Game GTA V seperti zat morfin yang disuntikkan pada Dalang, dengan jarum afek pujian. Ketika kita memiliki mobil mewah (di GTA V) dan mengendarainya di jalan raya, maka kita akan dipuji oleh semua pasang mata yang melihat. Kita sebagai pemain akan merasa bangga, dipuji, dan senang karena lontaran pujian tersebut (yang sebetulnya hanyalah "pujian artifisial").Â
Tentu, kita merasa aneh, heran, dan tidak habis pikir, mengapa getaran psikis tersebut dapat meluap. Kita kembali lagi pada relasi dialogis antara Dalang dan Wayang yang sudah dibahas sebelumnya. Keterikatan interpersonal kian melekat, termasuk afek-afeknya.
Ruang gerak leluasa ini juga boleh jadi menandakan hadirnya konstruksi "jurang realitas". Contohnya, "aku" memukul orang lain dalam realitas nyata, maka timbal-baliknya adalah "aku" dijebloskan ke penjara misalnya.Â
Realitas semu atau artifisial akan meluluh-lantahkan timbal-balik tersebut, dengan membangun karakter wayang yang kuat dan superior atas orang lain dalam dunia game GTA V. Sisi superiority complex pemain dipermainkan, seakan-akan kita menguasai satu kota tersebut secara otoriter, semau-maunya, termasuk di dalamnya impulsivitas pujian itu.
Bagaimana dinamika geliat emosional pemain beserta karakter game, ditinjau dari psikologi individual Alfred Adler? Adler meninjau diri manusia, terbagi menjadi 2 pokok besar yaitu inferiority complex dan superiority complex. Inferiority complex atau kompleks inferioritas adalah gejolak "ketaksadaran" akan perasaan inferioritas dan rendah diri.Â
Sedangkan, superiority complex atau kompleks superioritas adalah manifestasi upaya tiap manusia bangkit dari tahap kompleks inferioritas. Merasa superior dan pribadi oportunis merupakan hasil semata kompleks superioritas (Kleinman, 2012, p. 44).
Game GTA V mengenai pujian artifisial, mengakomodasi kawah emosionalitas para pemain ke tahap kompleks superioritas secara radikal. Ketika dalam realitas nyata, ia kurang mampu mengakomodasi rasa inferiornya, maka ia melaksanakan pelarian realitas kepada dunia game yang memberikannya stimulus superioritas. Stimulus tersebut bersifat proyektif, menampilkan kebangkitan "kompleks superioritasku" dalam dunia GTA V.
Sebagai kesimpulan, GTA V menghadirkan percikan-percikan kebahagiaan sesaat, seperti kembang api yang meledak di angkasa dengan "kesementaraannya". Penundaan terhadap rasa sakit berada di dunia ini yaitu dengan dilarikan pada dunia GTA V yang mewadahi segala aspirasi kebebasan animalitas manusia di dalamnya.Â
Maka dari itu, penulis rasa perlu adanya pandangan pesimistis terhadap dunia game GTA V. Apakah betul pelarian yang "aku" lakukan bersifat tetap? Atau malah berunsur sementara saja, layaknya morfin?
Daftar Pustaka
Kleinman, P. (2012). Psych 101: Psychology Facts, Basics, Statistics, Tests, and More! Adams Media.