Mohon tunggu...
Eric Valega P
Eric Valega P Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Salah satu siswa di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, sejak 4 Agustus 2014. Masih tetap mencari identitas diri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Buku Sekolah (Katanya) Elektronik

27 Maret 2012   09:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:24 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Semua yang ada di dunia hanyalah sarana.

Eric V. P.

Sudah sejak beberapa tahun lalu pemerintah menganjurkan memakai buku sekolah "elektronik" bagi sekolah-sekolah. Bagaimana jadinya? Mengapa?

Sekolah-sekolah negeri pada saat ini telah banyak beralih dari buku sekolah "elektronik". Saya sebagai siswa di salah satu kelas RSBI di salah satu SMA negeri di kota Madiun hanya memakai 1 buku sekolah "elektronik". 17 pelajaran sisanya dengan buku lain. Kelas non-RSBI? Bisa jadi sama. Katanya anjuran, hasilnya tidak dilaksanakan.

Hal ini memang tak pelak lagi karena kebijakan yang terkesan dipaksakan. Terlalu dipaksakan, jadinya gagal. Harus diakui, buku buatan penerbit terkemuka (misalnya E****g**, Y*****t***, dan kawan-kawannya) berharga relatif mahal, dan masih hanya dalam media kertas. Namun, dengan kata elektronik, membuat adanya kesan dipaksakan. Dari mana dipaksa? Sudah terang dipaksa. Kalau dipakai sebagai buku diktat dalam bentuk kertas, jadi tidak elektronik. Dipakai dengan alat elektronik (misalnya iPad atau komputer portabel)? Setengah-setengah. Bagaimana bisa? Buku sebagai sarana belajar harus bisa benar-benar ada dalam sebanyak-banyaknya kondisi untuk mempermudah pemanfaatannya. Dengan buku diktat yang berat (seperti buku IPS terpadu untuk SMP), sulit. Dengan komputer portabel? Jadi terikat (memindahkan file terkadang merepotkan, ya atau ya?). Apa solusinya? Pembelajaran online sebagai pendukung. Sebagian buku teks buatan luar Indonesia sudah mulai menerapkan, seperti contoh buku-buku yang dibuat oleh McGraw-Hill, walaupun bisa jadi mahal untuk siswa Indonesia.

Bagaimana yang dilakukan pemerintah? Pemerintah hanya membeli hak cipta buku, membuat dalam format PDF, dan lantas menjadikannya "elektronik". Hal ini sungguh ironis, sebab masih banyak faktor lain yang perlu dikembangkan dari kata"elektronik", dan hal yang paling penting yang mempengaruhi adalah persepsi masyarakat bahwa secara elektronik berarti sebaik-baiknya memberdayakan sumber daya yang ada secara elektronik. Pemerintah tidak perlu menghapus persepsi tersebut, namun memanfaatkannya. Apakah memanfaatkan pembaca PDF saja cukup? Tidak! Masih ada banyak hal yang perlu dimanfaatkan, seperti pemutar file Flash, pemutar media, penampil presentasi, dan sebagainya.

Apa solusinya?  Pilih saja antara membuang kata "elektronik" dan tidak menyediakan secara elektronik sama sekali, atau memanfaatkan label kata "elektronik" untuk kemajuan. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun