Mohon tunggu...
ERICO ANUGERAH PERDANA
ERICO ANUGERAH PERDANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Terbuka

Percayalah jika berjuang dengan sungguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Krisis Kepemimpinan di Kemendiktisaintek: Tindakan Arogan Menteri yang Memicu Protes ASN

20 Januari 2025   21:33 Diperbarui: 20 Januari 2025   21:33 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendiktisaintek saat sedang melakukan wawancara dengan Kompas.com pada 21 Desember 2024

Erico Anugerah Perdana, seorang mahasiswa Universitas Terbuka dan pemilih pasangan Prabowo-Gibran, menyuarakan keprihatinannya. Ia menilai bahwa tindakan Menteri Satryo tidak mencerminkan nilai-nilai etika dan profesionalisme. Menurut Erico, Kemendiktisaintek adalah simbol peradaban bangsa, dan seorang pemimpin harusnya menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan penuh penghormatan. Ia mendesak Komisi X DPR RI untuk segera bertindak dengan melakukan penyelidikan menyeluruh, memberikan keadilan kepada korban, dan memastikan bahwa hak-hak mereka dipulihkan.

Erico juga menyarankan reshuffle kabinet, dengan calon pengganti yang memiliki rekam jejak kepemimpinan yang lebih baik, seperti Nadiem Anwar Makarim atau Prof. Stella Christie. Harapan ini menggambarkan kebutuhan akan perubahan untuk memulihkan integritas dan stabilitas Kemendiktisaintek.

Dampak Krisis Terhadap Citra dan Kinerja Kementerian

Tindakan arogan dan tidak etis dari seorang menteri memiliki konsekuensi serius, tidak hanya bagi individu yang terlibat, tetapi juga bagi reputasi institusi secara keseluruhan. Kemendiktisaintek, yang seharusnya menjadi pusat inovasi dan pendidikan tinggi, kini menghadapi tantangan besar dalam membangun kembali kepercayaan publik. Ketegangan internal dapat menghambat produktivitas dan efektivitas program-program yang dirancang untuk kemajuan sains dan teknologi di Indonesia.

Kepemimpinan yang tidak menghormati ASN berpotensi menciptakan iklim kerja yang penuh ketakutan dan demotivasi. Hal ini akan berdampak negatif pada kinerja pegawai dan pencapaian target strategis kementerian. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah korektif.

Tindakan Menteri Satryo Soemantri Brodjonegoro, mulai dari pemecatan sepihak hingga penggunaan kekerasan fisik, merupakan contoh pelanggaran serius terhadap etika kepemimpinan. Perilaku semacam ini tidak dapat ditoleransi dalam pemerintahan yang berkomitmen pada tata kelola yang baik dan perlindungan hak asasi pegawai.

Presiden Prabowo Subianto perlu mempertimbangkan langkah tegas untuk memperbaiki situasi, termasuk evaluasi kinerja menteri dan potensi reshuffle kabinet. Selain itu, pembentukan tim investigasi independen untuk menyelidiki kasus ini adalah langkah penting untuk memastikan akuntabilitas. Para korban harus mendapatkan keadilan, dan mekanisme perlindungan bagi pegawai harus diperkuat agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu membawa perubahan positif dengan menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme, penghormatan, dan tanggung jawab. Hanya dengan demikian, Kemendiktisaintek dapat kembali menjadi institusi yang memajukan pendidikan tinggi, sains, dan teknologi demi masa depan bangsa yang lebih baik.

Sumber:
https://www.liputan6.com/news/read/5888988/istana-tanggapi-kisruh-mendikti-saintek-satryo-soemantri-brodjonegoro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun