Mohon tunggu...
Eriek Maulana
Eriek Maulana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Institut Ilmu Qur'an An-nur Yogyakarta Fakultas Ushuludin Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia

4 Januari 2021   14:30 Diperbarui: 4 Januari 2021   14:37 7528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  Pada abad ke-18 muncul beberapa ulama-ulama yang menulis dalam berbagai disiplin ilmu termasuk tafsir meskipun yang paling menonjol adalah karya yang terkait mistik ilmu atau ilmu tasawuf. Diantara ulama tersebut adalah Abd Shamad al-Palimbani, Muhammad Arsyad al- Banjari, Abd Wahhab Bugis, Abd Rahman al-Batawi dan Daud al-Fatani yang bergabung dalam komunitas Jawa. 

Namun memasuki abad ke-19, perkembangan tafsir di Indonesia tidak lagi ditemukan seperti pada masa-masa sebelumnya. Hal itu terjadi karena beberapa faktor, diantara pengkajian tafsir al-Qur'an selama berabad-abad lamanya hanya sebatas membaca dan memahami kitab yang ada, sehingga merasa cukup dengan kitab-kitab Arab atau Melayu yang sudah ada. Disamping itu, adanya tekanan dan penjajahan Belanda yang mencapai puncaknya pada abad tersebut, sehingga mayoritas ulama mengungsi kepelosok dan mendirikan pesantren-pesantren sebagai tempat pembinaaan generasi sekaligus tempat konsentrasi perjuangan.

  Sebenarnya ada karya tafsir lengkap 30  juz yang di tulis oleh seorang ulama asal banten, al-Nawawi al-Bantani (1813-1879 M) pada abad ke-19 dalam bahasa Arab yaitu Tafsir al-Nunir li Ma'alim al-Tanzil. Namun demikian karya tafsir ini ditulis dan dicetak di luar Nusantara, yaitu di Makkah.

  • Abad ke-20 dan 21 M (Abad Modern-Kontemporer)

  Sejak akhir tahun 1920-an dan seterusnya, sejumlah terjemahan Al-Qur'an dalam bentuk perjuz, bahkan seluruh isi Al-Qur'an mulai bermunculan. Kondisi penerjemahan Al-Qur'an semakin kondisif setelah terjadinya sumpah pemuda pada tahun 1928 yang menyatakan bahwa bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia. Tafsir al-Furqon misalnya adalah tafsir pertama yang di terbitkan pada tahun 1928. Selanjutnya atas bantuan pengusaha yaitu Saad Nabhan, pada tahun 1953 barulah proses penulisannya di lanjutkan kembali hingga akhirnya tulisan tafsir al-Furqon secara keseluruhan 30 juz dapat di terbitkan pada tahun 1956.

  Pada tahun 1938 Mahmud Yunus menerbitkan Tarjamat Al-Qur'anul Karim. Kemudian pada tahun 1942, Mahmud Aziz menyusun sebuah tafsir dengan judul Tafsir Qur'an Bahasa Indonesia. Proses terjemahan semakin baju pasca kemerdekan RI pada tahun 1945 yaitu munculnya beberapa terjemahan seperti Al-Qur'an dan terjemahannya yang didukung oleh Menteri Agama saat itu. 

Pada tahun 1963 perkembangan terjemahan mulai tampak dengan munculnya Tafsir Al-Qur'an karya Zainuddin Hamidi dan Fakhrudin HS. Tafsir Al-Azhar yang ditulis oleh Hamka pada saat dalam tahanan di era pemerintahaan Soekarno dan diterbitkan untuk pertama kalinya 1966. Tafsir Al-Bayan dan pada tahun 1973 Tafsir Al-Qur'an al-Madjied an-Nur, di cetak juz perjuz yang keduanya disusun oleh Hasbi as-Shiddiqy di samping menterjemahkan secara harfiah dengan mengelompokkan ayat-ayatnya juga menjelaskan fungsi surat atau ayat tersebut, menulis munasabah dan diakhiri dengan kesimpulan. 

Bentuk karya Hamka lebih ensklopedis karena dia seorang novelis dan orator sedangkan as-Shiddiqy menggunakan bahasa prosa. Disamping tafsir Al-Qur'an, muncul juga berbagai ilmu yang terkait dengan Al-Qur'an, baik itu sejarah Al-Qur'an/tafsir, ulum Al-Qur'an maupun ilmu yang secara tidak langsung terkait dengan Al-Qur'an dan tafsirnya.

  Tidak kalah pentingnya adalah tafsir yang menggunakan bahasa daerah. Diantara tafsir dalam bahasa daerah adalah seperti upaya yang dilakukan KH. Muhammad Ramli dengan al-Kitab al-Mubin, yang diterbitkan pada tahun 1974 dalam bahasa Sunda. Sedangkan dalam bahasa Jawa antara lain Kemajuan Islam Yogyakarta dengan tafsirnya Qur'an Kejawen dan Qur'an Sandawiyah, KH. Bisyri Mustafa Rembang dengan tafsir al-Ibriz pada tahun 1950. AG. Daud Ismail menulis tafsir dalam bahasa bugis Tafsire al-Qur'an Bahasa Ugi. Bahkan pada 1942, Perkumpulan Mardikintoko Kauman Sala menerbitkan terjemah al-Qur'an 30 juz basa jawi huruf Arab Pegon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun