Mohon tunggu...
Eriek Maulana
Eriek Maulana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Institut Ilmu Qur'an An-nur Yogyakarta Fakultas Ushuludin Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia

4 Januari 2021   14:30 Diperbarui: 4 Januari 2021   14:37 7528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  Penyebaran Islam dari awal kemunculannya hingga saat ini, diyakini tidak lepas dari sumber primer ajaran Islam yaitu Al-Qur'an dan Al-Sunnah, sehingga sejarah Islam juga merupakan sejarah Al-Qur'an. Sejarah Al-Qur'an dalam konteks yang paling sederhana di Indonesia, dapat ditelusuri dengan melacak sejarah masuknya Islam ke Indonesia. 

  Tafsir Al-Qur'an di Indonesia merupakan upaya yang dilakukan untuk menjelaskan kandungan kitab suci Al-Qur'an kepada bangsa Indonesia melalui bahasa yang di gunakan oleh bangsa tersebut, baik dalam bahasa nasional (bahasa Indonesia) maupun dalam bahasa daerah, seperti bahasa Melayu, Jawa dan Sunda yang disampaikan secara lisan maupun tertulis, seperti termaktub dalam kitab-kitab tafsir, makalah-makalah, atau artikel-artikel dalam bentuk manuskrip atau hasil cetakan.

Dalam perkembangannya Tafsir Al-Qur'an di bagi menjadi Empat Periode:

  • Abad ke VII-XV (Klasik)

  Pada periode pertama islam di Nusantara belum bisa dikatakan sebagai sebuah tafsir, penafsiran al-Qur'an  masih berada pada wilayah penjelasan ayat-ayat al-Qur'an yang bersifat praktis dan penjelasan ayat-ayat al-Qur'an berdasarkan pemahaman pembawa ajarannya. Sebagaimana diketahui bahwa para ulama dan penyebar islam melihat kondisi Nusantara pada saat itu, yang dibutuhkan hanya sebatas penafsiran ayat-ayat untuk kebutuhan dakwah Islamiyah. tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh bahasa Arab terhadap huruf-huruf di Indonesia sangat besar, sehingga huruf-huruf yang digunakan dalam bahasa melayu pada awalnya adalah huruf-huruf Arab. 

Pada periode Klasik ini sangat sulit bagi para ulama disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, pertama; bahwa tulisan pada masa itu belum begitu penting bagi masyarakat indonesia, kedua; masyarakat Indonesia pada masa itu lebih memilih penjelasan-penjelasan praktis terhadap isi kandungan al-Qur'an ketimbang membaca karya-karya yang pernah ada di  negeri Arab,  ketiga; masyarakat pribumi masih membutuhkan waktu untuk belajar membaca huru-huruf Arab. Sejarah kajian tafsir al-Qur'an hanya mampu dibuktikan paling sejak abad ke-17 sampai ke masa-masa kontemporer.

  • Abad ke-15 hingga Abad ke-17 ( Abad pertengahan)

  Tafsir Al-Qur'an pada masa ini lebih berkembang dan lebih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena tidak didasarkan pada kekuatan ingatan semata sebagaimana periode klasik. Pada abad ini sudah ada seorang penulis bernama Hamzah al-Fansuri yang hidup antara tahun 1550-1599 melakukan penerjamahan sejumlah ayat al-Qur'an yang terkait dengan tasawuf dalam bahasa melayu yang indah meskipun tidak dalam bentuk yang sempurna 30 juz. Salah satu contohnya ketika menafsirkan surah al-ikhlas dengan mengatakan:

            Laut itu indah bernama Ahad

            Terlalu lengkap pada asy'us-samad

            Olehnya itulah lam yalid wa lam yulad

            Wa lam yakun lahu kufu'an ahad  

  Di antara pengikut Hamzah al-Fansuri atau bahkan konon dia adalah teman Hamzah al-Fansuri adalah syamsuddin al-Sumatrani yang muncul sebagai ulama terkemuka di istana Sultan Iskandar Muda. Pada masa Sultanah Safiyat al-Din, penerus Sultan Iskandar II, Abd Rauf al-Singkily menulis karya tafsirnya dalam bentuk lengkap 30 juz pada tahun 1661 dengan judul Tarjuman al-Mustafid. Modelnya singkat, jelas, dan elementer.

  • Abad ke-18 dan 19 (Abad Pra Modern).

  Pada abad ke-18 muncul beberapa ulama-ulama yang menulis dalam berbagai disiplin ilmu termasuk tafsir meskipun yang paling menonjol adalah karya yang terkait mistik ilmu atau ilmu tasawuf. Diantara ulama tersebut adalah Abd Shamad al-Palimbani, Muhammad Arsyad al- Banjari, Abd Wahhab Bugis, Abd Rahman al-Batawi dan Daud al-Fatani yang bergabung dalam komunitas Jawa. 

Namun memasuki abad ke-19, perkembangan tafsir di Indonesia tidak lagi ditemukan seperti pada masa-masa sebelumnya. Hal itu terjadi karena beberapa faktor, diantara pengkajian tafsir al-Qur'an selama berabad-abad lamanya hanya sebatas membaca dan memahami kitab yang ada, sehingga merasa cukup dengan kitab-kitab Arab atau Melayu yang sudah ada. Disamping itu, adanya tekanan dan penjajahan Belanda yang mencapai puncaknya pada abad tersebut, sehingga mayoritas ulama mengungsi kepelosok dan mendirikan pesantren-pesantren sebagai tempat pembinaaan generasi sekaligus tempat konsentrasi perjuangan.

  Sebenarnya ada karya tafsir lengkap 30  juz yang di tulis oleh seorang ulama asal banten, al-Nawawi al-Bantani (1813-1879 M) pada abad ke-19 dalam bahasa Arab yaitu Tafsir al-Nunir li Ma'alim al-Tanzil. Namun demikian karya tafsir ini ditulis dan dicetak di luar Nusantara, yaitu di Makkah.

  • Abad ke-20 dan 21 M (Abad Modern-Kontemporer)

  Sejak akhir tahun 1920-an dan seterusnya, sejumlah terjemahan Al-Qur'an dalam bentuk perjuz, bahkan seluruh isi Al-Qur'an mulai bermunculan. Kondisi penerjemahan Al-Qur'an semakin kondisif setelah terjadinya sumpah pemuda pada tahun 1928 yang menyatakan bahwa bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia. Tafsir al-Furqon misalnya adalah tafsir pertama yang di terbitkan pada tahun 1928. Selanjutnya atas bantuan pengusaha yaitu Saad Nabhan, pada tahun 1953 barulah proses penulisannya di lanjutkan kembali hingga akhirnya tulisan tafsir al-Furqon secara keseluruhan 30 juz dapat di terbitkan pada tahun 1956.

  Pada tahun 1938 Mahmud Yunus menerbitkan Tarjamat Al-Qur'anul Karim. Kemudian pada tahun 1942, Mahmud Aziz menyusun sebuah tafsir dengan judul Tafsir Qur'an Bahasa Indonesia. Proses terjemahan semakin baju pasca kemerdekan RI pada tahun 1945 yaitu munculnya beberapa terjemahan seperti Al-Qur'an dan terjemahannya yang didukung oleh Menteri Agama saat itu. 

Pada tahun 1963 perkembangan terjemahan mulai tampak dengan munculnya Tafsir Al-Qur'an karya Zainuddin Hamidi dan Fakhrudin HS. Tafsir Al-Azhar yang ditulis oleh Hamka pada saat dalam tahanan di era pemerintahaan Soekarno dan diterbitkan untuk pertama kalinya 1966. Tafsir Al-Bayan dan pada tahun 1973 Tafsir Al-Qur'an al-Madjied an-Nur, di cetak juz perjuz yang keduanya disusun oleh Hasbi as-Shiddiqy di samping menterjemahkan secara harfiah dengan mengelompokkan ayat-ayatnya juga menjelaskan fungsi surat atau ayat tersebut, menulis munasabah dan diakhiri dengan kesimpulan. 

Bentuk karya Hamka lebih ensklopedis karena dia seorang novelis dan orator sedangkan as-Shiddiqy menggunakan bahasa prosa. Disamping tafsir Al-Qur'an, muncul juga berbagai ilmu yang terkait dengan Al-Qur'an, baik itu sejarah Al-Qur'an/tafsir, ulum Al-Qur'an maupun ilmu yang secara tidak langsung terkait dengan Al-Qur'an dan tafsirnya.

  Tidak kalah pentingnya adalah tafsir yang menggunakan bahasa daerah. Diantara tafsir dalam bahasa daerah adalah seperti upaya yang dilakukan KH. Muhammad Ramli dengan al-Kitab al-Mubin, yang diterbitkan pada tahun 1974 dalam bahasa Sunda. Sedangkan dalam bahasa Jawa antara lain Kemajuan Islam Yogyakarta dengan tafsirnya Qur'an Kejawen dan Qur'an Sandawiyah, KH. Bisyri Mustafa Rembang dengan tafsir al-Ibriz pada tahun 1950. AG. Daud Ismail menulis tafsir dalam bahasa bugis Tafsire al-Qur'an Bahasa Ugi. Bahkan pada 1942, Perkumpulan Mardikintoko Kauman Sala menerbitkan terjemah al-Qur'an 30 juz basa jawi huruf Arab Pegon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun