Mohon tunggu...
Eric Kendrea
Eric Kendrea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bangka Belitung

Never Give Up

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Joget Sadbor Jadi Bisnis, Mengupas Fenomena Sadbor di Tiktok

4 Desember 2024   10:12 Diperbarui: 4 Desember 2024   10:38 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Sumber Gambar : @aceh_leuser )

Di era digital ini, media sosial telah berkembang jauh dari sekadar platform untuk berbagi foto atau status. TikTok, sebagai salah satu media sosial yang paling populer, telah membuka peluang baru dalam dunia hiburan dan bisnis, salah satunya adalah fenomena yang dikenal dengan sebutan "Sadbor".

 Istilah ini merujuk pada sebuah tren di TikTok di mana pengguna melakukan joget atau tarian yang diiringi dengan lagu-lagu tertentu, yang kemudian menjadi viral dan dapat menghasilkan uang bagi para pembuat kontennya. Fenomena ini menggambarkan betapa pesatnya konvergensi antara hiburan dan bisnis dalam dunia digital.

Sadbor bukan hanya sekadar bentuk ekspresi pribadi, tetapi juga telah bertransformasi menjadi sebuah peluang ekonomi. Banyak influencer TikTok yang memperoleh penghasilan signifikan melalui endorsement, kolaborasi dengan merek, dan fitur monetisasi dari platform itu sendiri. 

Keahlian dalam menari atau melakukan joget, yang awalnya dianggap hanya sebagai hiburan ringan, kini menjadi sumber pendapatan yang sangat menggiurkan bagi banyak orang. Hal ini memperlihatkan bagaimana kreativitas, dalam hal ini berupa joget atau tarian, bisa menjadi sebuah produk yang memiliki nilai komersial yang tinggi.

Namun, ada sisi lain dari fenomena ini yang patut untuk dicermati. Ketika joget mulai dijadikan sebagai alat untuk memperoleh penghasilan, muncullah tekanan untuk terus berkarya dan memenuhi ekspektasi audiens. Para kreator konten sering kali merasa terjebak dalam siklus tren yang cepat berubah. 

Hal ini dapat menyebabkan stres dan burnout, karena mereka harus terus berinovasi agar tetap relevan dan dapat mempertahankan pengikut serta pemasukan.

Selain itu, dalam konteks bisnis, popularitas sebuah joget atau tarian bisa dengan cepat tergantikan oleh tren baru, sehingga banyak kreator yang merasa harus terus-menerus mengejar viralitas. Fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai nilai budaya yang terkandung dalam setiap tren tersebut. 

Apakah joget yang viral di TikTok masih bisa dianggap sebagai ekspresi budaya, atau hanya sekadar alat untuk meraih perhatian dan keuntungan semata?

Dalam perspektif yang lebih luas, Sadbor di TikTok menggambarkan bagaimana dunia hiburan kini telah memasuki fase baru, di mana batas antara seni, hiburan, dan bisnis semakin kabur. Para kreator, baik yang profesional maupun pemula, berhadapan dengan tuntutan untuk tidak hanya berkarya, tetapi juga untuk bisa menghasilkan uang dari karya tersebut. 

Ini membuka peluang bagi orang-orang dengan bakat tertentu untuk menapaki karier sebagai influencer, namun juga memunculkan tantangan terkait keseimbangan antara kreativitas dan komersialisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun