Lebih dari itu, pengalaman pribadi Santo Fransiskus dengan kerja tangan sering kali menjadi contoh dan teladan bagi pengikutnya. Ia mencontohkan bahwa setiap upaya kerja keras yang dilakukan oleh manusia seharusnya ditujukan untuk memuliakan ciptaan Tuhan dan memberikan manfaat bagi komunitas. Dengan demikian, kerja tangan juga menjadi sarana untuk memupuk rasa solidaritas dan kebersamaan di antara anggota komunitas, menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh perhatian satu sama lain.
2.1. Definisi Kerja Tangan Menurut Santo Fransiskus
Dalam ajarannya, Santo Fransiskus Assisi memberikan perhatian khusus pada konsep kerja tangan, yang merupakan bagian integral dari hidupnya sebagai seorang biarawan. Bagi Fransiskus, kerja tangan tidak hanya berarti kegiatan fisik yang dilakukan oleh tangan, tetapi juga mencerminkan usaha dan pengabdian seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan hati. Ia melihat kerja tangan sebagai bentuk ekspresi nyata dari semangat kerendahan hati dan ketergantungan pada penyelenggaraan Tuhan.
Menurut Santo Fransiskus, kerja tangan memiliki makna spiritual yang mendalam. Ia mengajarkan bahwa melalui kerja tangan, seorang individu dapat menunjukkan ketaatan kepada Tuhan dan mengikuti jejak Kristus yang juga dikenal sebagai tukang kayu. Kerja tangan adalah cara untuk menghidupi Injil secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, serta cara untuk menghadirkan kebaikan dan harmoni di tengah masyarakat. Fransiskus menekankan bahwa kerja tangan harus dilakukan dengan cinta dan pengabdian kepada Tuhan, bukan semata-mata untuk keuntungan materiil.
Santo Fransiskus percaya bahwa dengan bekerja menggunakan tangan, seseorang belajar mengenali nilai dari usaha dan menghargai hasil kerjanya sendiri maupun orang lain. Dengan begitu, kerja tangan membantu memperkuat sikap saling menghargai, serta meningkatkan solidaritas dan kebersamaan dalam komunitas. Hal ini sejalan dengan prinsip kesederhanaan hidup yang selalu dijunjung tinggi oleh Fransiskus dan pengikutnya.
Kerja tangan menurut Santo Fransiskus juga mencakup penyediaan kebutuhan pokok secara mandiri, yang berarti tidak bergantung sepenuhnya pada bantuan orang lain. Ini mendorong kemandirian dan tanggung jawab pribadi, serta menginspirasi orang lain untuk mengikuti teladan yang baik dalam hal produktivitas dan etika kerja.
2.2. Pengalaman Pribadi Santo Fransiskus dengan Kerja Tangan
Santo Fransiskus Assisi, yang dikenal sebagai salah satu santo paling berpengaruh dalam sejarah Gereja Katolik, menjalani kehidupan yang penuh dengan dedikasi kepada kerja tangan. Sebelum mempersembahkan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan, ia adalah seorang pemuda yang berasal dari keluarga kaya raya. Namun, sebuah panggilan ilahi mengubah hidupnya secara drastis. Pengalaman pribadinya dengan kerja tangan dimulai ketika ia memutuskan untuk meninggalkan kehIDUPan mewah dan memilih untuk hidup dalam kemiskinan, sebagaimana dijelaskan dalam banyak biografi tentang dirinya.
Selama masa pertobatannya, Fransiskus dengan sengaja mencari pekerjaan-pekerjaan yang dianggap hina oleh sebagian besar orang, seperti membersihkan gereja dan merawat orang sakit. Kerja tangan bukan hanya merupakan bentuk pengabdian tetapi juga sebagai cara untuk mencapai kerendahan hati. Dalam berbagai catatan, Santo Fransiskus seringkali terlihat melakukan pekerjaan kasar seperti memperbaiki bangunan biara dan mengolah tanah.
Pada suatu peristiwa penting, Santo Fransiskus mendengar suara Tuhan memintanya untuk "membangun kembali gereja-Nya". Awalnya, ia menafsirkan ini secara harfiah dan mulai memperbaiki gereja kecil San Damiano yang hampir runtuh. Dengan tangan sendiri, ia mengumpulkan batu dan kayu, kemudian memperbaiki gereja tersebut. Tindakan ini bukan sekadar perbaikan fisik, tetapi simbol dari upaya spiritualnya untuk memperbarui iman dan kesalehan dalam dirinya dan pengikutnya.
Pengalaman pribadi Santo Fransiskus dalam kerja tangan memberikan teladan kuat tentang bagaimana kerja fisik bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, serta cara untuk menghayati nilai-nilai seperti kerendahan hati, ketaatan, dan pengorbanan. Lebih dari itu, kerja tangan yang dilakukan Santo Fransiskus menunjukkan bahwa apapun pekerjaan yang dilakukan dengan niat tulus dapat memiliki makna spiritual yang mendalam.