Guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran saat ini. Peserta didik dapat dengan mudah mengakses berbagai materi melalui internet dan aplikasi pembelajaran yang tersedia.
Namun, tantangan yang signifikan saat ini adalah memperkuat pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan harapan Ki Hajar Dewantara. Ini melibatkan memberikan tuntunan dan bimbingan kepada peserta didik agar mereka menjadi individu yang kuat, tangguh dalam menghadapi masalah sehari-hari, serta menyakinkan mereka bahwa teknologi yang diciptakan manusia seharusnya menjadi alat bantu yang meringankan beban, bukan membebani manusia.Â
Sekolah adalah seperti taman yang penuh dengan berbagai jenis bunga yang beragam. Tugas sekolah dan guru adalah memberikan pupuk agar tanaman dan bunga tersebut tumbuh subur sesuai dengan sifat alaminya.
Sekolah dapat diibaratkan sebagai tempat kedua yang paling nyaman bagi peserta didik setelah rumah mereka. Guru menjadi orang tua kedua bagi peserta didik setelah orang tua biologis mereka, sehingga guru bisa menjadi sosok yang paling ditunggu dan diidamkan kehadirannya.
Guru memiliki kemampuan untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta didik, menjadi pembimbing, dan yang terpenting, menjadi contoh teladan yang baik bagi peserta didik.
Dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2023, penguatan pendidikan karakter peserta didik seharusnya menjadi prioritas dalam mewujudkan konsep merdeka belajar. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter memberikan pedoman bagi implementasi pendidikan karakter di lembaga pendidikan, dengan memberikan kebebasan kepada lembaga pendidikan dalam melaksanakannya sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mereka.
Sementara itu, Permendikbud Nomor 262/M/2022 tentang struktur Kurikulum Merdeka, aturan pembelajaran dan penilaian, serta Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan beban kerja guru, merupakan upaya untuk mewujudkan konsep Merdeka Belajar yang berpihak kepada peserta didik, dan Merdeka Mengajar yang memberikan kebebasan kepada guru dalam mengelola pembelajaran melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, peserta didik diberikan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi kemampuan dan bakat mereka melalui bimbingan guru (tim projek yang terdiri dari berbagai guru mata pelajaran) dengan berbagai tema yang telah disiapkan oleh pemerintah. Tugas sekolah adalah mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang didasarkan pada analisis karakteristik sekolah, pemetaan kebutuhan peserta didik, identifikasi potensi keunggulan lokal, dan koordinasi dengan pemangku kepentingan.
Di tingkat provinsi, dalam sinergi dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah meluncurkan Program Jabar Masagi. Program Jabar Masagi merupakan implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Jawa Barat di tingkat sekolah. Tujuan Program Jabar Masagi adalah mengatasi berbagai masalah pendidikan, terutama terkait karakter peserta didik, dengan menganalisis nilai-nilai kearifan lokal yang relevan dan dapat dijadikan acuan.
Persoalan yang dihadapi oleh peserta didik meliputi kekerasan seksual, intoleransi, dan perundungan. Untuk mengatasi masalah ini, kerjasama antara berbagai pemangku kepentingan sangat penting dalam menyemarakkan konsep Merdeka Belajar, sehingga berbagai program penguatan pendidikan karakter yang disusun dapat bekerja secara sinergis dan saling mendukung. Identifikasi terhadap berbagai kearifan lokal dapat menjadi alternatif dalam menyelesaikan masalah ini dengan menganalisis kebutuhan peserta didik terlebih dahulu.Â
Dengan demikian, peserta didik dapat belajar dari masyarakat sekitar mereka tentang cara mengatasi berbagai masalah kehidupan sehari-hari yang telah teruji dari generasi ke generasi.