Mohon tunggu...
Benedict Erick Mutis
Benedict Erick Mutis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa biasa

Belajar mengulik realitas secara 3 dimensi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sekilas Membedah dan Mengkritisi Kultus Daring UNICULT

23 Januari 2023   19:17 Diperbarui: 26 Februari 2023   22:30 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Apa itu kultus? Rasanya seringkali kita mendengar kata "kultus", langsung tergambarkan dalam benak pikiran kita sebagai perkumpulan agama sesat, diskusi yang mengandung kekeliruan penafsiran, atau suatu lingkaran demonik, dan sejenisnya. Tentu, tidak salah, bila kita mempersepsikannya seperti itu, karena sistem kekultusan agaknya cukup jarang terlihat menguap dalam realita kemasyarakatan Indonesia.

Menelisik pendefinisian "kultus" menurut KBBI Daring, "kultus" adalah penghormatan resmi dalam agama berupa upacara keagamaan serta hadirnya peribadatan. Penghormatan resmi berupa pemujaan, penyembahan, dan peninggian "Sang Maha" oleh kita manusia yang lemah di hadapan-Nya. Lalu, berdasarkan kamus Britannica (Britannica Dictionary), kultus adalah perkumpulan kecil religius yang tidak berbasis "agama besar" dan dianggap perkumpulan ekstrim dan berbahaya. 

Kamus Britannica menggambarkan "kultus" yang cukup pesimis, skeptis, dan negatif, terutama karena segala dinamika kekultusan "dianggap perkumpulan ekstrim dan berbahaya". Agaknya, dipandang perkumpulan ekstrim nan berbahaya, karena tidak berbasis "agama besar" seperti agama Wahyu Abrahamaik (Yahudi, Islam, Kristianisme) misalnya.

Di Amerika Serikat, sebagaimana yang kita ketahui sebagai negara penganut kebebasan atau liberal, mengandung banyaknya kultus-kultus sebagai salah satu penerapan liberalitasnya. Penulis menggali salah satu kultus yang mungkin bergerak di bawah tanah, yaitu kultur daring bernama UNICULT. Tentu, bergerak di bawah tanah tak sepenuhnya berarti bersembunyi untuk merencanakan revolusi sosial, namun berbasis media daring, terutama website dan platform Youtube.

UNICULT berpusat di Pasadena, California, yang berkumpul melalui Cam Church (Gereja Kamera). Cam Church (Gereja Kamera), begitulah nama "gerejanya", merupakan rumah ibadah daring yang hadir melalui platform Youtube. Disebut "Kamera", karena kamera (webcam) menjadi peralatan utama Cam Church ini.

Bila UNICULT adalah kultus, siapakah pemimpin spiritualnya? Unicole Unicorn adalah pemimpin spiritual kultus ini, sekaligus pendiri kultus. UNICULT dibentuk olehnya, sebagai aktualisasi luapan emosionalnya atas dunia dan realitas sosial. Segala aturan, norma, dan narasi sosial tidak membuatnya bahagia, melainkan membuat mentalnya kian terpuruk dan terkungkung. "Imagination is Salvation" atau "Imajinasi adalah penyelamatan" dalam satu cuplikan foto dirinya yang mengejawantahkan slogan utama UNICULT: "Belief makes real" artinya "Percaya membuat nyata" menggunakan zat imajinasi di dalamnya. Imajinasi melahirkan kebebasan lahir-batin pengikut-pengikutnya, termasuk Unicole Unicorn. 

Imajinasi melampaui demarkasi relasi sosial antar manusia, alam, dan semesta. Kedamaian lahir, karena imajinasi telah diaktualisasi sempurna. Dikatakan sempurna, karena proyeksi menegasi pernyataan imajinasi adalah irasionalitas manusia.

Bagaimana pemaknaan kedamaian praksiologis dalam Cam Church UNICULT?  Kedamaian dalam konteks UNICULT adalah kedamaian yang diterapkan dalam praksis sehari-hari. Salah satu yang dapat dilihat dalam "tradisi kekultusan" UNICULT adalah menaikkan rasa syukur terhadap air yang diminum, mendoakan bagi hewan peliharaan yang sedang bersalin, bahkan mendoakan semua kepercayaan dan agama yang berbeda dengannya. Kedamaian yang bersifat universal UNICULT, tidak bersifat antroposentris atau ekosentris, akan tetapi segala sesuatu yang ada dan mendukung kehidupan kita manusia disyukuri dengan rasa mendalam.

Bagaimana dinamika "tradisi kekultusan" UNICULT? Penulis merujuk kepada liputan VICE Indonesia yang terjun langsung ke kultus tersebut. UNICULT menggelar semacam acara komunitas seperti makan bersama (potluck), meditasi, khotbah kedamaian, dan mengutarakan isi hati, alias curhat. Acara-acara tersebut menjadi media UNICULT untuk semakin mempertajam kepada "Yang Dalam". "Yang Dalam" menurut UNICULT adalah diri sendiri. Mengenali diri sendiri adalah mengenali "Yang Dalam" itu.

Pencarian kepada "Yang Dalam", menurut penulis bersifat estetis. Bukan hanya soal keindahan karya seni saja, tetapi merefleksikan kehidupan ini secara optimis. "Kehidupan ini sebenarnya memfragmentasikan kedamaian" atau "jika kita memaknai kehidupan ini dengan damai, maka kedamaian akan merekah dengan sendirinya". 2 contoh pernyataan tersebut berbau optimisme, karena mempersempit celah pesimisme untuk memperlebar jurang kontrarisnya.

Sikap optimisme ini dapat ditinjau segi eksplorasi pengalaman bawah sadar para pengikutnya. Salah satu pengikutnya bernama Christina (yang diwawancarai oleh VICE) mengatakan alasan ia bergabung menjadi anggota resmi UNICULT, karena "... aku merasa kalau aku tak pernah jadi bagian kelompok apapun, atau bisa menjalin hubungan dengan orang-orang. Berada di ruang ini (UNICULT) benar-benar sebuah berkah." 

Pengalaman buruk Christina dikompensasikan dengan cara bergabung UNICULT. Secara tidak langsung, dapat diinterpretasikan, UNICULT adalah heterogenitas pengalaman yang 'dikristalisasi' menjadi penyokong UNICULT. Sederhananya, UNICULT menjadi "balai keselamatan" individu-individu yang ditolak masyarakat dan menciptakan rasa diterima oleh kesatuan partikularitas komponen berbentuk kultus.

Dibalik bibit ideologi dan kepercayaan yang ditanam oleh UNICULT, ada beberapa catatan kritis yang patut dikritisi di sini. Penulis membaginya menjadi 3 poin besar yaitu, soal kredo optimisme, alienasi diri, dan kultus individu.

Pertama kredo optimisme. Tidak salah apabila pengikut UNICULT memiliki optimisme radikal dan penulis pun tidak menyalahkan hal itu. Berangkat dari pernyataan yang kontradiktif dari Unicole Unicorn, terutama saat ia mengeliminasi segala ekspektasi sosial terhadap dirinya yang mengekang, tetapi di lain sisi "roh" UNICULT adalah optimisme terhadap diri. 

Apakah optimisme justru memanifestasikan ekspektasi, sebagaimana yang dipudarkan pendirinya? Menurut penulis, optimisme justru memunculkan harapan-harapan, terutama untuk diri sendiri. Bila ditinjau dari hal mendasar, alasan bergabung UNICULT, sudah terbukti terdapat harapan dirinya masuk UNICULT yaitu memperoleh kedamaian baik psikis maupun fisik. Bagaimana jika ternyata UNICULT tidak sesuai dengan harapan calon pengikut? Apakah akan tetap bergabung dengan UNICULT?

Kritik pertama di atas, akan berbuntut pada dunia imajinasi, yang adalah inti "ajarannya". Imajinasi adalah hak segala individu, namun apakah betul (bila menggunakan pengadilan akal budi; rasionalitas) jika menggunakan imajinasi yang abstrak, digunakan sebagai landasan tetap tiap individu? Memang, landasan tetap UNICULT adalah imajinasi an sich, namun definisi imajinasi yang ditekankan Unicole Unicorn rasanya belum memuat pengertian yang cukup jelas. Apakah justru pluralitas imajinasi melahirkan "imajinasi objektif", yaitu sebatas imajinasi yang membahagiakan, mendamaikan, dan mengharumkan isi hati, sehingga menutup imajinasi yang memproyeksi laku pesimis-positif (imperatif hipotetis)?

Catatan kritis kedua, alienasi diri. UNICULT nampaknya berusaha menjemput setiap individu yang merasa teralienasi, diasingkan, dan ditolak oleh masyarakat. Diilustrasikan seperti pernyataan "individu yang terasing dan membutuhkan wadah penonjolan diri, dapat bergabung UNICULT". 

Apakah justru dengan bergabung dan berdinamika dalam UNICULT, malahan menciptakan wadah alienasi yang baru, dengan pendekatan yang lebih halus, interpersonal, dan menerima segala ketidakberdayaan individu? Alienasi "yang baru" di atas, menurut penulis, malahan mengkonstruksikan pola pikir utopis nan irasional, karena kurang "menjejak tanah", meng-angkasa di langit imajinasi saja.

Catatan kritis terakhir, kultus individu. UNICULT hanya berporos pada Unicole Unicorn sebagai "tuhannya". Kultus individu patut dikritisi, apakah UNICULT dibentuk demi keuntungan pribadinya? Mengingat UNICULT bergerak secara daring, setiap pengikut dapat berdonasi dan produk donasi tersebut agaknya tidak diketahui untuk apa dan bagaimana hasilnya.

Pengkultusan individu juga berdampak tidak langsung pada keuntungan mental Unicole Unicorn. Struktur persepsi UNICULT melekat hanya Unicole Unicorn, para pengikut agaknya kurang mendapatkan atensi secara daring maupun luring dengan bergabung UNICULT. Para pengikut, menurut penulis hanya berfungsi sebagai pemakna ajaran dan pemberi testimoni kepada calon pengikut.

Kesimpulannya, tujuan dibentuk UNICULT yang berdasarkan imajinasi, menurut penulis meneteskan air kebebasan manusia. Akan tetapi, dalam setiap tingkah laku, perlu menghadirkan pertimbangan rasional (penulis sebut "rasionalitas terapan"). Rasionalitas terapan bukanlah mereduksi atau mensimplifikasi rasionalitas menjadi praktis, namun menerapkan secara teoretis dalam praksis akan rasionalitas itu. 

Pertimbangan rasional diperlukan juga untuk skeptis terhadap segala ajaran, termasuk UNICULT ini sendiri. Apakah betul ada kebebasan di dalamnya? Bagaimana jika UNICULT ternyata menyimpang dari jalur asalinya? Mengapa UNICULT harus terbentuk, selain kristalisasi pengalaman buruk pengikut-pengikutnya? Ketiga pertanyaan di atas barangkali dapat menjadi postulat skeptis pegangan kita. 

Referensi: 

  • VICE Indonesia: "Mencari Keselamatan Lewat Sebuah Kultus Daring". Dipublikasikan pada tanggal 18 Agustus 2019. URL: https://youtu.be/JwnA3uEDBmY.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun