Di era digital ini, media sosial telah berkembang jauh dari sekadar platform untuk berbagi foto atau status. TikTok, sebagai salah satu media sosial yang paling populer, telah membuka peluang baru dalam dunia hiburan dan bisnis, salah satunya adalah fenomena yang dikenal dengan sebutan "Sadbor".
 Istilah ini merujuk pada sebuah tren di TikTok di mana pengguna melakukan joget atau tarian yang diiringi dengan lagu-lagu tertentu, yang kemudian menjadi viral dan dapat menghasilkan uang bagi para pembuat kontennya. Fenomena ini menggambarkan betapa pesatnya konvergensi antara hiburan dan bisnis dalam dunia digital.
Sadbor bukan hanya sekadar bentuk ekspresi pribadi, tetapi juga telah bertransformasi menjadi sebuah peluang ekonomi. Banyak influencer TikTok yang memperoleh penghasilan signifikan melalui endorsement, kolaborasi dengan merek, dan fitur monetisasi dari platform itu sendiri.Â
Keahlian dalam menari atau melakukan joget, yang awalnya dianggap hanya sebagai hiburan ringan, kini menjadi sumber pendapatan yang sangat menggiurkan bagi banyak orang. Hal ini memperlihatkan bagaimana kreativitas, dalam hal ini berupa joget atau tarian, bisa menjadi sebuah produk yang memiliki nilai komersial yang tinggi.
Namun, ada sisi lain dari fenomena ini yang patut untuk dicermati. Ketika joget mulai dijadikan sebagai alat untuk memperoleh penghasilan, muncullah tekanan untuk terus berkarya dan memenuhi ekspektasi audiens. Para kreator konten sering kali merasa terjebak dalam siklus tren yang cepat berubah.Â
Hal ini dapat menyebabkan stres dan burnout, karena mereka harus terus berinovasi agar tetap relevan dan dapat mempertahankan pengikut serta pemasukan.
Selain itu, dalam konteks bisnis, popularitas sebuah joget atau tarian bisa dengan cepat tergantikan oleh tren baru, sehingga banyak kreator yang merasa harus terus-menerus mengejar viralitas. Fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai nilai budaya yang terkandung dalam setiap tren tersebut.Â
Apakah joget yang viral di TikTok masih bisa dianggap sebagai ekspresi budaya, atau hanya sekadar alat untuk meraih perhatian dan keuntungan semata?
Dalam perspektif yang lebih luas, Sadbor di TikTok menggambarkan bagaimana dunia hiburan kini telah memasuki fase baru, di mana batas antara seni, hiburan, dan bisnis semakin kabur. Para kreator, baik yang profesional maupun pemula, berhadapan dengan tuntutan untuk tidak hanya berkarya, tetapi juga untuk bisa menghasilkan uang dari karya tersebut.Â
Ini membuka peluang bagi orang-orang dengan bakat tertentu untuk menapaki karier sebagai influencer, namun juga memunculkan tantangan terkait keseimbangan antara kreativitas dan komersialisasi.
Kesimpulannya, fenomena Sadbor di TikTok menunjukkan bahwa tren digital tidak hanya mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan hiburan, tetapi juga membuka paradigma baru dalam dunia bisnis. Namun, penting untuk menyadari bahwa di balik popularitas dan keuntungan yang ditawarkan, ada tantangan dan dampak yang harus dihadapi oleh para kreator konten.Â
Oleh karena itu, meskipun joget menjadi bisnis yang menguntungkan, keseimbangan antara kreativitas, komersialisasi, dan kesejahteraan mental tetap harus dijaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H