Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prinsip Kerja Menurut Santo Fransiskus Assisi

3 Mei 2024   12:37 Diperbarui: 3 Mei 2024   12:53 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dunia yang serba canggih seperti saat ini, di mana pekerjaan sering kali terasa seperti sebuah beban dibandingkan sebuah berkah, sangatlah penting untuk mengambil langkah mundur dan merefleksikan prinsip-prinsip Kerja Menurut Santo Fransiskus Assisi. Santo Fransiskus Assisi adalah orang suci terkasih yang dikenal karena kerendahan hati, kasih sayang, dan dedikasinya dalam melayani orang lain. Pendekatannya terhadap pekerjaan menawarkan wawasan berharga yang dapat membantu kita menemukan makna dan kepuasan dalam tugas sehari-hari. Mari selami ajaran Santo Fransiskus Assisi dan jelajahi bagaimana ajaran tersebut dapat membimbing kita dalam kehidupan kerja kita sendiri.

Siapakah Santo Fransiskus Assisi?

Bayangkan sebuah dunia di mana gemeretak dedaunan di bawah kaki menceritakan sebuah kisah, di mana setiap sinar matahari menyinari kebenaran yang lebih dalam, dan di mana keselarasan antara manusia dan alam membisikkan rahasia kebahagiaan dan kepuasan. Dunia ini bukan hanya isapan jempol belaka bagi Santo Fransiskus Assisi, yang lebih dikenal dengan Santo Fransiskus dari Assisi; itu adalah realitasnya, taman bermainnya, dan tempat perlindungannya. Lahir di kota Assisi, Italia, pada abad ke-12, pria ini, yang kemudian tumbuh menjadi salah satu orang suci paling dihormati dalam sejarah, memulai perjalanannya di tengah kemewahan kekayaan hanya untuk menemukan panggilan sejatinya dalam pelukan kemiskinan.

Santo Fransiskus Assisi bukan sekadar manusia biasa; dia adalah sebuah gerakan, sebuah revolusi lembut yang dibungkus dengan jubah kerendahan hati. Hidupnya adalah permadani hidup dari penyerahan diri yang penuh kegembiraan pada kesederhanaan, melodi kasih sayang yang bernyanyi di hati mereka yang terpinggirkan, dan tarian cinta dengan alam. Sebagai pendiri Ordo Fransiskan, ia mendefinisikan kembali spiritualitas, melukiskannya dengan sentuhan kasihnya yang mendalam terhadap seluruh ciptaan, baik manusia, hewan, atau bumi itu sendiri.

Kisah Santo Fransiskus adalah kisah transformasi --- dari seorang pemuda yang menyukai kesembronoan masa muda menjadi seorang bijak yang menemukan pelipur lara dalam kesendirian dan keheningan. Itu bukanlah pencerahan yang datang di tengah malam, tapi serangkaian pertemuan dan refleksi yang mengarahkannya ke jalan yang jarang dilalui. Dia memeluk kemiskinan bukan karena dia harus melakukannya tetapi karena dia memilih untuk melakukannya; dalam pelepasan, ia menemukan kebebasan, dalam melayani sesedikit mungkin, ia menemukan kekayaan yang tak terkira.

Ajarannya, meski berusia berabad-abad, menjadi mercusuar bagi mereka yang mengarungi lautan kehidupan modern yang penuh gejolak. Beliau menunjukkan kepada kita bahwa di dalam kesederhanaan terdapat kecanggihan terbesar, bahwa kekayaan sejati ditemukan di dalam hati, dan dengan memelihara ikatan kita dengan alam, kita memelihara jiwa kita. Melalui kehidupannya, Santo Fransiskus Assisi mengajak kita untuk berhenti sejenak, bernapas, dan melihat melampaui hal-hal yang bersifat materi, mendesak kita untuk menemukan keindahan dalam hal-hal duniawi, mendengar hal-hal yang tidak terucapkan, dan menyentuh hal-hal yang tidak berwujud.

Jadi, saat kita merangkai kehidupan kita sehari-hari, merangkai impian dan aspirasi kita, mari kita membawa sepotong Santo Fransiskus bersama kita.

Doc. Erick M. Sila
Doc. Erick M. Sila

Dimensi Spiritual Pekerjaan

Menggali dimensi spiritual kerja melalui kacamata Santo Fransiskus Assisi membuka pemahaman dan apresiasi baru terhadap kesibukan kita sehari-hari. Orang suci ini, dengan hubungannya yang mendalam dengan esensi kehidupan, mengajak kita untuk memandang pekerjaan bukan sekadar sebagai serangkaian tugas yang harus diselesaikan, namun sebagai kanvas untuk pertumbuhan spiritual dan ekspresi diri. Perspektif Santo Fransiskus Assisi mengubah tempat kerja menjadi lahan subur untuk menumbuhkan kebajikan dan tujuan yang lebih dalam.

Bayangkan memulai setiap hari dengan kesadaran bahwa setiap email yang dikirim, setiap proyek selesai, dan bahkan setiap tantangan yang dihadapi adalah kesempatan untuk melatih kesabaran, ketekunan, dan kebaikan. Pola pikir ini mengalihkan fokus kita dari mengejar keuntungan pribadi ke pendekatan yang lebih holistik di mana pekerjaan menjadi perpanjangan dari perjalanan spiritual kita. Menurut Santo Fransiskus, karya dijiwai dengan potensi sebagai bentuk doa, cara untuk terhubung dengan Tuhan melalui tindakan berkreasi dan mengabdi. Beliau mengajak kita untuk menerima setiap tugas dengan hati yang penuh rasa syukur, dan memandangnya sebagai kesempatan untuk berkontribusi positif terhadap dunia di sekitar kita.

Dalam hal ini, tempat kerja kita menjadi arena untuk melatih kesadaran dan kehadiran. Daripada terburu-buru mengerjakan tugas, kita didorong untuk terlibat secara mendalam dengan pekerjaan kita, memberikan tingkat kepedulian dan perhatian yang meningkatkan aktivitas yang paling biasa sekalipun. Ini tentang menemukan keseimbangan antara upaya mencapai keunggulan dan mengakui nilai yang melekat dalam upaya yang kita lakukan, apa pun hasilnya. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pengalaman kerja kami namun juga menumbuhkan rasa puas dan gembira atas kontribusi kami.

Ajaran Santo Fransiskus Assisi mengajak kita untuk melihat keterkaitan segala sesuatu, termasuk pekerjaan kita. Dengan mengakui dampak tindakan kita terhadap orang lain dan planet ini, kita terinspirasi untuk melakukan upaya profesional kita dengan rasa tanggung jawab dan pertimbangan etis. Ini adalah panggilan untuk menyelaraskan aspirasi karir kita dengan nilai-nilai terdalam kita, memastikan bahwa pekerjaan kita tidak hanya memenuhi kebutuhan kita sendiri tetapi juga memberikan kontribusi bagi kebaikan yang lebih besar.

Merangkul dimensi spiritual dalam pekerjaan seperti yang dijelaskan oleh Santo Fransiskus Assisi menawarkan jalan untuk mengubah tugas sehari-hari kita menjadi sumber makna, koneksi, dan pertumbuhan. Ini adalah pengingat bahwa dalam setiap momen kerja, terdapat peluang untuk mengekspresikan diri kita yang tertinggi dan membuat perbedaan di dunia. Melalui sudut pandang ini, kami menemukan bahwa bekerja bukan sekadar sesuatu yang kami lakukan, namun merupakan bagian penting dari diri kami dan perjalanan kami menuju kehidupan yang lebih memuaskan dan memiliki tujuan.

Hidup Sederhana dan Berkelanjutan

Mengikuti jejak Santo Fransiskus Assisi, menjalani kehidupan yang sederhana dan berkelanjutan bukan sekadar tindakan kebajikan pribadi, melainkan sebuah simfoni pilihan yang selaras dengan ritme dunia yang lebih luas. Inti dari hidup sederhana, seperti yang diajarkan Santo Fransiskus, lebih dari sekadar merapikan ruang fisik atau mengurangi konsumsi; ini adalah ajakan untuk mendeklarasikan hati kita, untuk mengupas lapisan hasrat material dan tekanan masyarakat yang menjauhkan kita dari jati diri kita dan dari jaringan rumit kehidupan yang mengelilingi kita.

Memulai perjalanan menuju kesederhanaan, kita dipanggil untuk mempertanyakan ukuran kesuksesan dan kebahagiaan konvensional yang sering membuat kita mengejar lebih banyak hal --- lebih banyak uang, lebih banyak harta benda, lebih banyak penghargaan. Sebaliknya, Santo Fransiskus Assisi mengajak kita untuk menemukan kekayaan dalam hubungan yang kita pelihara, momen refleksi tenang yang kita biarkan, dan kegembiraan menjadi bagian dari komunitas yang menghargai kasih sayang dibandingkan persaingan.

Prinsip hidup ini sangat erat kaitannya dengan komitmen terhadap keberlanjutan. Santo Fransiskus memandang Bumi dan seluruh makhluk di dalamnya sebagai saudara kandung yang patut dihormati, diperhatikan, dan disayangi. Dengan memilih keberlanjutan, kita menghormati kekeluargaan tersebut, menyadari bahwa setiap keputusan yang kita ambil -- mulai dari makanan yang kita makan hingga pakaian yang kita kenakan -- berdampak pada skema kehidupan yang lebih luas. Ini tentang membuat pilihan yang menjamin tidak hanya kesejahteraan kita, namun juga generasi mendatang dan planet tempat kita berada.

Dalam dunia kerja, penerapan prinsip-prinsip kesederhanaan dan keberlanjutan ini tidak hanya dapat mengubah cara kita melaksanakan tugas, namun juga alasan kita melakukannya. Hal ini mendorong kita untuk melihat karier kita bukan sebagai tangga menuju kesuksesan pribadi, namun sebagai platform untuk memberikan kontribusi yang berarti. Hal ini menginspirasi kita untuk berinovasi dengan cara yang menghargai keterbatasan bumi, memimpin dengan empati, dan menciptakan sistem dan produk yang memberikan manfaat dan bukannya merugikan.

Hidup sederhana dan berkelanjutan, berpedoman pada kearifan Santo Fransiskus Assisi, lebih dari sekadar pilihan gaya hidup; ini adalah bentuk aktivisme yang lembut namun kuat, sebuah pernyataan tentang apa yang kami hargai dan sebuah bukti akan dunia yang kami impikan. Ini adalah jalan yang membawa kita kembali ke jati diri kita yang sebenarnya, memupuk kepuasan sejati, dan menciptakan warisan kelimpahan dan keselarasan sejati dengan Bumi.

Doc. Erick M. Sila
Doc. Erick M. Sila

Nilai Kerja Manual

Memulai perjalanan melalui kacamata Santo Fransiskus Assisi, kami mengungkap apresiasi yang mendalam terhadap pekerjaan manual, sebuah aspek pekerjaan yang sering dibayangi di era digital saat ini. Santo Fransiskus, dengan jubah duniawi dan bertelanjang kaki, menyampaikan undangan kepada kita: untuk menemukan kembali martabat dan nilai yang melekat dalam tugas-tugas langsung yang membentuk dunia kita.

Melalui ajaran Santo Fransiskus yang lembut namun transformatif, kerja manual muncul bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan, namun sebagai bentuk seni, meditasi, dan sumber kegembiraan. Ini adalah perayaan atas kapasitas manusia untuk menciptakan, memperbaiki, dan memelihara dengan tangan kita sendiri. Orang suci ini, yang pernah membangun kembali gereja-gereja batu demi batu, mengajarkan kita bahwa di setiap batu bata yang diletakkan, di setiap taman yang dirawat, dan di setiap pakaian yang dijahit, ada bisikan keilahian, sentuhan yang kekal.

Dalam masyarakat yang sering berlomba menuju kemajuan teknologi selanjutnya, cara pandang Santo Fransiskus Assisi mendorong kita untuk berhenti sejenak, menghirup udara segar. Hal ini mengingatkan kita bahwa keringat di kening dan kotoran di bawah kuku kita menceritakan kisah tentang komitmen, tentang hubungan yang mengakar dengan Bumi, dan tentang keindahan yang sederhana dan tanpa hiasan dalam berkontribusi pada permadani kehidupan.

Bagi Santo Fransiskus, kerja kasar adalah jalan menuju kerendahan hati, sebuah cara untuk berdiri bahu membahu dengan mereka yang bekerja keras dalam bayang-bayang, yang sering kali tidak terlihat namun sangat diperlukan. Ini adalah pelajaran tentang kesetaraan dan rasa hormat, sebuah seruan untuk menghormati para petani, tukang kayu, pengrajin, dan semua yang bekerja dengan tangan mereka. Karya mereka, yang dipenuhi dengan kesabaran, ketekunan, dan sentuhan rahmat, merupakan bukti ketahanan dan kreativitas jiwa manusia.

Saat kita menjalani ritme kehidupan kita sehari-hari, marilah kita membawa ajaran Santo Fransiskus Assisi tentang nilai kerja manual. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap tugas nyata yang kita lakukan memiliki potensi untuk terhubung lebih dalam dengan komunitas, planet, dan diri kita sendiri. Ini adalah kesempatan untuk menjalin cinta ke dalam tatanan dunia kita, satu tugas langsung pada satu waktu, mengikuti jejak rendah hati seorang suci yang melihat hal-hal sakral dalam hal-hal sederhana, dan hal-hal luar biasa dalam hal-hal biasa.

Doc. Erick M. Sila
Doc. Erick M. Sila

Bekerja sebagai Pelayanan kepada Orang Lain

Bayangkan memasuki tempat kerja Anda, bukan hanya sebagai individu yang melakukan tugas, namun sebagai bagian penting dari visi yang lebih besar, di mana setiap tindakan, setiap keputusan, membawa kekuatan untuk menyentuh kehidupan dan membuat perbedaan. Inilah inti dari Kerja Menurut Santo Fransiskus Assisi---melihat pekerjaan sebagai tindakan pengabdian yang mendalam kepada orang lain. Ini tentang mengubah pekerjaan kita sehari-hari menjadi saluran cinta dan kasih sayang, di mana ukuran kesuksesan tidak hanya terletak pada pencapaian yang kita raih, namun juga pada dampak positif yang kita ciptakan dalam kehidupan orang-orang di sekitar kita.

Santo Fransiskus Assisi mengundang kita untuk menjalankan peran kita, tidak peduli seberapa besar atau kecilnya, dengan tujuan dan dedikasi untuk melayani. Baik Anda membuat draf email, mengajar kelas, membuat kode aplikasi baru, atau membuat makanan, setiap tugas menawarkan peluang untuk berkontribusi pada kesejahteraan orang lain. Ini adalah seruan untuk memasukkan kesengajaan ke dalam rutinitas sehari-hari kita, untuk melihat lebih jauh dari daftar tugas yang harus kita lakukan dan mengenali potensi kebaikan dan kemurahan hati dalam pekerjaan kita.

Melalui sudut pandang ini, perwakilan layanan pelanggan menjadi mercusuar kehangatan di hari-hari seseorang, seorang profesional kesehatan mewujudkan tangan kasih sayang yang menyembuhkan, dan seorang pendidik membentuk masa depan dengan kata-kata yang memberi semangat dan kebijaksanaan. Setiap profesi menjanjikan pelayanan, sebuah jalan untuk mengangkat dan membantu, menjadikan hal biasa menjadi luar biasa.

Mengadopsi perspektif ini dapat mengubah cara kita melakukan pendekatan terhadap pekerjaan. Ini tentang menemukan kepuasan tidak hanya dalam penyelesaian tugas tetapi juga dalam kesadaran bahwa upaya kita berkontribusi pada jaringan komunitas dan koneksi yang lebih besar. Hal ini menantang kita untuk bertanya, "Bagaimana pekerjaan saya dapat bermanfaat bagi orang lain saat ini?" dan menemukan kegembiraan dalam jawabannya.

Etos pelayanan ini memupuk lingkungan kerja di mana empati dan kolaborasi tumbuh subur, di mana karyawan termotivasi oleh tujuan bersama yang saling menguntungkan dan mendukung. Hal ini merupakan pengingat bahwa di tengah kesibukan tenggat waktu dan upaya mengejar tujuan pribadi, terdapat peluang indah untuk memasukkan tindakan kebaikan dan pelayanan ke dalam kehidupan profesional kita.

Merangkul pekerjaan sebagai pelayanan kepada orang lain, seperti yang diajarkan oleh Santo Fransiskus Assisi, bukan sekadar jalan menuju kepuasan pribadi---ini adalah perjalanan menuju menciptakan dunia yang lebih berbelas kasih, pengertian, dan terhubung. Melalui upaya kita sehari-hari, kita masing-masing memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan, dengan melakukan satu tindakan pelayanan pada satu waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun