Mohon tunggu...
Ericko Sinuhaji
Ericko Sinuhaji Mohon Tunggu... Lainnya - Mengangkat Tema Yang Penting Namun Terlupakan

Pemikir itu Menulis, Menulis itu Berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Feniks: Yang Mati Namun Hidup Kembali

10 Agustus 2020   04:30 Diperbarui: 10 Agustus 2020   04:57 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Feniks. Kata itu tiba-tiba saja terbersit di pikiranku. Walaupun tak yakin, aku merasa bahwa kata itu merupakan ejaan bahasa Indonesia untuk burung “Phoenix.” Dan hal itu ternyata benar adanya. Aneh juga sebenarnya diriku bisa menduga istilah itu. Namun, yang sebenarnya lebih mengherankan lagi adalah: kenapa nama burung mitologi itu bisa tiba-tiba berada di benakku?

Menurut mitologi Yunani, burung Feniks digambarkan sebagai burung yang indah karena berwarna merah menyala seperti api matahari. Saat si Feniks mati (baik karena menua atau sebab lainnya), terjadilah peristiwa ajaib. Dirinya akan sepenuhnya terbakar oleh api hingga ia akhirnya menjadi debu. Dan dari debu itu, secara mencengangkan muncul kembalilah burung Feniks muda. Feniks adalah burung yang abadi karena mampu terus hidup kembali dari kematian!

Mengerti cerita itu, aku pun mulai menyadari maksud pikiranku. Memang sudah beberapa bulan terakhir ini aku mulai berkomitmen dan menyibukkan diri ke dalam suatu komunitas penulis. Alih-alih menggunakan waktu luang di luar rutinitas pekerjaan sepenuhnya untuk bersantai dan bersenang-senang, aku sekarang juga mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan menulis dan kelas-kelas yang bermanfaat. Bukan hal yang mudah dan sepenuhya mengenakkan memang, tapi jiwaku merasa ini “benar.”

Bercermin dengan aku dan pikiran-pikiranku beberapa tahun lalu (terutama saat masih kuliah), barangkali saat ini aku hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat kebiasaanku sekarang. Ibarat seperti antara bumi dan langit. Aku dan ide-ide tak terbatasku saat masih muda, dibanding aku dan realistisnya aku akan kepenatan rutinitas pekerjaan saat ini. Namun, beberapa bulan terakhir seperti yang kubilang diatas, cara pandang itu sudah mulai berubah. Bergulat dengan kesibukan yang ada, aku mulai memberanikan diri untuk ambil tindakan menentukan.

Dan hal tersebut luar biasa karena sebelumnya kupikir yang seperti itu sudah lama terbakar dan mati dari diriku. Sekarang, seakan-akan ada sesuatu yang terlahir kembali di sanubariku.

Persis seperti Feniks.

Yang terlahir kembali itu adalah semangatku untuk mulai berpikir dan menulis. Tentunya memikirkan hal-hal yang mendalam dan bermaslahat bagi banyak orang. Mau itu isu di bidang sosial, ekonomi, teknologi, hukum, atau bahkan politik, setidaknya aku harus mulai berani untuk membaca, berpikir, dan menuliskannya. Jika tidak dimulai, sampai kapan pun kita hanya akan sampai pada pertanyaan saja, tidak akan pernah sampai pada jawabannya.

Dan beriringan dengan itu, aku merasa situasi pandemi ini semakin meyakinkan kita semua untuk mulai mengejar hal-hal yang esensi di hidup. Hidup ini memanglah hanya sebentar saja, kawan. Kita tidak pernah tahu kapan waktu kita akan berakhir. Namun, saat engkau mulai menulis, tak peduli kau secara fisik telah tiada sekalipun, pikiranmu akan tetap abadi. Laksana Sang Feniks, kita (melalui tulisan) akan terus hidup dan lestari di benak orang-orang yang membaca tulisan kita. Betapa indahnya hal itu, bukan?

Begitulah kisah Feniks menyadarkan kita akan kekuatan dari suatu semangat. “Saat seorang anak manusia sudah berkehendak, maka semesta pun akan mendukungnya,” demikian orang yang bijak pernah berucap. Tapi kali ini kebijaksanaanku menguasai kenaifanku. Suatu semangat terbaik yang telah lahir kembali pun, seperti burung Feniks, akan memulai hidupnya dari tingkatan muda dan awal kembali. Maka haruslah aku, agar “Feniks” ku ini bisa terus hidup dan berkembang, terus teratur memberi “makan” dirinya, yaitu dengan berdisiplin dan terus bergairah dalam membaca dan menulis.

Pada akhirnya, setiap orang bisa saja mengalami dan memperoleh momen “kelahiran kembali.” Namun, hanya orang yang berani memilih dan mengambil tindakan terus menerus saja yang akhirnya akan berhasil membesarkan Feniks-nya hingga semua orang bisa menyaksikan keindahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun