manusia itu sendiri. Setiap detik nya semua bisa berubah seiring apa yang telah kita lakukan, baik atau buruk, berguna atau tidak. Sampai individu tersebut menyatakan menyudahi pencarian dan memberlakukan apa yang terbaik dan yang seharusnya menjadi bermanfaat untuk segenap hidup dan isi alam ini.
Bila kita mencari cari arti apa dan bagaimana hidup dan sebuah kehidupun kita ini. Takan habis sampai tutup usiaMencari arti tidaklah lebih baik daripada memberi arti. Karena mencari tidak akan pernah sampai pada kesudahan yang akan kita sebut ujung. Namun ketika kita memilih memberi arti atau memaknai kita telah sampai ujung tanpa harus susah susah mencari nya.Â
Namun pertanyaan nya arti yang bagaimana yang akan kita berikan pada hidup kita yang hanya sekali ini. Sebuah hal kecil yang membawa banyak manfaat untuk semua lingkup kecil kita atau yang lebih luas lagi, atau kita akan dikenang dengan nisan yang label terburuk sampai anak cucu kita.Â
Tentu semua nya seleksi alam juga berpengaruh dan mengejewantah. Isi dunia yang penuh dengan kepalsuan yang jelas dimata kita bahwa apa itu surga nya ternyata neraka yang sebenarnya dan sebaliknya. Namun seiring tuntutan hidup yang kita buat sendiri tidak mampu kita hindari begitu saja hingga kita mau menyadari dan merubah semua itu menjadi lebih baik dengan segala resiko dan kenikmatan nya.
Kecil begitu polos, penuh riang dan kegembiraan, menghilang begitu saja ketika kita beranjak dewasa dan harus melangkah lebih jauh kembali. Remaja menentukan langkah selanjut nya dalam pencarian itu, salah akan menghasilkan penyesalan bagi mereka yang tersadar.Â
Atau bahkan menikmati kesalahan dan terjerumus tanpa ada niat tuk berenang menepi keluar. Sesaat usia telah menginjak matang dan dunia menyebutnya dewasa meski sebenarnya kita tidak akan pernah dewasa, karena sebuah kedewasaan adalah pilihan yang kita pilih sendiri dengan mutlak penuh kesadaran sejalan dengan kita memberi arti hidup kita dan bukan terus mencari cari apa arti hidup kita ini.
Himpitan duniawi terus menggerus setiap nafas kita, hingga sisi sisinya tiada mampu menolak. Di hantam membabi buta kanan kiri depan belakang atas bawah, musuh teman, sahabat orang tua, kerabat dan saudara. Semua berbeda dan sangat berbeda.Â
Pasangan hidup yang kita pilih terkadang ikut membuat langkah ini begitu semakin runyam dan salah kaprah. Beruntung yang mempunyai pasangan yang mampu serarah sejalan dalam kebaikan yang biasanya mereka ini adalah para penjaga hati dan ukhuwah.
Tak sedikit yang mendapat pasangan yang merongrong kita agar terus memproduksi pundi pundi uang bahkan mempengaruhi dan mengorek ngorek harta warisan yang lebih parah nya disaat orang tua kita masih hidup, sungguh manusia yang bukan manusia karena mereka ini tidak punya "wi" dalam namanya yang dapat kita sebut manusia-wi. Karena seluruh perilaku nya tidak akan pernah mencerminkan itu sampai masa nisan nya tertancap di tanah.
Kita tertawa riang, saling berkeluh kesah dan membantu dalam ruang lingkup yang kecil, menyapa ayah dan bunda menapak bersama. Tidur bersama bermain bersama dan saling menjaga dalam ikatan saudara. Seiring waktu semua itu musnah, tatkala masing masing telah berpasangan sendiri dan tidak semua pasangan dapat membantu kita melanggengkan ikatan persaudaraan ini hingga akhirat nanti.Â
Apakah ini rahasia bahwa Alloh selalu membuat kita ingat bahwa saudara kita yang sebenarnya adalah sesama muslim tanpa menyebut saudara sekandung yang nyatanya banyak fakta mereka lebih menyukai bercerai berai akibat keserakahan duniawi, allohuallam.Â
Siapa Tuhan mu, apa agama mu dan siapa saudara mu itu jelas ketika kita telah tinggal nama dan dihadapan malaikat yang mengerikan bersiap dengan hukuman nya. Apakah kita perduli dan siap dengan semua ini, banyak yang tidak.
Bekerja membanting tulang siang dan malam tidak akan pernah cukup untuk merengkuh nafsu duniawi. Pasangan yang rupawan tidak akan pernah membuat kita puas atau bahagia dengan sebenarnya. Uang yang rakus akan tetesan darah membuat kita lupa akan segalanya.Â
Hingga yang buruk rupa sekalipun telah kehilangan kalbunya. Tinggalah sekumpulan para binatang yang siap di sembelih jika saat nya tiba, nyawa terbang begitu dahsyat nya sakit melebihi apa yang pernah kita rasakan ketika hidup masih dikandung badan.Â
Sedang rasa sakit hati saja tanpa luka yang menganga kita tak sanggup menyembuhkan nya begitu saja. Lalu sakit nya seperti apa Tuhannnnnnn, ampunilah kami hambamu ini ya Rabb, tuntunlah kami dijalan mu jangan biarkan kami lengah sedikitpun.
Tangisan yang tak mampu terlukiskan dengan tetesan air mata, kering kerontang bagai padang pasir nan luas. Sakitnya begitu dahsyat hingga kita tak pernah tersadar bahwa kita pernah berbuat salah dan dosa.Â
Beranjak dewasa dan harus memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri begitu sangat menyebalkan, begitu sangat membosankan, begitu menjijikan, begitu melelahkan dan semua kata serta kalimat yang tidak akan pernah kita suka dan membenci diri sendiri mengapa kita harus tumbuh dewasa.Â
Apa lacur semua itu harus kita jalani, lebih dengan sifat kesatria dari pada jiwa yang busuk yang mati bergelantungan di bawah seutas tali di rumah rumah, di kamar kamar di pohon pohon yang sunyi sesunyi kisah hidup nya di masa itu. Terkadang sifat pengecut bukan lah sebuah kefatalan jalan yang dipilih, takut akan mati lebih menyakitkan namun memilih membunuh diri sendiri lebih dari kata pengecut nan tiada tempat untuk di maafkan.Â
Manusia begitu rapuh dan sunyi, sombong serta tamak sekali. Semua yang memberatkan hidup hingga kita memilih jalan yang biadab adalah rentetan dari sekumpulan kesalahan yang kita pilih sendiri. Selalu ada jalan untuk merubah, selalu ada jalan untuk tersadar akan semua ini.
Kertas putih bersih nan polos tidak akan pernah berubah sampai kita mulai percikan tinta demi tinta di atas nya. Coretan dan garis yang semakin lama akan semakin memenuhi kertas tersebut hanyalah kita sendiri yang mampu dan mempunyai hak atas itu.Â
Sebuah kesalahan akan mudah di hapus meski tidak mampu kembalikan sebersih seperti sediakala, namun yang pasti kita telah tau dan tersadar akan kesalahan yang telah kita perbuat dan merubah nya menjadi sebuah huruf demi huruf yang dapat di baca dan mengerti serta bermanfaat bagi seluruh isi alam ini.
Sebuah hal yang selalu jadi pilihan dan pembuktian bahwa kita adalah manusia seutuh nya yang tidak lah setangguh dongeng manusia super dalam komik dan film. Kita rapuh dan membutuhkan sesama serta bertumpu pada satu kemuliaan yaitu Tuhan.
MULIAKAN LAH HIDUP MU.
erick tan
Surabaya
maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H