Dalam tiga pandangan itu bapak presiden yang biasa dipanggil Jokowi ini menyatakan keseriusannya pada poin pertama dalam pengendalian perubahan iklim dan mengajak dunia untuk melakukan aksi-aksi nyata. Mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dan pemilik hutan tropis, maka isu deforestasi saat ini menjadi perhatiannya.
"Penghentian konversi hutan alam dan lahan gambut mencapai 66 juta hektare, lebih luas dari gabungan luas Inggris dan Norwegia. Penurunan kebakaran hutan hingga sebesar 82 persen di saat beberapa kawasan di Amerika, Australia, dan Eropa mengalami peningkatan terluas," ujar Presiden Jokowi.
Kedua, presiden Jokowi mengajak para pemimpin memajukan pembangunan hijau untuk dunia lebih baik. Hal itu berkaitan dengan kontribusi Indonesia sesuai ketentuan Nationally Determined Contributions (NDC). Dan ketiga, sesuai dengan Persetujuan Paris, Jokowi berpandangan kalau kemitraan global perlu diperkuat. Kesepahaman serta strategi perlu dibangun agar mencapai Net-Zero Emissions dan menuju UNFCCC COP-26 di Glasgow, antara 31 oktober dan 12 november 2021.
Presiden Jokowi menjelaskan Indonesia sendiri sedang mempercepat pilot percontohan Net-Zero Emissions antara lain dengan membangun 'Indonesia Green Industrial Park' seluas 12.500 hektare di Kalimantan Utara yang akan menjadi yang terbesar di dunia. Tak hanya itu presiden Jokowi juga menyebutkan program rehabilitasi hutan magrove.
"Kami sedang melakukan rehabilitasi hutan mangrove seluas 620 ribu hektare sampai 2024, terluas di dunia dengan daya serap karbon mencapai empat kali lipat dibanding hutan tropis. Indonesia [juga] terbuka bagi investasi dan transfer teknologi, termasuk investasi untuk transisi energi," jelasnya.
Seiring dengan tiga pandangan Presiden Jokowi pada bulan april lalu, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dalam seminar daring Pertumbuhan Rendah Karbon yang Berkualitas dan Peluang Indonesia untuk Mencapai Netral Karbon Sebelum 2070 oleh Dr. Medrilzam, MPE, Direktur Lingkungan Hidup Bappenas memberikan beberapa penjabaran terkait Net-Zero Emissions dan berbagai kebijakan pembangunan rendah karbon untuk mendukung Net-Zero Emissions.
Sinergi Indika Energy Bersama Pemerintah Indonesia
Ketika pemerintah mulai serius menangani emisi, perusahaan yang bergerak dalam industri energi juga ikut menyikapi positif hal itu. Salah satu perusahaan yang ikut berkomitmen menjaga keberlanjutan generasi ini adalah Indika Energy yang berpartisipasi dalam mewujudkan Net-Zero Emissions di Indonesia. Dikutip dari laman Kompas.com dengan tajuk Rayakan HUT ke-21, Indika Energy Perkuat Komitmen Netral Karbon Arsjad Rasjid, Direktur Utama PT Indika Energy Tbk (Indika Energy) mengatakan “Kami ingin menyediakan energi untuk negeri melalui spektrum yang lebih luas, dengan integritas yang kuat dan profesionalisme tertinggi dalam mendukung kemajuan masyarakat,” ujarnya, rabu (20/10/2021).
Pada acara INDY Fest 2021 itu, Arsjad menyebutkan, Indika Energy telah berinvestasi pada sektor energi terbarukan, teknologi digital, kendaraan listrik, nature-based solutions, dan bisnis berkelanjutan lainnya.
“Indika Energy bangga menjadi perusahaan nasional yang turut melayani masyarakat Indonesia. Kami ingin mewujudkan transisi energi dan berkomitmen untuk mencapai netral karbon pada 2050 dan meningkatkan pendapatan kami dari sektor non-batu bara menjadi 50 persen pada 2025,” paparnya.
Sebelumnya, dalam rangka perayaan ulang tahun PT. Indika Energy ke-21, Indika Energy menggelar kegiatan penanaman mangrove di Desa Pondong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, pada Senin (11/10/2021). Dikutip dari Kompas.com dengan judul Targetkan Netral Karbon pada 2050, Indika Energy Tanam 21.000 Mangrove Wakil Direktur Utama dan Group CEO PT Indika Energy Tbk, Azis Armand menjelaskan kegiatan itu bertujuan menjaga dan melestarikan lingkungan hidup serta mengurangi emisi karbon.