya dapat menimbulkan kebahagian dan meminimalisir emosi negatif yang keluar di diri kita, lebih singkatnya adalah kebahagiaan itu adalah tentang berfokus pada hal-hal yang berada di bawah kendali diri kita sendiri, bukan pada hal diluar kendali kita. Ada seorang kaisar bernama Marcus Aurelius, sosoknya menjadi sangat populer di mata dunia karena selain ia kaisar, ia juga adalah sosok filsuf stoic yang bijaksana, ia pernah berkata

Begin each day by telling yourself: Today I shall be meeting with interference, ingratitude, isolence, disloyalty, ill-will, and selfishness – all of them due to the offenders ignorance of what is good or evil.

Inti dari perkataanya adalah mengenai pentingnya untuk berpikir banyak sekali hambatan-hambatan yang akan terjadi setiap harinya jika ingin melakukan suatu hal, sebab banyak sekali hal-hal diluar kendali kita yang tidak mungkin bisa kita kendalikan. Jika sudah terbiasa untuk berfikir seperti ini sudah dapat di pastikan hidup anda akan tenang dan bahagia. Akhir kata, akan saya tutup dengan perkataan seorang filsuf bernama Epictetus.

Don’t demand that things happen as you wish, but wish that they happen as they do happen. And you will go on well.

Sekian, terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun