Mohon tunggu...
Erick Iskandar
Erick Iskandar Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer I Coach I

Helping People Flourish. Founder of Lighthouse Training. https://lighthousetraining.org

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cara Presentasi agar Tidak Datar-datar Saja

28 Juli 2021   06:30 Diperbarui: 1 Agustus 2021   19:45 2131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Black screen touch key pada pointer (isumsoft.com)

"Jika Anda ingin membuat anak Anda tertidur, jangan bacakan cerita untuknya melainkan tunjukkanlah slide presentasi Anda"

Pernahkah Anda menjadi audience dari suatu presentasi yang terasa datar dan membosankan?

Rasanya ingin segera keluar sebagai audience dari presentasi tersebut yah. Sangat sayang jika content yang bagus disajikan melalui presentasi yang "datar", akibatnya tentu pemahaman atau penyerapan audience terhadap content kita menjadi kurang optimal. Daya persuasinya pun juga menjadi rendah.

Momen kita melakukan presentasi adalah momen penting untuk berbagi ilmu atau informasi dan memberi manfaat bagi audience kita. Karena itu jangan pernah menganggap momen presentasi kita adalah sesuatu yang biasa saja. Bahkan untuk kita yang berprofesi sebagai trainer/instruktur/coach/konsultan/guru/dosen/pengajar/sales, di mana sudah banyak makan asam garam dan presentasi sudah menjadi makanan sehari-hari, tetap saja kita perlu senantiasa mempersiapkan dan mengeksekusi momen tersebut dengan sebaik-baiknya dan senantiasa meng-improve presentasi kita secara berkelanjutan.

Pastikan presentasi kita menjadi momen yang wow dan memorable bagi audience. Kita tidak ingin presentasi kita disajikan dengan teknik seadanya dan cara yang biasa-biasa saja. Kita tidak ingin presentasi kita hanya sekadar lewat di benak audience tanpa kesan yang mendalam. 

Agar presentasi kita tidak "datar-datar saja", berikut hal-hal penting yang TIDAK BOLEH Anda lakukan:

Terpaku membaca slide di layar

Slide presentasi hanyalah alat bantu. Sang presenter adalah "the man behind the gun"-nya. Karena itu, fokus atensi peserta tetap perlu mengarah pada Anda sebagai sang presenter. 

Jika presentasi dilakukan secara tatap muka (in-person), pastikan Anda lebih banyak menghadap audience. 

Jangan sekadar berdiri dan membaca slide saja, apalagi jika posisi berdiri Anda lebih banyak membelakangi audience dan lebih banyak menatap layar slide di belakang Anda. Ini adalah pantangan bagi presenter.

Dari keseluruhan durasi waktu, pastikan 90% dari durasi tersebut posisi Anda adalah menghadap audience, 10% sisanya baru menghadap layar sesekali untuk mencerna dan membaca informasi.

Tips pro: gunakan "black screen" saat Anda melakukan presentasi. Ada kalanya Anda ingin menjalin komunikasi yang lebih intens pada audience Anda, sehingga Anda perlu "mematikan" layar presentasi Anda untuk sementara agar fokus audience bisa mengarah pada anda. 

Untuk itu gunakanlah "black screen". Jika Anda menggunakan power point, caranya adalah dengan menekan huruf B pada keyboard (saat posisi slide tampil penuh). 

Jika Anda menggunakan Canva, Anda juga bisa menekan huruf B untuk menciptakan efek "blur" pada layar presentasi Anda. 

Pada pointer merk tertentu sudah ada tombol untuk "black screen" sehingga tidak perlu repot menghampiri laptop untuk sekadar tekan huruf B.

Black screen touch key pada pointer (isumsoft.com)
Black screen touch key pada pointer (isumsoft.com)

Menghindari kontak mata

Saya masih menyaksikan cukup banyak trainer dan presenter yang belum membangun kontak mata secara efektif dengan audience-nya. 

Kontak mata adalah cara termudah dan powerful untuk membangun connection (keterhubungan) dengan audience. 

Jika melakukan presentasi tatap muka, sapu pandangan Anda dengan menatap mata audience di setiap area ruangan. 

Ada kalanya Anda perlu menatap audience tertentu secara one on one jika Anda sedang melakukan komunikasi intens dengan yang bersangkutan.

Selebihnya silahkan Anda lebih banyak menyapu pandangan dengan meyebar kontak mata pada setiap audience yang ada di ruangan.

Jika Anda melakukan presentasi secara online, nyalakanlah kamera atau webcam laptop atau PC Anda. 

Audience ingin melihat Anda, bukan sekadar melihat slide presentasi Anda. Anda sebagai presenter kehadirannya harus lebih kuat dibandingkan slide presentasi Anda.

Tips pro: Anda dapat menggunakan aplikasi OBS (yang dapat dikoneksikan dengan Zoom, Meets, MST, Webex, dan sebagainya) untuk dapat membuat tangkapan layar Anda lebih profesional dan bahkan dapat menampilkan slide presentasi Anda di tangkapan layar Anda tanpa perlu melakukan sharing screen (Anda perlu familiar dulu dengan software OBS ini). 

Simak salah satu contoh tutorialnya di sini:

Menggunakan slide yang penuh dengan informasi

Anda tahu apa yang membuat almarhum Steve Jobs dijuluki salah satu presenter terhebat? 

Salah satunya adalah karena KESEDERHANAAN dan SIMPLICITY slide presentasi yang ia gunakan. 

Coba perhatikan perbedaan slide presentasi yang digunakan Almarhum Steve Jobs dengan Bill Gates berikut ini:

Bill Gates vs Steve Job's slide (businessofstory.com)
Bill Gates vs Steve Job's slide (businessofstory.com)

Menurut Anda slide mana yang lebih mudah dipahami oleh otak audience? You've got the point right? Karena itu jangan penuhi slide Anda dengan banyak informasi. 

Satu slide cukup berisi satu point informasi. Hindari pula penggunaan bullet point yang banyak dan penuh. Sudah tidak zamannya lagi memenuhi slide presentasi kita dengan tulisan-tulisan yang ramai dan riuh. Jadikan slide presentasi Anda sederhana, menarik, menggugah dan bermakna.

Jika Anda memang perlu menjelaskan banyak informasi pada audience, berikanlah modul atau handout yang berisi banyak tulisan atau penjelasan pada mereka. Namun saat presentasi, tetap gunakanlah slide yang simple dan menarik.

Jadi jangan lagi hanya membuat satu file PPT yang Anda gunakan sebagai slide presentasi maupun handout untuk peserta. 

Idealnya PPT Anda adalah untuk slide presentasi Anda saja sementara handout untuk peserta adalah hal lain yang silahkan dicantumkan informasi yang lebih banyak.

Lalu untuk penggunaan animasi, pastikan penjelasan Anda sinkron dengan timing Anda melakukan animasi entrance/exit/motion/emphasis di slide Anda.

Tips pro: pelajarilah Zen Presentation yang digagas oleh Garr Reynolds.

Menggunakan intonasi datar dan bahasa tubuh kaku

Presentasi Anda perlu berlangsung secara dinamis. Pastikan Anda memainkan tempo, variasi intonasi, dan juga volume suara Anda. Pastikan Anda tampil energik dan antusias. Bukan berarti harus lompat-lompat di atas panggung atau jadi orator 😂. 

Namun, artinya Anda mendayagunakan energi Anda dengan optimal selama presentasi berlangsung. 

Jika Anda ingin audience Anda antusias mendengarkan, maka tampillah dengan antusias terlebih dahulu.

Begitu pula dengan bahasa tubuh. Pastikan Anda tidak menggunakan bahasa tubuh tertutup dan lebih banyak menggunakan bahasa tubuh terbuka. 

Gunakan keluwesan gerak tangan Anda secara optimal. Sinkronkan gerak tangan dengan kata-kata yang Anda gunakan. 

Misalnya kepalkan tangan Anda saat Anda berkata "saya yakin kita bisa", letakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah di pelipis kepala Anda saat Anda berkata "pikirkan bagaimana caranya" dan sebagainya.

Biasakan menggerakkan bahasa tubuh saat kita berbicara untuk memperkuat pesan kita dan memberikan daya persuasi bagi audience.

Juga jangan terpaku berdiri di satu tempat saja. Lakukanlah body movement jika panggung yang Anda miliki memungkinkan Anda untuk melakukannya.

Dan pastikan Anda tersenyum. Sebelum memulai presentasi, tersenyumlah pada audience Anda. Bahkan jika Anda menggunakan masker karena prokes, tetaplah tersenyum. Sebab mata yang tersenyum memberi energi positif, baik bagi audience mapun bagi kita sendiri sebagai sang pemilik senyum.

Closed vs open body language (hebergementwebs.com)
Closed vs open body language (hebergementwebs.com)

Tidak memanfaatkan opening dan closing dengan optimal

Otak manusia cenderung mengingat sesuatu di awal dan di akhir. Karena itu penting bagi Anda untuk merencanakan opening dan closing presentasi Anda sebaik sekreatif mungkin. Opening dilakukan untuk mendapatkan atensi peserta di awal. 

Jika Anda berhasil mendapat atensi peserta dari awal, langkah selanjutnya menjadi lebih mudah. 

Pilihlah teknik opening yang sesuai dan relevan dengan content anda dan yang familiar di mata audience Anda. 

Anda bisa menggunakan quotes, humor, cerita atau kisah, membawa alat peraga, menunjukkan demonstrasi, menggunakan analogi atau metafora, dan sebagainya.

Jangan lakukan closing dengan sekadar mengucapkan terima kasih saja. Gunakan teknik-teknik kreatif untuk memberikan call to action bagi audience Anda. Gunakan cerita atau kisah inspiratif, quotes, pantun, alat peraga, dan sebagainya.

"Mainkan alat perkusi, nikmati kopi kental di atas kursi. Kreatiflah dalam presentasi, jadilah presenter handal yang menginspirasi" 😎

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun