Mohon tunggu...
Erick Mubarok
Erick Mubarok Mohon Tunggu... Petani - Penulis

Petani yang sedang belajar komunikasi | Penyuka sejarah | Penonton dagelan | Gooner dan Bobotoh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kritik Dinding Masjid

24 November 2016   10:19 Diperbarui: 24 November 2016   19:00 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu kesempatan, usai shalat Jum’at, beberapa jamaah masih khusyu mendawamkan dzikirnya, beberapa lain sudah ganti posisi tegak lurus menghadap langit, lain lagi yang dipelataran dan parkiran hingga gerbang, ramai oleh jamaah dan antrian kaum dhuafa dan fakir miskin. Mereka antri dengan mangkuk atau bekas kemasan makanan di tangan dengan harapan rasa iba dan sisihan uang jajan jamaah. Semoga saja ini hanya terjadi di satu Masjid.

Saya melihat ada kontradiksi yang saling bertentangan meskipun sebenarnya tidak berada pada pengelompokkan yang setara. Masjid yang megah rupanya belum mampu menjadikan kaum dhuafa dan fakir miskin sejahtera. Kemegahan itu terbendung dan dipagari oleh dinding-dinding bangunan dan dentang suara pengajian, belum mampu menembus tetangga sebelah yang lusuh. Atau bisa jadi masalahnya bukan di Masjid, ini urusan mental yang tak selesai oleh khutbah dan ceramah ulama.

Ini adalah kritik atas kecintaan kepada Masjid dan ajaran Islam. Hingga batas akhir, keadaan ini akan tetap sama persis, meskipun teknologi sudah berada pada byte tak terbatas. Jika kita lupakan sejarah islam dan menganggap Muhammad Saw dan Islam hanya berada pada teks-teks Al-Quran. Penafsiran Al-Quran hanya dijadikan sebagai ajang debat, bukan untuk mentadzaburi.

Dan bahkan, Masjid-pun lupa bahwa iya pernah melahirkan Sultan Mehmed II, Imam Syafi’i, Ibn Sina, Al-Khawarizmi, dan generasi Islam yang cemerlang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun